Kamis, 26 September 2013

Manajemen Kontemporer

Manajemen Kontemporer
A.    Pendahuluan.
Teori manajemen kontemporer yaitu teori manajemen yang berkembang pada masa kini.  Pada pembahasa kali ini, kita akan membahas manajemen  strategi, manajemen mutu dan implementasi serta studi kasusnya. Berikut penjabarannya:
B.     Pembahasan.
1.      Manajemen strategi.
Kata “manajemen” berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutama “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.[1]
Sedangkan kata “strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “stratēgos”. yang dapat diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi Athena. Kutipan dari buku Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer, Strategik di Tengah Operasional / J. Hutabarat dan M. Huseini, mengatakan bahwa:
“Dalam bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi dari beberapa ahli dan pengarangnya. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring Corporate Strategy”) misalnya mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).”
Jadi, manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai Sekumpulan keputusan & tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang perusahaan (meliputi analisa lingkungan, formulasi strategi, implementasi, evaluasi dan pengendalian.
v  Menurut para ahli, manajemen strategi yaitu:
a.        Menurut Fred R. David :
Manajemen strategi adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, menginplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan.
b.      Menurut Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,XV) :
Manajemen strategi adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategi semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaanperusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata.[2]
c.       Menurut H. Igor Ansoff :
Manajemen strategi adalah analisis yang logis tentang bagaimana perusahaan dapat beradaptasi terhadap lingkungan baik yang berupa ancaman maupun kesempatan dalam berbagai aktivitasnya.
d.    menurut Husein Umar (1999 : 86):
Manajemen strategis sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan startegis antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang.[3]
v  Macam-Macam Tingkatan Straregi:
Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu: enterprise strategy, corporate strategy, business strategy dan functional strategy.
1. Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
2. Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu? Apakah misi utama direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu? Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru dijawab bisa fatal. Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap organisasi.
3. Business Strategy:
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.
4. Functional Strategy:
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu:
·         Strategi fungsional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan. Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing, dan integrating.
·         Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah (J. Salusu, p 101, 1996).Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan” organisasi dari sudut ekonomi (J. Salusu, p 104, 1996).[4]
v  Proses Manajemen Strategi:
a.       Penyusunan Strategi vs Implementasi
Penyusunan strategi (strategy formulation) meliputi perencanaandan pengambilan keputusan yang membawa pada pembuatan tujuan perusahaan dan pengembangan rencana strategis tertentu. Implementasi strategi (strategy implemetation) meliputi penggunaan alat manajerial dan organisasi dalam tujuannya untuk mengarahkan sumber daya ke arah pencapaian hasil strategis.
b.      Analisis Situasi
Penyusunan strategi sering diawali dengan anlisis faktor internal daneksternal yang dapat memengaruhi situasi kompetitif perusahaan. Analisis situasi (situation analysis) adalah analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) yang dapat disingkat SWOT.
c.       Kekuatan dan Kelemahan Internal
Kekuatan (strength) merupakan karakteristik internal positif yangdappat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan kinerja strategisnya. Kelemahan (weakness) merupakan karakteristik internal yang dapat memperlambat atau menghambat kinerja organisasi.
d.      Peluang dan Ancaman Eksternal
Ancaman (threats) merupakan ciri-ciri dari lingkungan eksternal yangdapat menghambat perusahaan dalam mencapai tujuan strategisnya.
Peluang (opportunities) merupakan karakteristik dari lingkunganeksternal yang memiliki potensi untuk membantu organisasi dalammencapai atau melampaui tujuan strategisnya.
v  Strategic Architecture:
Menurut Gary Hamel dan C.K. Prahalad: “Masa depan perusahaan tidak cukup hanya dengan dibayangkan (misi, tujuan, dll), tapi harus dibangun”. Dibutuhkan ‘visi’ masa depan, mind-set yang baru, pikiran dan konsep yang menggerakkan perubahan (kreasi, inovasi, dan terobosan untuk mewujudkannya). Visi tentang : “What do we want to become ?”.
Arsitektur strategi menunjukkan kompetensi yang harus dibangun sekarang, prioritas pengembangan produk, fungsi-fungsi baru yang harus dikembangkan, dan pemahaman akan kebutuhan pelanggan baru. Arsitektur strategi memberikan visi bagi suatu organisasi.[5]
2.   Manajemen Mutu.
Pada dasarnya manajemen mutu dapat didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performance secara terus-menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua SDM dan modal yang tersedia.
Sedangkan manajemen mutu menurut Santoso dalam buku Total Quality Management (TQM), merupakan sistem manajemen yang mengangkat mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upayamenciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.
·         Pengertian Mutu
Dugaan dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai sesuatu yang :
- Unggul dan bermutu tinggi
- Mahal harganya
- Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan dan penafsiran tersebut di atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam menganalisa dan menilai mutu suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda dengan kebiasan mendefinisikan "mutu" dengan cara membandingkan satu produk dengan produklainnya. Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam tangan Alba.
Kedua pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer).
Secara singkat mutu dapat diartikan: kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan.
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Pada pengertian manajemen tradisional, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan eksternal (di luar organisasi). Mengapa pelanggan internal menjadi perhatian manajemen mutu? Jawabnya, adalah apabila pribadi yang ada di dalam organisasi tersebut dilayani dengan baik, otomatis mereka akan melayani pelanggan eksternal secara baik pula.
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa.
·         Prinsip-prinsip Manajemen Mutu
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1)      Setiap orang memiliki pelanggan.
2)      Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem.
3)      Semua sistem menunjukkan variasi.
4)      Mutu bukan pengeluaran biaya, tetapi investasi.
5)      Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.
6)      Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.
7)      Manajemen berdasarkan fakta dan data.
8)      Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put.
Sasaran Mutu merupakan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan proses pada suatu Perusahaan / Organisasi. Seperti diketahui bahwa Kebijakan Mutu yang telah ditentukan bisa sebagai pembuka jalan dalam pembuatan Sasaran Mutu, itu merupakan salah satu cara termudah, walaupun bisa saja menggunakan masukan dari tingkatan bawah (bottom-up) atau cara - cara lainnya. Semua cara - cara tersebut setidaknya harus sesuai dengan fokus kepada pelanggan dan dikomunikasikan ke semua tingkatan dalam Perusahaan / Organisasi. Pembuatan Sasaran Mutu ini terbagi menjadi dua yaitu Sasaran Mutu untuk tingkatan Perusahaan / Organisasi dan Sasaran Mutu untuk tingkatan / fungsi terkait.
Suatu organisasi harus memastikan penetapan proses, bagaimana proses tersebut saling berinteraksi, sumber daya apa yang diperlukan untuk menyajikan produk dan bagaimana pro sesnya diukur serta ditingkatkan. Jika hal-hal tersebut telah ditetapkan, maka diperlukan penetapan suatu sistem pengendalian dokumentasi bersama pedoman mutu dan pengendalian terhadap catatannya.
Sistem manajemen mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas- aktivitas dalam organisasi modern. Mutu dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama: (1) transcendent quality adalah suatu kondisi ideal menuju keunggulan, (2) product-based quality adalah suatu atribut produk yang memenuhi mutu, (3) user-based quality adalah kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk, (4) manufacturing-based quality adalah kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar, dan (5) value- based quality adalah derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif.
Sistem manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen mutu tidak akan efektif 100% pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen mutu berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan.
Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen, yaitu: tujuan (objectives), pelanggan (customers), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan (inputs), pemasok-pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik dan umpan maju (measurements for feedback and feedforward). Elemen-elemen tersebut dalam akronim bahasa Inggris dapat disingkat menjadi: SIPOCOM (Suppliers, Inputs, Processes, Outputs, Customers, Objectives, and Measurements).[6]
3.  Studi Kasus
Istilah ‘studi kasus’ berasal dari bahasa inggris dari frase “case study’ (=studi kasus). Jika di urai kata ‘case’ dan ‘study; mempunyai arti dan makna sendiri. Case, Kamus Oxford (1991) memaknai sebagai : example of the occurrence of something; set of facts; matter being investigated by the police, yang dapat dapat diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berturut-turut : contoh kejadian sesuatu; serangkaian kenyataan-kenyataan; perihal yang sedang di periksa polisi. Sedang kata ‘study’ dimaknai oleh Kamus tersebut antara lain : process of learning something;book etc, resulting from research;give time and attention to learning something; examine carefully; yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai serangkaian kegiatan mempelajari sesuatu; buku dll hasil penelitian; mencurahkan waktu dan perhatian untuk mempelajari sesuatu; memeriksa dengan seksama. Mencermati makna kamus diatas dapat diartikan bahwa studi kasus mengandung makna serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan penuh perhatian terhadap sesuatu fenomena aktual yang menjadi fokus perhatian.
Data yang dikumpulkan bukan hanya tentang saat ini saja tetapi juga kejadian / peristiwa / proses yang terjadi masa lalu yang mungkin berkaitan dengan saat saat ini. Proses sistematik yang ditujukan untuk mengembangkan temuan-temuan yang didasarkan atas bukti yang tidak diragukan menjadi sesuatu hasil akhir kejadian atau hasil-hasil akhir yang saling berkaitan yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena.
a.    Definisi teknis Studi Kasus
Definisi dan penjelasan di atas bagi beberapa orang mungkin abstrak dan membutuhkan definisi teknis. Definisi yang lebih teknis dikemukakan Yin (1996) yang menyatakan bahwa studi kasus adalah pencarian pengetahuan secara empiris yang : menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana : batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas; dan dimana multisumber bukti digunakan.
·         Studi Kasus Menurut Ahli
Pendapat Pollit & Hungler (1999) memperjelas lagi tentang esensi studi kasus:”…karena harus tepat untuk analisis yang intensif, maka fokus studi kasus khususnya adalah pada penentuan dinamika mengapa seseorang berpikir, berperilaku, atau mengembangkan diri dan bukan pada apa statusnya, kemajuannya, tindakannya atau pikirannya. Apakah suatu penelitian merupakan kuasi eksperimental ataupun eksperimental, pengumpulan data dan metode analisis dimahfumi menyembunyikan banyak rincian atau detail (Stake, 1995) Studi kasus dirancang untuk memperjelas detail dari sudut pandang partisipan melalui multi sumber yang mungkin. Umumnya penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif inti dari penyeledikan adalah variabel atau beberapa variabel tertentu, berbeda dalam studi kasus yang menjadi pusat adalah kasus itu sendiri.
Unit analisis pada penelitian studi kasus merupakan hal lain kritikal. Unit analisis studi kasus bukanlah individu atau lembaga itu sendiri tapi lebih khas kepada sistem tindakan (Tellis, 1997). Unit analisis tersebut bisa bervariasi dari sistem tindakan yang dihasilkan oleh individu atau individu-individu sampai dengan suatu lembaga. Walaupun ada yang menerapkannya secara retrospektif tetapi studi kasus paling sering diterapkan secara prospektif. Data- data diperoleh dari dokumen-dokumen, arsip (baik digital maupun konvensional: pen), wawancara, observasi langsung, observasi partisipatif, dan artefak fisik (Yin, 1994).
Aziz S.R. (2003) menyatakan bahawa penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu disebut studi kasus. Lebih tegas Aziz menambahkan bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian terhadap fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan dimana: multi sumber bukti dimanfaatkan.
Untuk memahami lebih jauh tentang studi kasus dengan lugas Feagin, Orum, & Sjoberg (1991) dalam Tellis (1997) menyatakan bahwa studi kasus merupakan penelitian yang melakukan analisis dari berbagai sudut pandang (multi-perspectival analyses). Artinya bahwa peneliti tidak saja memperhatikan suara dan perspektive dari aktor saja, tapi juga kelompok dari aktor-aktor yang relevan dan interaksi antara mereka. Aspek ini merupakan titik yang menonjol dan penting yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai studi kasus. Studi kasus memberi kepada yang powerless dan voiceless.
Sedangkan studi kasus menurut Kumar (1999) adalah suatu pendekatan untuk meneliti fenomena sosial melalui analisis kasus individual secara lengkap dan teliti, serta memberikan suatu analisis yang intensif dari banyak rincian khusus yang sering terlewatkan oleh metode penelitian lain. Pollit & Hungler (1999) memaknai studi kasus sebagai metode penelitian yang menggunakan analisis mendalam, yang dilakukan secara lengkap dan teliti terhadap seorang individu, keluarga, kelompok, lembaga, atau unit sosial lain.
b.  Kapan Studi Kasus Digunakan
Yin (1994) dalam Tellis (1997) mengajukan paling tidak 4 aplikasi model studi kasus :
·         Untuk menjelaskan tautan sebab-akibat yang rumit (complex causal links) dalam intervensi kehidupan nyata.
·         Untuk menggambarkan konteks kehidupan-nyata yang mana intervensi tersebut terjadi.
·         Untuk menggambarkan intervensi itu sendiri.
·         Untuk mengeksplorasi situasi-situasi tersebut yang mana intervensi-intervensi yang sedang dievaluasi tidak mempunyai set outcomes yang jelas
Studi kasus keperawatan dan kedokteran misalnya yang dilakukan pada pasien tunggal sebagai unit analisis maka untuk memperoleh pemahaman yang kaya akan fokus studi ini penelitian studi kasus menggali data dari partisipan dan informan utama dengan wawancara mendalam, menggali dari rekam medik pasien, dan pengamatan bahkan buku harian/ agenda pasien atau coretan-coretan dinding (misalnya pada pasien psikosa) merupakan sumber yang memperkaya informasi dalam suatu studi kasus. Sebagai misal penelitian dengan unit analisis pasien Gagal Ginjal Kronis, maka konteksnya adalah keluarganya, orang berarti di sekeliling pasien, perawat, atau dokter . Jadi konteksnya adalah orang lain dan sumber informasi diluar kasus itu sendiri.
c.  Kelebihan studi kasus :
·         Analisis intensif yang dilewatkan tidakdilakukan oleh metode lain.
·         Menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus.
·         Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belum secara detail diteliti.
·         Sering menghasilkan kesadaran pengetahuan baru
·         Informasi yang dihasilkan dalam suatu studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriptif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori (Burns & Grove, 1997).[7]
4.   mengaplikasikan manajemen strategi dalam realitas kehidupan.
Telah dijelaskan pada poin terdahulu bahwa penerapan strategi, meliputi penentuan, kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan.
1.      Penerapan Kebijaksanaan Fungsional
Strategi menetukan garis besar atau dasar pedoman pokok pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan perusahaan maka strategi memerlukan persepsi dan tekanan khusus dalam bentuk kebijakasanaan (policy). Kebijaksanaan (policy) adalah pedoman pelaksanaan tindakan-tindakan tertentu. Seringkali strategi dinyatakan dalam ukuran-ukuran umum yang interprestasinya dapat berbeda-beda. Pemilihan kebijaksanaan secara hati-hati dapat mempertajam arti strategi dan memedomani keputusan-keputusan khusus dalam suatu arah yang mendukung strategi.
Implemantasi kebijakan fungsional melibatkan dua proses yaitu: menyebarkan sumber-sumber dan pengembangan kebijakan yang mengoperasionalkan strategi.
Penyebaran sumber-sumber adalah keputusan tentang penentuan alokasi sumber-sumber perusahaan yang meliputi uang, fasilits, dan daya manusia kepada divisi-divisi atau departemen-departemen atau unit bisnis. Penyebaran sumber biasanya dikerjakan melalui proses penganggaran.
Apakah penyebaran sumber merupakan proses penting untuk suksesnya strategi? Jawabannya “ya”. Strategi tanpa keputusan tentang penyebaran sumber adalah strategi hanya di atas kertas, strategi tanpa konsekuensi penyebaran sumber atau tanpa memliki sumber adalah bagaikan macan kertas yang tidak mempunyai kekuatan.
Menciptakan kebijaksanaan mengarahkan pada kondisi-kondisi dimana para manajer subordinasi atau bawahan mengetahui tentang apakah mereka memperoleh dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan keputusan. Elemen penting dalam menyusun kebijaksanaan adalah kemampuan untuk menjabarkan strategi induk dan substrategi ke dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan yang cocok, dapat dilaksanakan dan tidak hanya baik secara teoretis. Bagi para manajer mereka tidak cukup hanya memutuskan perubahan strategi tetapi lebih penting adalah bagaimana strategi baru tersebut akan dilaksanakan, kapan dilaksanakan, dan bagaimana melaksanakananya secara efisien dan efektif.
Kebijaksanaan minimal yang harus dikembangkan adalah meliputi kunsi keputusan fungsional yaitu; kebijaksanaan pemasaran, kebijaksanaan manajemen produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, logistic, personalia dan keuangan dan akuntansi.


2.      Penerapan Kepemimpinan
Penerapan kepemimpinan dalam kaitannya dengan manajemen strategi ini meliputi ;
a.    Mengubah kepemimpinan saat sekarang pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Yaitu, membuat keyakinan bahwa penyusun strategi yang tepat diberi posisi atau kedudukan yang tepat untuk memilih strategi perusahaan anatar unit bisnis.
b.   Memperkuat motivasi para manajer melalui pemberian insentif, misalnya insentif keuangan dan lain-lain. Bagi perusahaan umumnya bermanfaat unutk menguatkan atau mendorong motivasi para penyusun stretegi agar dapat mencapai tujuan-tujuan strategi. Motivasi tersebut dihubungkan dengan pemberian kompensasi pada para penyusun strategi yang mencapai prestasi strategi. Pemberian insentif sebagai kompensasi akan mengarahkan para manajer untuk memiliki motivasi yang tinggi dan saling mendorong satu sama lain.
c.    serta melibatkan pengembangan karier para penyusun strategi masa depan. Karena pentingnya kepemimpinan dalam implementasi strategi maka perlu mencurahkan perhaitan yang lebih besar pada pengembangan karier para penyusun strategi. Unutk menjadi penyusun strategi yang sukses, para eksekutif harus memahami keputusan-keputusan fungsional bisnis, khusunya: produksi dan operasi, pemasaran dan keuangan.
Dalam beberapa hal implementasi kepemimpinan dihubungkan dengan memperteemukan secara efektif antara penyusun dengan strategi. Hai ini melibatkan pemeriksaan terhadap kemampuan, pengalaman, pendidikan, personalitas dan gaya manajer para penyusun strategi. Ini juga melibatkan perancangan system kompensasi insentif para eksekutif puncak dan rencana pengmbangan karier sesuai dengan strategi yang dipilih.
3.      Penerapan Organisasional
Tahap terakhir penerapan atau implementasi strategi adalah impelemantasi organisasional. Untuk mengimplementasikan strategi memerlukan struktur organisasi yang sesuai dengan strategi tersebut. Oleh karena itu, manajer puncak harus menyesuaikan struktur organisasi yang dimilikinya dengan strategi yang dipilih.
Organisasi adalah pembagian pekerjaan di antara kelompok-kelompok atau individu-individu dan meyakinkan bahwa subbagain-bagian tersebut dihubungkan bersama-sama unutk menjamin bahwa mereka bekerjasama unutk menjamin bahwa mereka akan bekerja bersama-sama secara efektif.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi organisasional. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa jika strategi diimpementasikan secara wajar dengan struktur organisasi yang tepat maka perusahaan lebih efektif. Misalnya penelitian Chandler menyatakan bahwa jika perusahaan menggeser strateginya kea rah bentuk divisional. Dorongan unutk menggeser tersebut datang dari lingkungan perusahaan. Peneliti lainnya menyimpulkan bahwa masalah-masalah organisasi timbul dari ketidakmampuan organisasi unutk beradaptasi terhadap perubahan strategi.
Struktur organisasi apa yang cocok dengan strategi yang dipilih? Unutk menjawab pertanyaan tersebut kita harus mengenal berbagai struktur organisasi terlebih dahulu. Struktur organisasi telah banyak berubah, organisasi pada perusahaan kecil atau primitive hanya terdiri dari “boss” atau atasan dan para karyawan. Struktur organisasi terus berkembang sejalan dengan perkembangan perusahaan dan bertambahnya jumlah karyawan, sehingga timbul srtukturorganisasi fungsional. Jika perusahaan semakin bertumbuh dengan memperluas berbagai bidang bisnis maka struktur organisasi mengarah pada organisasi divisional. Perusahaan yang bisnisnya dalam bentuk proyek-proyek besar mendorong digunakannya sruktur organisasi matrik.[8]
5.  Kesimpulan Krakteristik Manajemen Mutu
Berdasarkan definisi-defini tentang TQM seperti di atas, Goetsch dan Davis mengungkapkan sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality management, sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi Terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan Yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan Tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.[9]


                                                         










Daftar kepustakaan
Saladi, Djaslim H.. (1999). Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan.   Linda Karya : Bandung.
Supriyono. (1985). Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis. BPFE : Yogyakarta
Wahyudi S. Agustinus. (1996). Manajemen Strategik. Binarupa Aksara : Medio.
Ulber Silalahi.2002. Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen. Mandar   Maju.Bandung.





[1] http://tugas-mutu.blogspot.com/2011/01/tugas-manajemen-mutu-iso-90001.html
[2] Ibid.
[3] http://mbegedut.blogspot.com/2012/06/pengertian-manajemen-mutu-menurut-para.html
[4] Ibid.
[5] http://manajemena2011.blogspot.com/2013/04/pengertian-manajemen-strategi.html
[6] http://www.referensimakalah.com/2013/01/sistem-manajemen-mutu-iso-9000.html
[7] http://target-blank.blogspot.com/2013/03/pengertian-penelitian-studi-kasus.html
[8] http://toyayans.blogspot.com/2012/02/penerapan-manajemen-strategi-dan.html
[9] http://cheesterzone.blogspot.com/2011/10/karakteristik-total-quality-management.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar