Manajemen
Kontemporer
A.
Pendahuluan.
Teori
manajemen kontemporer yaitu teori manajemen yang berkembang pada masa kini. Pada pembahasa kali ini, kita akan membahas
manajemen strategi, manajemen mutu dan
implementasi serta studi kasusnya. Berikut penjabarannya:
B.
Pembahasan.
1. Manajemen
strategi.
Kata
“manajemen” berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa
Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutama
“mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati
“tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.
Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris
menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.[1]
Sedangkan kata
“strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “stratēgos”. yang dapat
diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi
Athena. Kutipan dari buku Pengantar Manajemen Strategik Kontemporer,
Strategik di Tengah Operasional / J. Hutabarat dan M. Huseini, mengatakan
bahwa:
“Dalam
bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi dari
beberapa ahli dan pengarangnya. Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku
“Exploring Corporate Strategy”) misalnya mendefinisikan strategi sebagai arah
dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui
konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai
kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).”
Jadi,
manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai Sekumpulan keputusan &
tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang perusahaan (meliputi
analisa lingkungan, formulasi strategi, implementasi, evaluasi dan
pengendalian.
v Menurut
para ahli, manajemen strategi yaitu:
a.
Menurut Fred R. David :
Manajemen
strategi adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, menginplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuan.
b.
Menurut Michael A. Hitt & R.
Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,XV) :
Manajemen
strategi adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa
yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang
bernilai. Besarnya peranan manajemen strategi semakin banyak diakui pada
masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang
memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara,
perusahaanperusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari
perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk
kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan
laba diatas rata-rata.[2]
c.
Menurut H. Igor Ansoff :
Manajemen
strategi adalah analisis yang logis tentang bagaimana perusahaan dapat
beradaptasi terhadap lingkungan baik yang berupa ancaman maupun kesempatan
dalam berbagai aktivitasnya.
d. menurut Husein Umar (1999 : 86):
Manajemen
strategis sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating),
penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan
startegis antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya
di masa datang.[3]
v Macam-Macam
Tingkatan Straregi:
Dengan
merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985)
menjelaskan adanya empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut Master
Strategy, yaitu: enterprise strategy, corporate strategy, business strategy dan
functional strategy.
1. Enterprise
Strategy
Strategi
ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan
dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi
yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada
pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok
politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise terlihat
relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan
dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga
menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi
pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
2.
Corporate Strategy
Strategi
ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy
yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang
menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu,
tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap
organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang
utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga
itu? Apakah misi utama direktorat jenderal ini, direktorat jenderal itu?
Apakah misi badan ini, badan itu? Begitu seterusnya. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru dijawab bisa fatal.
Misalnya, kalau jawaban terhadap misi universitas ialah terjun kedalam dunia
bisnis agar menjadi kaya maka akibatnya bisa menjadi buruk, baik terhadap anak
didiknya, terhadap pemerintah, maupun terhadap bangsa dan negaranya. Bagaimana
misi itu dijalankan juga penting. Ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik
dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga disiapkan oleh setiap
organisasi.
3.
Business Strategy:
Strategi
pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat.
Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para
donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh
keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang
berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.
4.
Functional Strategy:
Strategi
ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain.
Ada tiga jenis strategi functional yaitu:
·
Strategi fungsional ekonomi yaitu
mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan
ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran,
sumber daya, penelitian dan pengembangan. Strategi functional manajemen,
mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating,
controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision
making, representing, dan integrating.
·
Strategi isu stratejik, fungsi utamanya
ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui
maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah (J. Salusu, p 101,
1996).Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi
isyarat bagi setiap pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi
tidak boleh dilihat dari sudut kerapian administratif semata, tetapi juga
hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan” organisasi dari sudut ekonomi
(J. Salusu, p 104, 1996).[4]
v Proses
Manajemen Strategi:
a.
Penyusunan Strategi vs Implementasi
Penyusunan
strategi (strategy formulation) meliputi perencanaandan pengambilan
keputusan yang membawa pada pembuatan tujuan perusahaan dan pengembangan
rencana strategis tertentu. Implementasi strategi (strategy implemetation)
meliputi penggunaan alat manajerial dan organisasi dalam tujuannya untuk
mengarahkan sumber daya ke arah pencapaian hasil strategis.
b.
Analisis Situasi
Penyusunan
strategi sering diawali dengan anlisis faktor internal daneksternal yang dapat
memengaruhi situasi kompetitif perusahaan. Analisis situasi (situation
analysis) adalah analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) yang dapat disingkat SWOT.
c.
Kekuatan dan Kelemahan Internal
Kekuatan (strength)
merupakan karakteristik internal positif yangdappat digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuan kinerja strategisnya. Kelemahan (weakness) merupakan
karakteristik internal yang dapat memperlambat atau menghambat kinerja
organisasi.
d.
Peluang dan Ancaman Eksternal
Ancaman (threats)
merupakan ciri-ciri dari lingkungan eksternal yangdapat menghambat perusahaan
dalam mencapai tujuan strategisnya.
Peluang (opportunities)
merupakan karakteristik dari lingkunganeksternal yang memiliki potensi untuk
membantu organisasi dalammencapai atau melampaui tujuan strategisnya.
v Strategic
Architecture:
Menurut
Gary Hamel dan C.K. Prahalad: “Masa depan perusahaan tidak cukup hanya dengan
dibayangkan (misi, tujuan, dll), tapi harus dibangun”. Dibutuhkan ‘visi’ masa
depan, mind-set yang baru, pikiran dan konsep yang menggerakkan perubahan
(kreasi, inovasi, dan terobosan untuk mewujudkannya). Visi tentang : “What do
we want to become ?”.
Arsitektur
strategi menunjukkan kompetensi yang harus dibangun sekarang, prioritas
pengembangan produk, fungsi-fungsi baru yang harus dikembangkan, dan pemahaman
akan kebutuhan pelanggan baru. Arsitektur strategi memberikan visi bagi suatu
organisasi.[5]
2. Manajemen Mutu.
Pada
dasarnya manajemen mutu dapat didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan
performance secara terus-menerus (continous performance improvement) pada
setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu
organisasi, dengan menggunakan semua SDM dan modal yang tersedia.
Sedangkan
manajemen mutu menurut Santoso dalam buku Total Quality Management (TQM),
merupakan sistem manajemen yang mengangkat mutu sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi.
Manajemen
mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada
upayamenciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan
organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat
sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara.
Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar
seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin
kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan
penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi
tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam
organisasi.
·
Pengertian Mutu
Dugaan
dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai
sesuatu yang :
- Unggul dan bermutu tinggi
- Mahal harganya
- Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
- Unggul dan bermutu tinggi
- Mahal harganya
- Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan
dan penafsiran tersebut di atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam
menganalisa dan menilai mutu suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda
dengan kebiasan mendefinisikan "mutu" dengan cara membandingkan satu
produk dengan produklainnya. Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam
tangan Alba.
Kedua pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer).
Kedua pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer).
Secara
singkat mutu dapat diartikan: kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau
kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan.
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Pada
pengertian manajemen tradisional, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan
eksternal (di luar organisasi). Mengapa pelanggan internal menjadi perhatian
manajemen mutu? Jawabnya, adalah apabila pribadi yang ada di dalam organisasi
tersebut dilayani dengan baik, otomatis mereka akan melayani pelanggan
eksternal secara baik pula.
Organisasi
dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam
arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang
memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru
dan guru selalu menanggapi keinginan siswa.
·
Prinsip-prinsip Manajemen Mutu
Manajemen
mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan
kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung
jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen
mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang
kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1)
Setiap orang memiliki pelanggan.
2)
Setiap orang bekerja dalam sebuah
sistem.
3)
Semua sistem menunjukkan variasi.
4)
Mutu bukan pengeluaran biaya, tetapi
investasi.
5)
Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai
perencanaan.
6)
Peningkatan mutu harus menjadi pandangan
hidup.
7)
Manajemen berdasarkan fakta dan data.
8)
Fokus pengendalian (control) pada
proses, bukan hanya pada hasil out put.
Sasaran
Mutu merupakan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan proses pada suatu
Perusahaan / Organisasi. Seperti diketahui bahwa Kebijakan Mutu yang telah
ditentukan bisa sebagai pembuka jalan dalam pembuatan Sasaran Mutu, itu
merupakan salah satu cara termudah, walaupun bisa saja menggunakan masukan dari
tingkatan bawah (bottom-up) atau cara - cara lainnya. Semua cara - cara
tersebut setidaknya harus sesuai dengan fokus kepada pelanggan dan
dikomunikasikan ke semua tingkatan dalam Perusahaan / Organisasi. Pembuatan Sasaran
Mutu ini terbagi menjadi dua yaitu Sasaran Mutu untuk tingkatan Perusahaan /
Organisasi dan Sasaran Mutu untuk tingkatan / fungsi terkait.
Suatu
organisasi harus memastikan penetapan proses, bagaimana proses tersebut saling
berinteraksi, sumber daya apa yang diperlukan untuk menyajikan produk dan
bagaimana pro sesnya diukur serta ditingkatkan. Jika hal-hal tersebut telah
ditetapkan, maka diperlukan penetapan suatu sistem pengendalian dokumentasi
bersama pedoman mutu dan pengendalian terhadap catatannya.
Sistem
manajemen mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas- aktivitas dalam
organisasi modern. Mutu dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama: (1)
transcendent quality adalah suatu kondisi ideal menuju keunggulan, (2)
product-based quality adalah suatu atribut produk yang memenuhi mutu, (3)
user-based quality adalah kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk,
(4) manufacturing-based quality adalah kesesuaian terhadap
persyaratan-persyaratan standar, dan (5) value- based quality adalah derajat
keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif.
Sistem
manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat
proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula
bahwa banyak sistem manajemen mutu tidak akan efektif 100% pada pencegahan
semata, sehingga sistem manajemen mutu berlandaskan pada tindakan korektif
terhadap masalah-masalah yang ditemukan.
Sistem
manajemen mutu mencakup elemen-elemen, yaitu: tujuan (objectives), pelanggan
(customers), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan
(inputs), pemasok-pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik dan
umpan maju (measurements for feedback and feedforward). Elemen-elemen tersebut
dalam akronim bahasa Inggris dapat disingkat menjadi: SIPOCOM (Suppliers,
Inputs, Processes, Outputs, Customers, Objectives, and Measurements).[6]
3. Studi Kasus
Istilah
‘studi kasus’ berasal dari bahasa inggris dari frase “case study’ (=studi
kasus). Jika di urai kata ‘case’ dan ‘study; mempunyai arti dan makna sendiri.
Case, Kamus Oxford (1991) memaknai sebagai : example of the occurrence of
something; set of facts; matter being investigated by the police, yang dapat
dapat diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berturut-turut : contoh kejadian
sesuatu; serangkaian kenyataan-kenyataan; perihal yang sedang di periksa
polisi. Sedang kata ‘study’ dimaknai oleh Kamus tersebut antara lain : process
of learning something;book etc, resulting from research;give time and attention
to learning something; examine carefully; yang dapat diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia sebagai serangkaian kegiatan mempelajari sesuatu; buku dll
hasil penelitian; mencurahkan waktu dan perhatian untuk mempelajari sesuatu;
memeriksa dengan seksama. Mencermati makna kamus diatas dapat diartikan bahwa
studi kasus mengandung makna serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dengan penuh perhatian terhadap sesuatu fenomena aktual yang
menjadi fokus perhatian.
Data
yang dikumpulkan bukan hanya tentang saat ini saja tetapi juga kejadian /
peristiwa / proses yang terjadi masa lalu yang mungkin berkaitan dengan saat
saat ini. Proses sistematik yang ditujukan untuk mengembangkan temuan-temuan
yang didasarkan atas bukti yang tidak diragukan menjadi sesuatu hasil akhir
kejadian atau hasil-hasil akhir yang saling berkaitan yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu fenomena.
a. Definisi teknis Studi Kasus
Definisi
dan penjelasan di atas bagi beberapa orang mungkin abstrak dan membutuhkan
definisi teknis. Definisi yang lebih teknis dikemukakan Yin (1996) yang
menyatakan bahwa studi kasus adalah pencarian pengetahuan secara empiris yang :
menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana : batas-batas
antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas; dan dimana multisumber
bukti digunakan.
·
Studi Kasus Menurut Ahli
Pendapat
Pollit & Hungler (1999) memperjelas lagi tentang esensi studi
kasus:”…karena harus tepat untuk analisis yang intensif, maka fokus studi kasus
khususnya adalah pada penentuan dinamika mengapa seseorang berpikir,
berperilaku, atau mengembangkan diri dan bukan pada apa statusnya, kemajuannya,
tindakannya atau pikirannya. Apakah suatu penelitian merupakan kuasi
eksperimental ataupun eksperimental, pengumpulan data dan metode analisis
dimahfumi menyembunyikan banyak rincian atau detail (Stake, 1995) Studi kasus
dirancang untuk memperjelas detail dari sudut pandang partisipan melalui multi
sumber yang mungkin. Umumnya penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif inti
dari penyeledikan adalah variabel atau beberapa variabel tertentu, berbeda
dalam studi kasus yang menjadi pusat adalah kasus itu sendiri.
Unit
analisis pada penelitian studi kasus merupakan hal lain kritikal. Unit analisis
studi kasus bukanlah individu atau lembaga itu sendiri tapi lebih khas kepada
sistem tindakan (Tellis, 1997). Unit analisis tersebut bisa bervariasi dari
sistem tindakan yang dihasilkan oleh individu atau individu-individu sampai
dengan suatu lembaga. Walaupun ada yang menerapkannya secara retrospektif
tetapi studi kasus paling sering diterapkan secara prospektif. Data- data
diperoleh dari dokumen-dokumen, arsip (baik digital maupun konvensional: pen),
wawancara, observasi langsung, observasi partisipatif, dan artefak fisik (Yin,
1994).
Aziz
S.R. (2003) menyatakan bahawa penelitian yang terinci tentang seseorang
(individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu disebut studi
kasus. Lebih tegas Aziz menambahkan bahwa penelitian studi kasus adalah
penelitian terhadap fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana
batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan dimana:
multi sumber bukti dimanfaatkan.
Untuk
memahami lebih jauh tentang studi kasus dengan lugas Feagin, Orum, &
Sjoberg (1991) dalam Tellis (1997) menyatakan bahwa studi kasus merupakan
penelitian yang melakukan analisis dari berbagai sudut pandang
(multi-perspectival analyses). Artinya bahwa peneliti tidak saja memperhatikan
suara dan perspektive dari aktor saja, tapi juga kelompok dari aktor-aktor yang
relevan dan interaksi antara mereka. Aspek ini merupakan titik yang menonjol
dan penting yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai studi kasus. Studi kasus
memberi kepada yang powerless dan voiceless.
Sedangkan
studi kasus menurut Kumar (1999) adalah suatu pendekatan untuk meneliti
fenomena sosial melalui analisis kasus individual secara lengkap dan teliti,
serta memberikan suatu analisis yang intensif dari banyak rincian khusus yang
sering terlewatkan oleh metode penelitian lain. Pollit & Hungler (1999)
memaknai studi kasus sebagai metode penelitian yang menggunakan analisis
mendalam, yang dilakukan secara lengkap dan teliti terhadap seorang individu,
keluarga, kelompok, lembaga, atau unit sosial lain.
b. Kapan Studi Kasus Digunakan
Yin
(1994) dalam Tellis (1997) mengajukan paling tidak 4 aplikasi model studi kasus
:
·
Untuk menjelaskan tautan sebab-akibat
yang rumit (complex causal links) dalam intervensi kehidupan nyata.
·
Untuk menggambarkan konteks
kehidupan-nyata yang mana intervensi tersebut terjadi.
·
Untuk menggambarkan intervensi itu
sendiri.
·
Untuk mengeksplorasi situasi-situasi
tersebut yang mana intervensi-intervensi yang sedang dievaluasi tidak mempunyai
set outcomes yang jelas
Studi
kasus keperawatan dan kedokteran misalnya yang dilakukan pada pasien tunggal
sebagai unit analisis maka untuk memperoleh pemahaman yang kaya akan fokus
studi ini penelitian studi kasus menggali data dari partisipan dan informan
utama dengan wawancara mendalam, menggali dari rekam medik pasien, dan
pengamatan bahkan buku harian/ agenda pasien atau coretan-coretan dinding
(misalnya pada pasien psikosa) merupakan sumber yang memperkaya informasi dalam
suatu studi kasus. Sebagai misal penelitian dengan unit analisis pasien Gagal
Ginjal Kronis, maka konteksnya adalah keluarganya, orang berarti di sekeliling
pasien, perawat, atau dokter . Jadi konteksnya adalah orang lain dan sumber
informasi diluar kasus itu sendiri.
c. Kelebihan studi kasus :
·
Analisis intensif yang dilewatkan
tidakdilakukan oleh metode lain.
·
Menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus
khusus.
·
Cara yang tepat untuk mengeksplorasi
fenomena yang belum secara detail diteliti.
·
Sering menghasilkan kesadaran
pengetahuan baru
·
Informasi yang dihasilkan dalam suatu
studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji
lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya. Studi
kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriptif yang
baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau
menyanggah teori (Burns & Grove, 1997).[7]
4. mengaplikasikan manajemen strategi dalam
realitas kehidupan.
Telah
dijelaskan pada poin terdahulu bahwa penerapan strategi, meliputi penentuan,
kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber-sumber daya
agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan.
1. Penerapan
Kebijaksanaan Fungsional
Strategi
menetukan garis besar atau dasar pedoman pokok pencapaian tujuan. Untuk
mencapai tujuan perusahaan maka strategi memerlukan persepsi dan tekanan khusus
dalam bentuk kebijakasanaan (policy). Kebijaksanaan (policy) adalah pedoman
pelaksanaan tindakan-tindakan tertentu. Seringkali strategi dinyatakan dalam
ukuran-ukuran umum yang interprestasinya dapat berbeda-beda. Pemilihan
kebijaksanaan secara hati-hati dapat mempertajam arti strategi dan memedomani
keputusan-keputusan khusus dalam suatu arah yang mendukung strategi.
Implemantasi
kebijakan fungsional melibatkan dua proses yaitu: menyebarkan sumber-sumber dan
pengembangan kebijakan yang mengoperasionalkan strategi.
Penyebaran
sumber-sumber adalah keputusan tentang penentuan alokasi sumber-sumber
perusahaan yang meliputi uang, fasilits, dan daya manusia kepada divisi-divisi
atau departemen-departemen atau unit bisnis. Penyebaran sumber biasanya
dikerjakan melalui proses penganggaran.
Apakah
penyebaran sumber merupakan proses penting untuk suksesnya strategi? Jawabannya
“ya”. Strategi tanpa keputusan tentang penyebaran sumber adalah strategi hanya
di atas kertas, strategi tanpa konsekuensi penyebaran sumber atau tanpa memliki
sumber adalah bagaikan macan kertas yang tidak mempunyai kekuatan.
Menciptakan
kebijaksanaan mengarahkan pada kondisi-kondisi dimana para manajer subordinasi
atau bawahan mengetahui tentang apakah mereka memperoleh dukungan untuk bekerja
dan mengimplementasikan keputusan. Elemen penting dalam menyusun kebijaksanaan
adalah kemampuan untuk menjabarkan strategi induk dan substrategi ke dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang cocok, dapat dilaksanakan dan tidak hanya baik
secara teoretis. Bagi para manajer mereka tidak cukup hanya memutuskan
perubahan strategi tetapi lebih penting adalah bagaimana strategi baru tersebut
akan dilaksanakan, kapan dilaksanakan, dan bagaimana melaksanakananya secara
efisien dan efektif.
Kebijaksanaan
minimal yang harus dikembangkan adalah meliputi kunsi keputusan fungsional
yaitu; kebijaksanaan pemasaran, kebijaksanaan manajemen produksi dan operasi,
penelitian dan pengembangan, logistic, personalia dan keuangan dan akuntansi.
2. Penerapan
Kepemimpinan
Penerapan
kepemimpinan dalam kaitannya dengan manajemen strategi ini meliputi ;
a. Mengubah
kepemimpinan saat sekarang pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Yaitu, membuat
keyakinan bahwa penyusun strategi yang tepat diberi posisi atau kedudukan yang
tepat untuk memilih strategi perusahaan anatar unit bisnis.
b. Memperkuat
motivasi para manajer melalui pemberian insentif, misalnya insentif keuangan
dan lain-lain. Bagi perusahaan umumnya bermanfaat unutk menguatkan atau
mendorong motivasi para penyusun stretegi agar dapat mencapai tujuan-tujuan
strategi. Motivasi tersebut dihubungkan dengan pemberian kompensasi pada para
penyusun strategi yang mencapai prestasi strategi. Pemberian insentif sebagai
kompensasi akan mengarahkan para manajer untuk memiliki motivasi yang tinggi dan
saling mendorong satu sama lain.
c. serta
melibatkan pengembangan karier para penyusun strategi masa depan. Karena
pentingnya kepemimpinan dalam implementasi strategi maka perlu mencurahkan
perhaitan yang lebih besar pada pengembangan karier para penyusun strategi.
Unutk menjadi penyusun strategi yang sukses, para eksekutif harus memahami
keputusan-keputusan fungsional bisnis, khusunya: produksi dan operasi,
pemasaran dan keuangan.
Dalam
beberapa hal implementasi kepemimpinan dihubungkan dengan memperteemukan secara
efektif antara penyusun dengan strategi. Hai ini melibatkan pemeriksaan
terhadap kemampuan, pengalaman, pendidikan, personalitas dan gaya manajer para
penyusun strategi. Ini juga melibatkan perancangan system kompensasi insentif
para eksekutif puncak dan rencana pengmbangan karier sesuai dengan strategi
yang dipilih.
3. Penerapan
Organisasional
Tahap
terakhir penerapan atau implementasi strategi adalah impelemantasi
organisasional. Untuk mengimplementasikan strategi memerlukan struktur
organisasi yang sesuai dengan strategi tersebut. Oleh karena itu, manajer
puncak harus menyesuaikan struktur organisasi yang dimilikinya dengan strategi
yang dipilih.
Organisasi
adalah pembagian pekerjaan di antara kelompok-kelompok atau individu-individu
dan meyakinkan bahwa subbagain-bagian tersebut dihubungkan bersama-sama unutk
menjamin bahwa mereka bekerjasama unutk menjamin bahwa mereka akan bekerja
bersama-sama secara efektif.
Banyak
penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi organisasional. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa jika strategi diimpementasikan secara
wajar dengan struktur organisasi yang tepat maka perusahaan lebih efektif.
Misalnya penelitian Chandler menyatakan bahwa jika perusahaan menggeser
strateginya kea rah bentuk divisional. Dorongan unutk menggeser tersebut datang
dari lingkungan perusahaan. Peneliti lainnya menyimpulkan bahwa masalah-masalah
organisasi timbul dari ketidakmampuan organisasi unutk beradaptasi terhadap
perubahan strategi.
Struktur
organisasi apa yang cocok dengan strategi yang dipilih? Unutk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus mengenal berbagai struktur organisasi terlebih
dahulu. Struktur organisasi telah banyak berubah, organisasi pada perusahaan
kecil atau primitive hanya terdiri dari “boss” atau atasan dan para karyawan.
Struktur organisasi terus berkembang sejalan dengan perkembangan perusahaan dan
bertambahnya jumlah karyawan, sehingga timbul srtukturorganisasi fungsional.
Jika perusahaan semakin bertumbuh dengan memperluas berbagai bidang bisnis maka
struktur organisasi mengarah pada organisasi divisional. Perusahaan yang
bisnisnya dalam bentuk proyek-proyek besar mendorong digunakannya
sruktur organisasi matrik.[8]
5. Kesimpulan Krakteristik Manajemen Mutu
Berdasarkan
definisi-defini tentang TQM seperti di atas, Goetsch dan Davis mengungkapkan
sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality management, sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam
TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver.
Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan
kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan
kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau
jasa.
2. Obsesi Terhadap
Kualitas
Dalam
organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan
eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi
untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan
ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain
pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data
diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau
prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka
Panjang
TQM
merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya
perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting
guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan
sukses.
5. Kerja sama Team
(Teamwork)
Dalam
organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin
dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga
pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem
Secara Berkesinambungan
Setiap
poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam
suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu
diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat
meningkat.
7. Pendidikan dan
Pelatihan
Dalam
organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang
fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang
tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang
dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
8. Kebebasan Yang
Terkendali
Dalam
TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab
karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat
memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena
pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul
karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana
dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan Tujuan
Agar
TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan
tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan
antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan
dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan
dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM.
Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka
dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.[9]
Daftar kepustakaan
Saladi, Djaslim H.. (1999). Manajemen
Strategi dan Kebijakan Perusahaan.
Linda Karya : Bandung.
Supriyono. (1985). Manajemen Strategi dan
Kebijaksanaan Bisnis. BPFE : Yogyakarta
Wahyudi S. Agustinus.
(1996). Manajemen Strategik.
Binarupa Aksara : Medio.
Ulber
Silalahi.2002. Pemahaman Praktis
Asas-asas Manajemen. Mandar Maju.Bandung.
[1]
http://tugas-mutu.blogspot.com/2011/01/tugas-manajemen-mutu-iso-90001.html
[2]
Ibid.
[3]
http://mbegedut.blogspot.com/2012/06/pengertian-manajemen-mutu-menurut-para.html
[4]
Ibid.
[5]
http://manajemena2011.blogspot.com/2013/04/pengertian-manajemen-strategi.html
[6]
http://www.referensimakalah.com/2013/01/sistem-manajemen-mutu-iso-9000.html
[7]
http://target-blank.blogspot.com/2013/03/pengertian-penelitian-studi-kasus.html
[8]
http://toyayans.blogspot.com/2012/02/penerapan-manajemen-strategi-dan.html
[9]
http://cheesterzone.blogspot.com/2011/10/karakteristik-total-quality-management.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar