forum.swaramuslim.net
Lirik dan syair qasidah Kristen karya penginjil asal Lamongan, Jawa Timur yang
menyebut dirinya Yosua, memang kental bahasa arabnya. Tujuannya jelas, agar umat
Islam bisa disusupi ajaran Kristen, Tapi, umat Islam bukan kaum terbelakang yang
mudah diperdaya.
Meski dialihbahasakan ke seribu bahasa, jika isinya
tentang trinitas dan yesus kristus, umat sudah paham. Apalagi jika bahasa Arab
yang digunakan salah susunan tata bahasanya, sang penginjil akan tertipu oleh
dirinya sendiri.
Misalnya syair lagu Isa Kalimatulloh. "Fii-bad'i kana
al-kalimah. Wa kana al-kalimatu kana 'indillaahi. Huwa fii-bad'i kana
'indillaahi. Bihi ma kana kullu syai'in wa bighoirihi makana syai'in mimma
kana". Sang penginjil, seharusnya menulis "indalloohi" bukan
"indillaahi", Kata "al-kalimatu" tidak memakai huruf alif. Kata
"wal-kalimatu" ditulis "wa kana al-kalimatu". Padahal, syair ini
mengutip Injil Yohanes 1:1-3.
Lagu berjudul "Nahmaduka Ya Allah",
lirik dan syairnya mirip dengan qasidah umat Islam. Secara umum, syairnya tak
bermasalah secara akidah Islam.
Berikut kutipannya : "Nahmaduka ya
Allah, nahmaduka ya Allah, Ana nad'u la asmika, ana nad'u la asmika. Allahy
ma'rufun lil-mustaqim sholihun lianqiyail qulub".
Terjemahannya,
"Kami syukur ya Allah. Aku serukan nama-Mu. Allah itu sungguh baik bagi yang
bersih hatinya". Tapi, secara kaidah bahasa Arab, banyak kesalahannya.
Misalnya, kata "ma'ruuf", "syukur" dan "al-quluub" ditulis tanpa
huruf "wawu mati". Persoalannya, syair ini menjadi alat propaganda Yahudi
dengan menyisipkan kalimat "Allahu 'adhimun fi Isra'il" ( Allah itu
terkenal di Israel).
Pesan rasialis lain, misalnya pernyataan tidak ada
Allah kecuali di Israel. "Sekaang aku tahu, bahwa diseluruh bumi tidak ada
Allah kecuali di Israel. Karena itu, terimalah kiranya suatu pemberian dari
hambamu ini" (II Raja-raja 5:15).
Demikian juga dengan lagu berjudul Allahu Akbar. Lirik dan
nadanya serupa dengan qasidah umat Islam. Syairnya juga cukup bagus. Berikut
kutipannya, "Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, pujilah asma Allah. La
ilaha illallah, Tinggikan nama Tuhan. Allahu Akbar fil jannah, tiada yang
seperti Dia. Allahu Akbar fiddunya, Allahu Akbar fil-jannah, Allahu ya Allah,
pujilah asma Allah".
Tapi, yang serupa belum tentu sama. Karena,
dalam syair Allahu Akbar ini diselipkan kalimat "Ya Robbi
Al-Masih". Kalimat inilah yang melanggar akidah Islam. Dalam Islam, Allah
SWT memiliki sifat Maha Besar (al-kabir). "Sesungguhnya
Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS al-Hajj:62,
baca juga ar-Ra'd:9 dan al-Mukmin:12).
Karena tak ada sesuatupun yang
serupa dengan Allah (QS asy-Syura:11, al-Ikhlas:4), satu-satunya yang layak dan
berhak disebut Allahu Akbar (Allah Maha Besar) hanya Allah SWT. Menyebut makhluk
ciptaan Allah sebagai Allahu Akbar adalah pelanggaran akidah, disebut musyrik
(mempersekutukan Allah).
Keesaan Tuhan dalam Islam juga diakui teolog kristen. Pendeta
Dr. Harun Hadiwijono mengakui dalam bukunya Inilah
Sahadatku. "Bagi agama Islam dosa yang tidak dapat
diampuni adalah syirik, yaitu mempersekutukan Allah. Dalam al-Qur;an surah 4:48
disebutkan, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, sekalipun Tuhan berkenan
mengampuni dosa selain daripada dosa syikrik itu. Agama Islam memang menekankan
sekali keesaan Allah," (hlm 195).
Jadi, syair qasidah yang menyebut
Isa Almasih sebagai Allahu Akbar, adalah dosa besar yang memusyrikan Allah.
Karena Nabi Isa menolak penuhanan terhadap dirinya (QS
al-Maaidah:116-118).
Kemusyrikan itu bermula dari doktrin Trinitas
(tritunggal) yang diyakini umat Nasrani. Brosur yang dikeluarkan Sekolah Tinggi
Teolog Joseph KAM menyebutkan, Allah Tritunggal terdiri dari tiga pribadi, yaitu
Allah Bapak, Allah Anak (Yesus) dan Allah Roh Kudus.
"Allah memiliki tiga
pribadi yang setara, sehakikat, sekehendak, satu zat, tidak bercampur, tidak
berpisah dan tidak berasal mula. Allah bukan hanya Bapak saja, tapi juga Yesus
dan Roh Kudus. Bapak bukan Allah dalam keseluruhannya, tapi juga Yesus dan Roh
Kudus. Yesus Kristus adalah seratus persen Allah dan seratus persen manusia,
namun Allah bukan hanya Yesus Kristus saja, tetapi juga Bapak dan Roh
Kudus."
Doktrin diatas adalah slogan yang tidak bisa dibuktikan secara
ilmiah, karena tak sesuai dengan fakta yang ada. Bibel sendiri menunjukkan bahwa
Yang Maha Besar hanya Tuhan, "Sebab Tuhan Maha Besar sangat terpuji, Ia lebih
dahsyat daripada segala Allah," (Mazmur 96:4).
"Tuhan itu Maha
Besar dan Tuhan kita itu melebihi segala Allah," (Mazmur 135:5). Sifat
Tuhan kekal tak berubah selamanya (Maleakhi 3:6) dan tidak ada yang
menyamai-Nya karena tak ada ilah sebelum dan sesudah Dia (Yesaya 43:10).
Bibel juga menantang manusia yang ebrbuat musyrik pada-Nya, dalam firman-Nya,
"Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah dan apa yang dapat kamu anggap
serupa dengan Dia?" (Yesaya 40:18).
Faktanya, tak ada yang berani
menjawab tantangan ini, termasuk Yesus Kristus yang diklaim sebagai "Allahu
Akbar" oleh para penginjil. Padahal, Yesus sendiri tak berani menyebut dirinya
Allahu Akbar. "Bapaku, yang memberikan mereka kepadaku, lebih besar daripada
siapapun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa," (Yohanes
10:29).
Kini, setelah dua puluh abad sepeninggal Yesus dari dunia, muncul
penginjil yang lancang memberi gelar "Allahu Akbar" pada Yesus. Gelar ini jelas
salah alamat. Selain salah secara teologis, syair qasidah yang diciptakannya
juga salah secara bahasa. (FAKTA/sabili)
Baca Awas Qasidah Nasrani
(1)
http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=4033_0_24_0_M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar