Sabtu, 05 Oktober 2013

Baruch Spinoza (1632-1677)

Baruch Spinoza (1632-1677): filosof dan teolog Yahudi rasionalis. Filosof terpenting dalam peradaban barat modern. Tokoh kritik kitab suci. Filosof dan teolog Yahudi terbesar yang pernah melakukan analisa kritis terhadap teks-teks kitab-kitab Perjanjian Lama. Hidup di Belanda. Lahir dari ibu-bapa Yahudi Spanyol-Portugis (Andalusia). Setelah menetap di Amsterdam, mereka berdua masuk dalam jajaran pimpinan umat Yahudi dan pedagang besar di sana. Kegiatan pokoknya adalah mengimpor barang.
Pada abad ketujuh belas (abad Spinoza), Yudaisme Robi (atau Talmud) (Rabinical [Talmudic] Judaism)1 mulai diterpa Krisis yang mampu merobohkan sendi-sendinya. Akibatnya, Yudaisme aliran ini pun hanya dianut oleh sebagian kecil umat Yahudi di seluruh dunia. Sedang sisanya menganut berbagai macam aliran lain (seperti Yudaisme rekonstruksionisme) yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Vudaisme Rabbinikal. Pada masa ini, kondisi para robi memang sangat memprihatinkan. Mereka selalu sibuk mengeluarkan bidah-bidah pribadi dari teks­teks kitab suci lalu meligitimasinya dengan kedaulatan tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul.
Adapun ciri terpenting dari krisis itu adalah dianutnya aliran Kabbalah, terutama Kabbalah Lurian (Lurianic Kabbalah)2 oleh mayoritas umat Yahudi Eropa yang sebenarnya sudah mulai sejak pertengahan abad ke-16. Spinoza menganggap tutisan Kabbalah ini sebagai bualan-bualan yang membuat rasa herannya tidak habis­habis. Meski begitu, menurut Abdul Wahhab al-Masiry, aliran yang merupakan suatu bentuk panteisrne emanasi monoisme3 ini sangat mempengaruhi Spinoza dan anggota komunitas-komunitas Yahudi lain, terutama dalam pandangan mereka terhadap alam.
Masa-masa pendidikan Spinoza, dilalui dengan cara­cara tradisional. Mempelajari Talmud. Tetapi tafsiran­tafsiran kabbalah ternyata sudah jauh menyusup ke dalam Yeshiva (Sekolah Talmud Tinggi). Akibatnya, tafsiran­tafsiran Talmud pun banyak diwarnai oleh pikiran-pikiran kabbalah lurian ini. Membaca tulisan-tulisan Musa bin Maimun (Moses Maimonide), Ibnu Ezra (Aben Ezra), Hisdai bin Shaprut, Musa bin Hanuh, Ibnu Naghrilah (Samuel Hanajid), filsafat sufi Ibnu Jabirul; dan karya­karya pemikir Yahudi Andalusia lain.
Dari tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Spinoza berkenalan dengan pikiran-pikiran Ibnu Rusyd. Sedang dari tulisan-tulisan Ibnu Ezra (Aben Ezra) yang sering dia nukil dalam buku yang ada di hadapan kita ini, diduga mengenal pikiran-pikiran Ibnu Hazm al-Andalusi. Ibnu Hazm adalah ulama Muslim klasik yang pernah membahas Alkitab dengan metode -yang menurut saya- paling ilmiah. Ibnu Ezra dan Ibnu Hazm adalah warga kota yang sama, yaitu Granada. Ibnu Ezra hidup seratus tahun setelah Ibnu Hazm wafat. Karena Ibnu Hazm cukup terkenal, sedang Ibnu Ezra juga seorang imam Yahudi, menurut saya sangat kecil kemungkinan, jika tidak mengenal debat-debat Ibnu Hazm dengan imam-imam Yahudi pada masanya dan tulisan­tulisan utamanya, yaitu: Al-Fishal dan Ar-Raddu `ala Ibni Naghrilah (Bantahan Terhadap Ibnu Naghrilah4 Lalu, karena Spinoza seperti kita sebutkan tadi pernah membaca tulisan-tulisan Ibnu Ezra, di samping itu dia juga termasuk keluarga Andalusia imigran, besar kemungkinan dia juga mengenal pikiran-pikiran kritis Ibnu Hazm dari Ibnu Ezra ini. Hal ini saya sampaikan, melihat adanya kemiripan antara analisa kritis Spinoza terhadap kitab suci dengan analisa kritis Ibnu Hazm.
Kembali ke pokok pembicaraan semula, selain mempelajari Talmud, tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Ibnu Ezra dan pemikir-pemikir Yahudi Andalusia lain, Spinoza juga mempelajari bahasa Latin. Tetapi sebelum itu dia sudah mengusai bahasa Spanyol, Portugal, Ibrani, Perancis dan Italia. Suatu hal yang membukakan cakrawala yang cukup luas bagi dirinya. Pada gilirannya dia pun bisa mempelajari pikiran renaissance Eropa, membaca karya-karya Rene Descartes (Rene Dekart) dan Thomas Hobbes -dua orang yang meninggalkan pengaruh yang cukup jauh ke dalam dirinya- juga menguasai pikiran Gordano Bruno yang memiliki warna emanasi panteisme yang cukup jelas.
Tampaknya, sejak semula Spinoza sudah menyiapkan diri untuk menjadi robi (hakham). Tetapi di kemudian hari, jalan hidupnya ini ternyata berbalik. Dia malah diusir dari Jemaat Yahudi Amsterdam setelah dituduh ateis karena pikiran-pikirannya tentang kitab suci dan akidah-akidah Yahudi. Sebelum diusir, dia masih sempat disuap oleh para robi agar menyembunyikan pikiran-pikirannya itu. Tetapi menolak dan bersikeras untuk menyiarkannya. Akhirnya keputusan itu pun dia terima dengan senang hati meskipun tidak memeluk agama baru. Dia cukup meninggalkan Amsterdam dan hidup jauh dari perkampungan Yahudi. Namanya dia ganti dengan Benedictus, yaitu padanan Yunani dari kata Ibrani "Baruch" yang berarti "Yanq diberkati" (dalam bahasa Arab "Mubarak"). Mulai saat itu dia hidup dari membuat lensa mata.
Dalam hidupnya, Spinoza hanya menerbitkan dua buku. Yang satu dengan membubuhkan namanya, yaitu buku Dasar-dasar Filsafat Descartes dan yang satu lagi tidak, yaitu buku Tractatus Theolgico-Politicus (Tesis Tentang Teologi Dan Politik), buku yang sebagiannya kita terjemahkan ini. Sedang buku-bukunya yang lain, seperti Etika, Studi Politik, Perbaikan Akal, beberapa buah tesis dan Gramatika Ibrani diterbitkan setelah dia wafat.
Filsafat Spinoza bersifat komprehensif. Mencakup pembahasan tentang agama dan dunia, etika dan perasaan, manusia dan alam serta individu dan masyarakat. Secara garis besar, struktur pikiran itu berputar pada tiga unsur, yaitu: tuhan, alam dan manusia kemudian hubungan antarketiganya. Dalam hal ini, Spinoza menganut paham panteisme, yaitu kesatuan tuhan, alam dan manusia.




Catatan :
 
Ada tiga catatan kaki: yang satu dari Spinoza, yang kedua dari Hassan Hanafi dan yang ketiga dari penerjemah bahasa Indonesia. Yang pertama kami beri tanda: Sp, yang kedua kami beri tanda: H.H., sedang yang terakhir tidak kami beri tanda. Untuk ayat-ayat Alkitab, meskipun ada juga dalam terjemahan Arab tidak kami beri tanda: H. H.

1). Yudaisme resmi.

2). Dalam hahasa Ibrani kata Kabbalah berarti tradisi. Sejak abad XII Masehi, kata ini menunjukkan kepada aliran sufi Yahudi yang timbul karena reaksi dari aliran rasionalis yang dipelopori oleh Musa bin Maimun.
Kabbalah menafsirkan Taurat secara sirnbolik. Menurut mereka. di samping makna literal, teks kitab suci mempunyai makna batin yang hanya diketahui oleh para salikin (peniti jalan batin). Selanjutnya, metode penafsiran mereka ini berlandaskan pada dasar-dasar berikut:
  1. Penggantian: penggantian suatu huruf abjad dengan huruf abjad lain berdasarkan kaedah tertentu.
  2. Penjumlahan nilai nominal suatu huruf atau kata. Dari jumlah ini disimpulkan suatu makna. Misalnya dua kata pertama dalam kitab Kejadian mempunyai nilai nominal 1116 yang kita dapatkan dalam kalimat berikut: diciptakan pada awal tahun. Yakni penciptaan alam semesta telah selesai pada awal tahun Yahudi.
  3. Indikasi inisial. Yakni setiap huruf dari kata dianggap awal huruf dari kata lain. Misalnya struktur kata Adam mengandung huruf alif (berarti Adam),  dal (berarti Daud) dan mim (berarti Masih). Jadi kata Adam mengandung maksud: Masih putra Adam dan Daud.
Selanjutnya. di samping takwilan kebatian yang kita temukan juga dalarn kalangan Syiah, terutama sekte Ismaliah ini, kelompok ini juga mempercayai adanya inkarnasi, nujum, sihir dan membaca rajah tangan.
Sedang Kabbalah Lurian adalah salah satu dari dua alirannya. Lurian diambil dari pendirinya Ishak Luria (Isaac l'aveugle) dari kota Nimes di Perancis Selatan. Sedang alirannya yang lain adalah adalah Kabbalah Zolrar-.

3).  Wihdat al-wuj

4). Ibnu Naghrilah adalah menteri Yahudi pada salah satu pemerintahan Islam di Andalusia. Pernah mengarang buku yang berisi cacian terang-terangan terhadap Islam dan kitab sucinya. Buku inilah dibalas oleh lbnu Hazm.

Kesimpulan dari kontradiksi dalam Perjanjian Baru

Hal-hal yang telah kita bicarakan dalam  buku  ini  dan
komentar-komentar yang ditulis oleh ahli tafsir Kristen
yang besar telah menolak  pernyataan-pernyataan  aliran
Ortodoks   yang  bersandar  kepada  keputusan-keputusan
Konsili Vatikan  II  bahwa  Injil-Injil  itu  mempunyai
sejarah  yang mutlak dan telah menyampaikan kepada kita
secara jujur segala yang diperbuat dan  yang  diajarkan
oleh Yesus.

Argumentasi    yang    diberikan    dalam    buku   ini
bermacam-macam.  Pertama,  kutipan-kutipan  Injil  yang
menunjukkan  kontradiksi  menonjol.  Orang  tidak dapat
percaya akan adanya dua fakta yang bertentangan.  Orang
juga    tidak    dapat    menerima    kekeliruan   atau
pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan  hal-hal
yang  sudah  ditetapkan  oleh  pengetahuan  modern. Dua
silsilah keturunan Yesus yang disajikan oleh Injil  dan
kontradiksi  yang  ada  di  dalamnya adalah contoh yang
menyolok.

Banyak orang Kristen yang tidak mengetahui kontradiksi,
kekeliruan  atau  ketidak sesuaian dengan Sains modern,
dan mereka terkejut sewaktu mereka mengetahuinya,  oleh
karena    selama    ini    mereka    terpengaruh   oleh
tafsiran-tafsiran yang memberikan penjelasan-penjelasan
halus  untuk meyakinkan mereka dengan bantuan permainan
bahasa  apologi.  Telah  dikemukakan  beberapa   contoh
tentang  kepandaian  ahli  tafsir  untuk menyembunyikan
hal-hal yang mereka namakan "kesukaran-kesukaran."

Sangat jarang  paragraf-paragraf  Injil  yang  dianggap
tidak   autentik   karena  Gereja  telah  meresmikannya
sebagai "Kanon."

Karya kritik teks modern telah menunjukkan hal-hal yang
menurut  R.P. Kannengiesser, merupakan "revolusi metode
penafsiran  Injil"  dan  mendorong  kita  untuk   tidak
memahami   secara  harafiah  kejadian-kejadian  tentang
Yesus yang tersebut dalam Injil," tulisan-tulisan  pada
waktu   tertentu   atau  "tulisan-tulisan  perjuangan."
Pengetahuan modern yang telah menyoroti  sejarah  agama
Yahudi Kristen dan persaingan antara kelompok-kelompok,
menerangkan adanya fakta-fakta yang menggelisahkan para
pembaca  zaman  sekarang.  Anggapan  bahwa para penulis
Injil adalah saksi mata tidak dapat lagi dipertahankan,
walaupun    masih    banyak    orang    Kristen    yang
mempercayainya. Karya sekolah Bibel di Yerusalem  (R.P.
Benoit  dan  R.P.  Boismard)  menunjukkan  dengan jelas
bahwa Injil-Injil telah ditulis, diperiksa kembali  dan
dikoreksi  beberapa  kali.  Dengan  begitu maka pembaca
Injil telah diperingatkan bahwa mereka jangan mengharap
mendengarkan suara Yesus secara langsung.

Bahwa  Injil-lnjil  itu kitab yang bersejarah tak dapat
dibantah,  akan  tetapi   dokumen-dokumen   itu   hanya
menunjukkan  kepada  kita, di sela-sela hikayat-hikayat
mengenai Yesus, mental para pengarangnya  yang  menjadi
juru  bicara  tentang tradisi kelompok-kelompok Kristen
Purba dan mereka menjadi anggautanya, serta  perjuangan
antara     agama    Yahudi    Kristen    dan    Paulus.
Karangan-karangan Kardinal Danielou merupakan autoritas
dalam hal ini.

Kita  tak perlu heran karena adanya perubahan-perubahan
dalam beberapa kejadian dalam sejarah kehidupan  Yesus,
yaitu   perubahan-perubahan   yang   dimaksudkan  untuk
mempertahankan pendapat pribadi. Kita tak  perlu  heran
terhadap  dihilangkannya  beberapa  kejadian  dan tidak
perlu heran terhadap gambaran  beberapa  kejadian  yang
penuh dengan khayalan.

Kita   terdorong   untuk   membandingkan  Injil  dengan
nyanyian kepahlawanan dalam  sastra  abad  pertengahan.
Perbandingan   dengan:  Chanson  de  Roland:  (nyanyian
Roland) suatu epik yang sangat terkenal, yaitu nyanyian
yang  mencentakan  kejadian  yang nyata dicampur dengan
khayalan.   Nyanyian   Roland   meriwayatkan   kejadian
autentik;  musuh  telah berhasil menjebak pengawal Raja
Karl  Agung,  yang  dipimpin  oleh  Roland,  di  lembah
Rencevaux. Hikayat Roland yang tidak begitu penting itu
telah terjadi pada  tanggal  15  Agustus  778.  Hikayat
tersebut  dibesar-besarkan  sehingga  tergambar sebagai
perang yang besar dan sebagai perang  suci.  Hikayatnya
adalah   khayalan,  tetapi  khayalan  itu  tidak  dapat
menghilangkan realitas daripada  perjuangan  Raja  Karl
Agung  untuk menjaga tapal batas Kerajaan Perancis dari
bahaya infiltrasi bangsa-bangsa  tetangga;  di  situlah
hal  yang  autentik  yang tak dapat dihapus oleh bentuk
syair kepahlawanan.

Keadaan yang sama berlaku bagi Injil: khayalan  Matius,
kontradiksi   yang   menonjol  di  antara  Injil-Injil,
kekeliruan, ketidaksesuaian  dengan  hasil-hasil  Sains
modern,  perubahan-perubahan  teks  yang terus menerus,
menyebabkan  Injil-Injil  itu  memuat  fasal-fasal  dan
paragraf-paragraf  yang  hanya  sesuai dengan imajinasi
manusia. Tetapi cacad-cacad ini tidak dapat  menjadikan
kita    ragu-ragu    terhadap   adanya   missi   Yesus;
keragu-raguan hanya mengenai jalannya missi tersebut.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


Paraklet dalam Injil Yahya

PERCAKAPAN YESUS YANG TERAKHIR.
PARAKLET YANG TERSEBUT DALAM INJIL YAHYA

Yahya  adalah   satu-satunya   pengarang   Injil   yang
menyebutkan  riwayat  percakapan  Yesus  yang  terakhir
dengan para rasul (sahabat), yaitu pada akhir  santapan
Yesus  dan  sebelum  ia  ditangkap oleh tentara Romawi;
percakapan tersebut berakhir dengan  pidato  yang  amat
panjang.   Empat   fasal   dalam  Injil  Yahya  (14-17)
dikhususkan  untuk  pidato  tersebut;   ini   tak   ada
bandingannya    dalam    Injil-Injil    lain.   Padahal
fasal-fasal  Yahya  tersebut   membicarakan   soal-soal
pokok,  perspektif (pandangan terhadap) hari depan yang
sangat penting; dan kedua hal tersebut  ditulis  dengan
penuh  keagungan  yang  layak bagi peristiwa itu, yaitu
peristiwa   perpisahan   terakhir   antara   guru   dan
murid-muridnya.

Bagaimana   kita   dapat  menerangkan  mengapa  riwayat
perpisahan  yang  mengharukan   dan   yang   mengandung
pesan-pesan spiritual Yesus, tidak terdapat dalam Injil
Matius,  Markus  dan  Lukas?   Kita   dapat   memajukan
soal-soal   sebagai   berikut:   Apakah   teks  tentang
perpisahan tersebut terdapat dalam  ketiga  Injil  yang
pertama   kemudian   teks-teks   tersebut  dihilangkan?
Mengapa dihilangkan? Tetapi marilah kita jawab  sendiri
sendiri. Tidak ada jawaban terhadap soal-soal tersebut.
Rahasia  tetap  tersembunyi  mengenai  kekurangan  yang
sangat besar dalam ketiga Injil pertama.

Jiwa   daripada   riwayat   khutbah  Yesus  dapat  kita
gambarkan dalam  percakapan  tingkat  tinggi  tersebut,
yaitu  perspektif  tentang  hari  kemudian  manusia dan
minat Yesus menyampaikan ajaran-ajaran dan  perintahnya
kepada     seluruh     manusa     dengan    perantaraan
murid-muridnya; juga  untuk  memastikan  pemimpin  yang
definitif yang harus diikuti oleh manusia setelah Yesus
tidak ada lagi.  Teks  Injil  Yahya  (dan  hanya  Injil
tersebut)  menunjuknya secara terang dengan nama Yunani
Paraklitos; kata itu dalam bahasa Perancis Paraklet. Di
bawah  ini  saya  kutip  paragraf-paragraf  yang  pokok
menurut Terjemahan Ekumenik daripada  Bibel  Perjanjian
Baru.

"Jika      kamu      cinta      kepadaku,      ikutilah
perintah-perintahku, Aku akan  mohon  kepada  Bapa:  Ia
akan  memberi  kamu seorang Paraklet lain" (14, 15-16).
Apakah arti Paraklet? Teks Injil Yahya yang kita miliki
menjelaskan arti itu sebagai berikut:

"Paraklet,  Ruhul Kudus yang Bapa akan mengutusnya atas
namaku, akan menyampaikan segala sesuatu  kepadamu  dan
mengingatkan  kamu  tentang  apa yang telah aku katakan
kepadamu." (14, 26).

"Ia akan menyampaikan sendiri  kesaksiannya  daripadaku
(15,  26).  "Adalah  baik bagimu jika aku pergi; karena
jika  aku  tidak  pergi,  Paraklet  tidak  akan  datang
kepadamu;  tetapi jika aku pergi, aku akan mengirim dia
kepadamu. Dan dengan kedatangannya ia akan  menerangkan
kepadamu  isi  dunia ini dari hal dosa dan keadilan dan
hukuman." (16, 7-8).

"Jika Ruh Kebenaran datang, ia akan membawa kamu kepada
segala  kebenaran  karena  ia  tidak  akan berkata dari
dirinya sendiri, akan tetapi ia akan mengatakan  segala
hal yang didengarnya dan mengatakan kepadamu segala hal
yang akan datang. Ia akan memuliakan aku." (16, 13-14).

(Perlu diterangkan di sini bahwa paragraf-paragraf yang
tidak  kita  kutip  dari  fasal  14-17 dari Injil Yahya
tidak akan merubah arti umum  daripada  kutipan-kutipan
di atas).

Jika  orang  membaca  dengan  lekas,  teks Prancis yang
mengidentikkan kata Yunani, Paraklet dengan Ruhul Kudus
tidak    akan    menarik    perhatiannya.   Lebih-lebih
judul-judul kecil  dalam  teks  yang  biasanya  dipakai
dalam  terjemahan,  serta  istilah-istilah  ahli tafsir
yang dipakai dalam buku-buku untuk orang awam, semuanya
mengarahkan pembaca kepada arti paragraf yang diberikan
oleh  faham  resmi  Gereja.  Jika  ada  yang  merasakan
kesukaran,  maka  keterangan  yang diberikan oleh Kamus
Kecil  tentang  Perjanjian  Baru  karangan  A.   Tricot
umpamanya akan dapat memberikan penjelasan.

Dalam Kamus Kecil itu, di bawah artikel: Paraklet, kita
dapatkan keterangan seperti berikut:

"Nama atau julukan itu, yang disalin dari bahasa Yunani
ke bahasa Perancis, tidak dipakai dalam Perjanjian Baru
kecuali oleh Yahya; empat kali  waktu  ia  meriwayatkan
khutbah  Yesus  setelah  santapan19 (14, 16 dan 26, 15,
26, 16, 7) dan satu kali dalam surat Yahya yang pertama
(2,1).  Dalam Injil Yahya, kata itu dipakai untuk Ruhul
Kudus; dalam surat Yahya, kata itu dipakai untuk Yesus.
"Paraklet"  adalah  suatu  istilah  yang banyak dipakai
oleh  orang-orang  Yahudi  Yunani  abad   pertama   dan
berarti:  .juru  syafa'at, (yang mempertahankan). Yesus
mengumumkan: Ruh (esprit) akan dikirim  oleh  Bapa  dan
Anak  dan  tugasnya adalah untuk menyempurnakan si Anak
dalam tugas penyelamatannya  yang  dilakukannya  selama
hidupnya  untuk  murid-muridnya. Ruh akan campur tangan
dan bertindak sebagai pengganti Kristus dalam  tugasnya
sebagai Paraklet atau juru syafa'at yang kuasa."

Komentar   tersebut  menjadikan  Ruhul  Kudus  pemimpin
tertinggi bagi manusia sesudah Yesus tidak ada.  Apakah
penjelasan A. Tricot tersebut sesuai dengan teks Yahya.
Pertanyaan ini harus kita majukan oleh karena, secara a
priori,  nampak  mengherankan  jika  kepada Ruhul Kudus
kita  nisbatkan  paragraf  terakhir  yang  telah   kita
sebutkan  di  atas. "Ia tidak akan berkata dari dirinya
sendiri akan tetapi ia akan mengatakan segala hal  yang
didengarnya  dan mengatakan kepada kamu segala hal yang
akan  datang."  Terasa  tidak  masuk  akal  jika   kita
mengatakan  bahwa  Ruhul  Kudus  dapat bicara dan dapat
menyampaikan   segala   yang   ia   dengar.   Sepanjang
pengetahuan  saya, soal yang mestinya harus ditimbulkan
oleh logika, pada umumnya tidak menjadi soal bagi  ahli
tafsir Injil.

Untuk  mendapatkan  gambaran  yang  pasti mengenai soal
ini, kita harus kembali kepada Naskah dasar Yunani yang
sangat  penting  untuk menunjukkan apakah Yahya menulis
Injilnya dalam bahasa Yunani  dan  bukan  dalam  bahasa
lain.

Teks  Yunani  yang  kita baca adalah Novam Testameritum
Graece; terbitan Nestle dan Aland tahun 1971.

Tiap-tiap kritik  teks  yang  sungguh-sungguh,  dimulai
dengan  menyelidiki  perbedaan. Dalam kumpulan-kumpulan
manuskrip Injil Yahya yang telah diketahui,  tidak  ada
perbedaan  yang  mungkin  merubah arti kalimat-kalimat,
kecuali  perbedaan-perbedaan  dalam  paragraf  14,   26
daripada  versi  dalam  bahasa Syriac, yaitu versi yang
dinamakan Palimpseste.20 Dalam teks ini tak  disebutkan
Ruhul  Kudus;  tetapi hanya Ruh, tanpa tambahan. Apakah
tukang naskahnya lupa, atau ia  menghadapi  suatu  teks
yang   harus   dicopy,  tetapi  oleh  karena  teks  itu
mengatakan  bahwa  Ruhul  Kudus  dapat  mendengar   dan
bicara,  maka  ia  tidak berani menulis hal-hal yang ia
anggap tidak masuk akal? Selain pengamatan ini, tak ada
perbedaan  lain, kecuali perbedaan gramatika yang tidak
merubah arti umum; yang  sangat  penting  adalah  bahwa
yang  telah  kita  terangkan di sini mengenai arti kata
kerja: "mendengar" dan "bicara"  terdapat  dalam  semua
manuskrip Injil Yahya, dan itulah yang terjadi.

Kata  kerja  "dengar,"  dalam bahasa Yunani akoua, yang
artinya merasakan suara. Dan bahasa  Yunani  akoua  ini
kita dapatkan kata acoustic yang berarti ilmu suara.

Kata  kerja  "bicara"  dalam  bahasa Yunani laleo, yang
artinya  mengeluarkan  suara,  khususnya  bicara.  Kata
kerja  laleo  ini,  sering  terdapat  dalam  teks Injil
Yunani untuk menunjukkan suatu pernyataan yang  penting
yang  dikatakan  oleh  Yesus  dalam ceramah-ceramahnya.
Jadi  nyata  bahwa  tugas  Yesus  untuk  dakwah  kepada
manusia tidak hanya terdiri dari wahyu yang dibawa oleh
Ruhul Kudus tetapi tugas dakwah  itu  mempunyai  bentuk
material  yang  nyata, yaitu sebagai yang difahami dari
arti kata Yunani, yakni mengeluarkan suara.

Dua kata kerja Yunani akoua dan laleo adalah  perbuatan
yang  konkrit  yang  hanya  dilakukan oleh makhluk yang
diberi alat untuk mendengar  dan  bicara.  Memakai  dua
kata  kerja  tersebut  untuk  Ruhul  Kudus adalah tidak
mungkin.

Dengan begitu maka berdasarkan atas  manuskrip  Yunani,
teks  paragraf  Injil  Yahya  sama  sekali  tidak dapat
dimengerti, jika kita terima secara keseluruhan,  yakni
dengan  kata "Ruhul Kudus" dalam paragraf (14, 26) yang
berbunyi: "Paraklet, Ruhul Kudus yang akan dikirim oleh
Bapa,  atas  namaku"  seterusnya, satu-satunya paragraf
dalam Injil Yahya yang mengidentikkan  Paraklet  dengan
Ruhul Kudus.

Akan tetapi jika kita hilangkan kata-kata Ruh Kudus (to
pneuma to agion) dari paragraf ini, seluruh teks  Yahya
mempunyai  arti  yang  sangat  jelas. Sesungguhnya teks
Yahya tersebut juga sudah dikonkritkan oleh  teks  lain
daripada  Yahya  sendiri,  yaitu  teks surat Yahya yang
pertama, di mana  Yahya  memakai  kata  Paraklet  untuk
menunjuk   Yesus   sebagai  juru  syafa'at  di  hadapan
Tuhan.21 Dan jika menurut Injil Yahya  (16,  14;)  "Aku
akan  mendo'a  kepada  Bapa,  Ia akan mengirim Paraklet
lain," ini berarti bahwa akan dikirim seorang  Paraklet
(juru  Syafa'at)  seperti  dia,  selama  berada di atas
bumi.

Kita mendapat kesimpulan menurut logika bahwa  Paraklet
yang  disebutkan  oleh  Yahya  adalah  seorang  manusia
seperti  Yesus,   yang   dianugerahi   anggauta   untuk
mendengar  dan  bicara  yang  diakui  dalam teks Yunani
secara formal.  Jadi,  Yesus  mengumumkan  bahwa  Tuhan
kemudian akan mengirim seorang manusia di atas bumi ini
untuk memainkan  suatu  peranan  yang  dijelaskan  oleh
Yahya,  yaitu dengan ringkas, peranan seorang nabi yang
mendengar suara Tuhan dan mengulangi risalahnya  kepada
manusia. Ini adalah interpretasi logis dari teks Yahya,
jika kita memberi arti yang real kepada kata-kata.

Adanya kata Ruhul Kudus dalam  teks  yang  kita  miliki
sekarang     mungkin     ada     hubungannya     dengan
tambahan-tambahan baru  yang  disengaja  untuk  merubah
arti   yang  sesungguhnya  dalam  suatu  paragraf  yang
berkontradiksi dengan ajaran Gereja-gereja Kristen yang
ingin  mengatakan  bahwa  Yesus  itu  adalah  Nabi yang
terakhir,   karena   paragraf   tersebut    mengumumkan
kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

19 Sesungguhnya bukan setelah santapan, tetapi dalam
    santapan.
 20 Ditulis pada abad 4 atau 5 dan ditemukan di gunung
    Sinai tahun 1812 oleh Agnes S. Lewis. Manuskrip ini
    dinamakan Palimpseste oleh karena teks pertama asli
    telah ditutup oleh teks lain di atasnya, setelah teks
    yang menutupi ini dihapus, maka teks pertama terlihat
    lagi.
 21 Banyak terjemahan dan tafsir, khususnya yang lama,
    menterjemahkan kata Paraklet dengan juru penenang
    (comforter). Ini adalah kesalahan besar. Dalam Injil
    Indonesia Paraklet diterjemahkan menjadi: Penolong.
    (Rasjidi).

Yesus naik ke langit

Kontradiksi-kontradiksi berlangsung sampai  berakhirnya
hikayat,  oleh  karena  baik  Yahya maupun Matius tidak
menyebutkan kenaikan Al Masih ke langit.  Hanya  Markus
dan Lukas yang membicarakannya

Bagi  Markus  (16,  19)  Yesus  "diangkat ke langit dan
duduk di kanan Tuhan." Waktunya pengangkatan itu  dalam
hubungannya  dengan kebangkitan tidak diterangkan, akan
tetapi perlu kita ingat bahwa akhir Injil  Markus  yang
mengandung   kalimat-kalimat   tersebut   menurut  R.P.
Rouguet  tidak  autentik,  tetapi  tambahan,   walaupun
menurut Gereja kalimat-kalimat tersebut adalah Kanon.

Tinggal   Lukas,   satu-satunya  pengarang  Injil  yang
menyebutkan hikayat Yesus naik ke langit (94, 51) dalam
satu  teks  yang  tidak  diperdebatkan, "Yesus berpisah
dari mereka, dan dinaikkan  ke  langit."  Kejadian  itu
diletakkan  oleh  Lukas  pada akhir hikayat kebangkitan
Yesus dari kubur, dan  penarnpakan  dirinya  kepada  11
sahabatnya. Perinci-perinci hikayat memberi kesan bahwa
kenaikan  Yesus  ke  langit  terjadi   pada   hari   ia
dibangkitkan dari kubur.

Tetapi  dalam  Kisah  Perbuatan  Para Rasul, Lukas yang
dikira  sebagai  pengarangnya  melukiskan  (1,   2-3)
penampakan  Yesus kepada para sahabat antara penyaliban
dan kenaikan ke langit  sebagai  berikut.  "mereka  itu
mempunyai   bukti-bukti  bahwa  selama  40  hari  Yesus
menampakkan diri kepada  mereka  dan  berbicara  dengan
mereka  soal  Kerajaan  Tuhan."  Paragraf  dalam  Kisah
Perbuatan Para Rasul adalah dasar untuk menentukan Hari
Besar  Kristen,  naiknya  Al  Masih  ke langit, 40 hari
sesudah Paskah yang bersamaan dengan  hari  Kebangkitan
Yesus.  Jadi  hari  Kenaikan Al Masih ditentukan dengan
menentang Injil Lukas. Tak ada  teks  Bibel  lain  yang
membenarkan penentuan hari tersebut.

Seorang  Kristen akan merasa gelisah jika ia mengetahui
keadaan seperti tersebut, oleh karena kontradiksi  yang
nyata.  Terjemahan  Ekumenik daripada Bibel, Perjanjian
Baru, mengakui fakta-fakta tersebut akan  tetapi  tidak
membicarakan  kontradiksi,  malahan  merasa puas dengan
mengatakan bahwa 40  hari  sangat  berguna  bagi  Yesus
untuk menunaikan tugasnya.

Para   ahli   tafsir   yang   ingin   menerangkan  atau
menyesuaikan  hal-hal  yang  tak   dapat   disesuaikan,
memberikan tafsiran-tafsiran yang aneh.

Ringkasan 4 Injil yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh
Sekolah Bibel di Yerusalem memuat penjelasan yang  lucu
(jilid  II halaman 451). Dalam buku tersebut, kata-kata
kenaikan (ascension) dikritik:  "Sesungguhnya  tak  ada
kenaikan dalam artikata fisik oleh karena Tuhan itu tak
ada di atas dan tak  ada  di  bawah."  Kita  tak  dapat
menangkap  arti  kritik  ini,  sebab  Lukas  tak  dapat
menerangkan hal tersebut dengan cara lain.

Di lain fihak, pengarang  komentar  tersebut  merasakan
adanya  "tipuan  bahasa"  dalam  kalimat  "Dalam  Kisah
Perbuatan Rasul-rasul, diterangkan  bahwa  kenaikan  Al
Masih terjadi 40 hari sesudah dibangkitkan dari kubur."
"Tipuan bahasa,"  dimaksudkan  untuk  menekankan  bahwa
periode  penampakan  diri Yesus di bumi sudah selesai."
Tetapi pengarang komentar  tersebut  menambahkan  dalam
Injil Lukas "kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu
malam Paskah, dan oleh  karena  pengarang  Injil  Lukas
tidak     menyebutkan     perbedaan     waktu    antara
kejadian-kejadian  yang  diriwayatkan,  setelah   kubur
diketemukan  kosong,  pagi hari kebangkitan," "bukankah
ini juga merupakan tipuan bahasa untuk memberikan waktu
luang antara beberapa penampakan Yesus?"

Rasa  kesal  yang  timbul daripada interpretasi seperti
ini nampak  jelas  dalam  karangan  R.P.  Rouguet  yang
membedakan  dua  macam  kenaikan  ke  langit. "Kenaikan
Yesus ke langit, dilihat dari pandangan Yesus,  terjadi
pada  waktu yang sama dengan kebangkitannya dari kubur,
akan tetapi dilihat dari pandangan para murid-muridnya,
hal  tersebut  hanya  terjadi  setelah Yesus tidak lagi
menampakkan diri kepada mereka, agar Ruhul Kudus  dapat
diutus  kepada  mereka  dan  agar  zaman  Gereja  dapat
mulai."

Bagi pembaca  yang  kurang  dapat  merasakan  kerumitan
pembahasan  teologi  dalam  argumentasi  di  atas, atau
tidak punya dasar pengetahuan tentang Bibel,  pengarang
menyampaikan  peringatan umum terhadap permainan bahasa
yang bersifat apologetik.

"Di  sini,  sebagaimana   dalam   kasus-kasus   serupa,
persoalan  tidak  akan  dapat  dipecahkan  kecuali jika
orang memahami secara harafiah dan material segala yang
tersebut    dalam    Injil,   dengan   melupakan   arti
keagamaannya. Kita tidak menafsirkan fakta-fakta dengan
simbol-simbol yang tidak konsisten, tetapi kita mencari
maksud  teologi  daripada  mereka  yang   mengungkapkan
rahasia  kepada  kita  dalam  meriwayatkan fakta-fakta,
dalam alamat-alamat yang sesuai dengan sifat jiwa  yang
condong kepada godaan-godaan badaniyah.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


Yesus bangkit dari kubur

YESUS YANG DIBANGKITKAN DARI KUBUR MENAMPAKKAN DIRI

Suatu  contoh  besar  daripada  khayalan   telah   kita
sebutkan   mengenai   Injil  Matius  dengan  hikayatnya
tentang fenomena-fenomena aneh yang membarengi kematian
Yesus.    Kejadian-kejadian    yang   terjadi   sesudah
kebangkitan  Yesus  dari  kubur  memberi  bahan  kepada
hikayat-hikayat   yang  berkontradiksi  dan  aneh  yang
tersebut dalam empat Injil.

R.P. Rouguet dalam  bukunya  "Pengantar  kepada  Injil"
halaman  182  memberikan  contoh  tentang  hal-hal yang
campur baur, tidak urut dan kontradiksi  yang  terdapat
dalam Injil

"Daftar  nama  wanita-wanita yang datang ke kubur tidak
sama dalam ketiga Injil Sinoptik.  Dalam  Injil  Yahya,
hanya   disebutkan   seorang   wanita   bernama   Maria
Magdalena. Tetapi ia bicara memakai kata 'kami' seperti
ia  mempunyai  teman,  "kami  tidak  tahu dimana mereka
menaruhnya  (jenazah  Yesus)."  Dalam   Injil   Matius,
malaikat  berkata  kepada para wanita bahwa mereka akan
melihat Yesus di Galile. Dan, sekejap mata sesudah  itu
Yesus   datang   menemui   mereka  dekat  kubur.  Lukas
merasakan  kesulitan,   kemudian   mengatur   sumbernya
sedikit.  Malaikat  berkata,  "Kamu  ingat  Yesus telah
bicara kepadamu waktu ia masih berada di  Galile."  Dan
Lukas  hanya  menyebutkan  bahwa Yesus menampakkan diri
hanya tiga kali.  Yahya  mengatakan  antara  penampakan
pertama  dan kedua ada perbedaan 8 hari, yaitu di suatu
kamar makan di Yerusalem. Penampakan yang  ketiga  kali
terjadi  dekat  danau,  jadi  di  Galile.  Matius hanya
menyebutkan penampakan sekali, yakni  di  Galile.  R.P.
Rouguet  tidak  membicarakan  bagian  terakhir daripada
Injil   Markus,   yaitu   bagian    yang    menyebutkan
penampakan-penampakan  Yesus,  oleh  karena ahli tafsir
Injil tersebut  berpendapat  "tidak  ada  keragu-raguan
bahwa  bagian  tersebut tidak ditulis oleh Yahya tetapi
oleh tangan lain."

Kejadian-kejadian tersebut adalah berkontradiksi dengan
hikayat  penampakan-penampakan  Yesus yang dimuat dalam
surat pertama Paulus kepada orang-orang  Korintus  (15,
5-7)  yaitu  penampakan  kepada  500  orang  sekaligus,
kepada  Jack,  kepada  para  rasul  dan  kepada  Paulus
sendiri.

Kita  heran  karena  R.P.  Rouguet  dalam buku itu juga
mengecam: "Khayalan yang aneh dan kekanak-kanakan dalam
Injil-Injil   apokrif   mengenai   kebangkitan  Yesus."
Bukankah   kata-kata   tersebut   lebih   cocok    jika
dilontarkan  kepada  Matius  dan  Paulus,  yang  sangat
kontradiksi dengan  pengarang-pengarang  Injil  iainnya
mengenai  penampakan diri Yesus yang sudah-dibangkitkan
dan kubur.

Selain itu ada lagi kontradiksi antara "Perbuatan  para
rasul"  karangan  Lukas  mengenai penampakan diri Yesus
kepada Paulus, dan apa  yang  diceritakan  oleh  Paulus
sendiri  secara  singkat.  Hal ini telah mendorong R.P.
Kannengiesser, untuk menulis dalam bukunya: Foi  en  la
Resurrection, Resurrection de la foi, 1974 (Iman Kepada
Kebangkitan Yesus, Kebangkitan Iman)  sebagai  berikut:
"Paul,  satu-satunya  saksi  mata  tentang  kebangkitan
Yesus dari kubur, yang  suaranya  telah  sampai  kepada
kita  langsung melalui tulisan-tulisannya, tidak pernah
membicarakan tentang pertemuan  pribadi  dengan  Yesus,
kecuali tentang tiga isyarat yang terpisah-pisah. Lebih
baik ia tidak menyebutkannya."

Kontradiksi antara  Paulus,  satu-satunya  saksi  mata,
tetapi  yang dicurigai di satu pihak dan Injil-Injil di
lain pihak, adalah jelas.  O.  Culmann  dalam  bukunya:
"'Perjanjian  Baru"  perhatian  kita kepada kontradiksi
antara Lukas dan Matius. Lukas mengatakan  bahwa  Yesus
menampakkan   diri  di  Yudea,  Matius  mengatakan  hal
itu-terjadi  di  Gilile.  Mengenai  kontradiksi  antara
Lukas  dan  Yahya,  kita harus ingat bahwa hikayat yang
ditulis oleh Yahya (21, 1-14) mengenai Yesus yang sudah
bangkit  dari  kubur  menampakkan diri di pinggir danau
Tabaria  kepada  nelayan-nelayan,  dan  kemudian   para
nelayan  itu  mendapatkan  ikan  begitu banyak sehingga
mereka tak dapat membawanya,  hikayat  tersebut  adalah
ulangan  daripada  hikayat  mencari  ikan yang ajaib di
tempat yang sama, tetapi waktu Yesus masih  hidup;  dan
hikayat itu ditulis oleh Lukas (5, 1-11).

Mengenai  penampakan  diri  Yesus,  R.P. Rouguet, dalam
bukunya,  meyakinkan  kita,  bahwa   "terputus-putusnya
kaitan,  tidak  adanya keseragaman dan tidak teraturnya
hikayat-hikayat itu, memberikan kepercayaan  kepadanya.
Oleh karena fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa para
pengarang Injil tidak bekerja sama; kalau tidak  begitu
tentu  mereka dapat menyesuaikan riwayat masing-masing.
Pemikiran semacam itu adalah aneh.  Sesungguhnya  semua
penulis  Injil  itu  dapat  meriwayatkan  secara  jujur
sepenuhnya segala tradisi yang  sudah  dijadikan  roman
oleh  masyarakatnya  secara  tidak sadar; mengapa tidak
terdorong untuk membuat hipotesa ini sesudah berhadapan
dengan  kontradiksi  dan  kekeliruan yang begitu banyak
dalam mengkaitkan kejadian-kejadian.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


Lembaga Ekaristi

DALAM INJIL YAHYA, LEMBAGA EKARISTI TAK DISEBUT-SEBUT

Suatu  hal  yang  menarik  perhatian orang yang membaca
"Sengsara Tuhan Yesus" dalam Injil Yahya, adalah  bahwa
Yahya   tidak   menyebutkan   lembaga  Ekaristi  selama
santapan Yesus yang terakhir dengan murid-muridnya.

Tiap-tiap orang Kristen  tentu  pernah  melihat  gambar
"Kana,"  di  mana  terlihat Yesus duduk ditengah-tengah
para   rasul   untuk   kali   yang   terakhir.   Banyak
pelukis-pelukis   besar  yang  menggambarkan  pertemuan
Yesus yang  terakhir  dengan  seorang  kerabatnya  yang
bernama   Yahya;  Yahya  inilah  yang  sering  dianggap
sebagai penulis Injil Yahya.

Mungkin ini sangat  mengherankan  orang  banyak;  rasul
(sahabat)  Yahya tidak dianggap sebagai pengarang Injil
Yahya oleh para ahli penyelidik, dan Injil  Yahya  juga
tidak  menyebutkan  kelembagaan  Ekaristi. Padahal do'a
yang menjelmakan roti  dan  anggur  menjadi  badan  dan
darah  Yesus  adalah  suatu do'a yang pokok dalam agama
Kristen. Ketiga pengarang Injil lainnya menyebutkan hal
ini,  walaupun dengan cara yang berlain-lainan, sebagai
yang telah kita sebutkan di  atas.  Yahya  sama  sekali
tidak  menyebutkannya.  Keempat  Injil  mempunyai titik
persamaan hanya dalam dua  hal:  ramalan  bahwa  Petrus
akan  mengingkari  (mengatakan  tidak kenal) Yesus, dan
pengkhianatan salah satu sahabat kepadanya (dalam Injil
Matius dan Injil Yahya, sahabat tersebut bernama Yuda).
Hanya riwayat Yahya menceritakan bahwa  Yesus  membasuh
kaki pengikut-pengikutnya sebelum bersantap.

Bagaimana  kita  menerangkan  mengapa Injil Yahya tidak
menyebutkan  Ekaristi.  Jika   kita   berfikir   secara
obyektif,  dengan  anggapan  bahwa riwayat ketiga Injil
yang pertama itu  benar,  kita  akan  membuat  hipotesa
bahwa   bagian  yang  menceritakan  hikayat  yang  sama
daripada Injil Yahya telah  hilang.  Tetapi  para  ahli
tafsir Kristen berfikir lebih jauh lagi.

Dalam  bukunya  Kamus  Kecil  tentang  Bibel, A. Tricot
menulis artikel: "Kana adalah  santapan  terakhir  yang
dilakukan  oleh  Yesus  bersama  dengan  12 sahabatnya.
Dalam santapan itu Yesus  melembagakan  Ekaristi.  Kita
memiliki  hikayatnya  dalam  ketiga Injil Sinoptik. Dan
Injil keempat (Yahya) memberi perincian tambahan."

Mengenai Ekaristi, pengarang tersebut menulis:

"Pelembagaan Ekaristi diterangkan secara singkat  dalam
tiga   Injil  pertama.  Ekaristi  itu  dalam  kateketik
apostolik  (yang   diberikan   oleh   Gereja   Katolik)
merupakan  satu  hal  yang  sangat penting. Yahya telah
memberi    tarnbahan,    yang     diperlukan     kepada
riwayat-riwayat  singkat daripada ketiga Injil pertama,
dengan  meriwayatkan   khotbah   Yesus   tentang   roti
kehidupan  (Yahya  6,  32-58).  Dengan  begitu  maka A.
Tricot  mengatakan  bahwa   Yahya   tidak   menyebutkan
pelembagaan  Ekaristi  oleh  Yesus.  Pengarang tersebut
berbicara  tentang  "perincian  tambahan"  tetapi  yang
dimaksudkan  bukan perincian tambahan lembaga Ekaristi;
yang dimaksudkannya adalah upacara membasuh  kaki  para
sahabat.  Adapun "roti kehidupan" yang dibicarakan oleh
A.  Tricot  adalah  peristiwa  yang  terjadi  di   luar
Ekaristi;  tepatnya, adalah hikayat yang diucapkan oleh
Yesus mengenai  pemberian  sehari-hari  yang  diberikan
oleh  Tuhan  berupa  manna  kepada  Bani  Israil ketika
mereka keluar dari Mesir, menuju  ke  sahara  di  bawah
pimpinan  Musa.  Peringatan tersebut hanya diriwayatkan
oleh Yahya. Dalam paragraf  sesudah  itu,  Yahya  dalam
Injilnya   menyebutkan  Ekaristi  yang  dilakukan  oleh
Yesus,  sebagai  suatu  penyimpangan   hikayat   karena
terdapatnya kata-kata "roti." Akan tetapi penulis Injil
yang lain tidak membicarakan hikayat ini.

Dengan begitu kita merasa  heran  mengapa  Yahya  tidak
membicarakan  hal-hal  yang  dibicarakan oleh pengarang
ketiga Injil Sinoptik,  dan  mengapa  ketiga  pengarang
Injil   Sinoptik   (Matius   Markus  dan  Lukas)  tidak
menyebutkan hal-hal yang disebutkan oleh Yahya.

Para  penulis  Terjemahan  Ekumenik   terhadap   Bibel,
Perjanjian  Baru,  mengakui  kekurangan  yang besar ini
dalam Injil Yahya,  tetapi  mereka  memberi  penjelasan
tentang  tidak  disebutkannya  lembaga Ekaristi sebagai
berikut: "Secara umum  Yahya  tidak  menaruh  perhatian
kepada   tradisi   dan  kelembagaan  Israil  kuno,  dan
barangkali inilah yang  membelokkannya  daripada  usaha
untuk  menunjukkan  berakarnya  Ekaristi  dalam liturgi
perayaan Paskah." Tetapi bagaimana kita  percaya  bahwa
kekurangan  perhatian  terhadap  liturgi  paskah Yahudi
menyebabkan Yahya tidak membicarakan pelembagaan  suatu
perbuatan pokok dalam liturgi agama baru (Nasrani).

Persoalan  ini  telah  membingungkan  para ahli tafsir,
sehingga para ahli teologi mencoba mencari  benih  atau
persamaan  daripada  Ekaristi  dalam  sejarah kehidupan
Yesus yang diceritakan oleh Yahya.

O. Culmann dalam  bukunya  "Peryanjian  Baru"  menulis:
"Mu'jizat  Kana  dan  berlipat gandanya roti mendahului
dan menjadi dasar sakramen Kana (Ekaristi)." Kita ingat
bahwa  di  Cana,  Yesus  yang  menghadiri  satu walimah
perkawinan merubah air menjadi anggur (Yahya 2,  1-12).
Adapun  berlipat-gandanya  roti  (Yahya 6, 1-13) adalah
untuk memberi makan 5000 orang dengan hanya 5 roti yang
berlipat  ganda.  Oleh  karena  itu, dalam meriwayatkan
kejadian-kejadian  tersebut,  Yahya  tidak   memberikan
sesuatu  komentar. Pendekatan antara hikayat ini dengan
Ekaristi hanya imajinasi O. Culmann. Kita  tidak  dapat
mengerti  hubungan  yang  ia  katakan  dan  kita merasa
bingung membaca uraian pengarang, bahwa sembuhnya orang
lumpuh  dan  orang  yang  buta  dari kecil "memaklumkan
pembaptisan" atau "air dan darah yang keluar dari Yesus
setelah  ia mati bersatu dalam satu kejadian" merupakan
isyarat kepada pembaptisan atau Ekaristi.

Suatu pendekatan  lain  daripada  O.  Culmann  terhadap
Ekaristi  disebutkan  oleh  R.P.  Rouguet dalam bukunya
"Pengantar kepada Injil" sebagai berikut:

"Beberapa ahli  teologi  Bibel  seperti  Oscar  Culmann
melihat  dalam  hikayat  pembasuhan  kaki  murid  Yesus
sebelum Eucharisti sebagai suatu hal yang  sama  dengan
Ekaristi secara simbolis."

Orang  merasa  bahwa cara-cara yang dilakukan oleh ahli
tafsir Injil untuk merasa puas  dengan kekurangan  yang
menggelisahkan  yang terdapat dalam Injil Yahya, adalah
cara-cara yang tidak wajar.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


Riwayat Penyaliban Yesus

R.P.   Rouguet   mengatakan  bahwa  hari  Paskah  dalam
hubungannya dengan  santapan  terakhir  bersama  dengan
para  rasul  (sahabat  Yesus)  telah  diriwayatkan oleh
injil Yahya berbeda dengan riwayat Injil Sinoptik  yang
tiga.  Yahya  mengatakan  bahwa  santapan  terakhir itu
sebelum perayaan hari Paskah,  sedangkan  ketiga  Injil
lainnya  mengatakan  bahwa  santapan  itu terjadi dalam
perayaan  Paskah.  Perbedaan  riwayat  ini  menonjolkan
kekeliruan   yang  terang;  hikayat  santapan  terakhir
menjadi tak dapat digambarkan karena  kedudukan  Paskah
ditentukan   dan   didasarkan  atas  santapan  terakhir
tersebut.  Jika  kita  ingat  pentingnya  Paskah  dalam
liturgi   Yahudi,  dan  pentingnya  santapan  terakhir,
santapan  pamitan   antara   Yesus   dengan   muridnya,
bagaimana  kita  dapat  menggambarkan  bahwa peringatan
peristiwa  yang  penting  itu  dapat  dihilangkan  dari
perayaan  yang  satu  kepada  perayaan  yang lain dalam
tradisi yang disebutkan kemudian  oleh  para  pengarang
Injil.

Secara   umum,  riwayat  penyaliban  diriwayatkan  oleh
ketiga Injil Sinoptik secara berbeda  daripada  riwayat
Injil  Yahya.  Riwayat santapan Yesus yang terakhir dan
riwayat penyaliban dalam Injil Yahya  adalah  dua  kali
lebih  panjang  daripada riwayat dalam Injil Markus dan
Injil Lukas,  dan  satu  setengah  kali  lebih  panjang
daripada  riwayat  Injil  Matius.  Dengan  begitu Yahya
meriwayatkan khutbah panjang yang diberikan oleh  Yesus
kepada  murid-muridnya  sepanjang 4 fasal (14-17) dalam
Injil Yahya. Dalam percakapan yang sangat penting  itu,
Yesus  mengatakan  kepada  murid-muridnya bahwa ia akan
meninggalkan  tuntunan-tuntunannya  yang  terakhir  dan
memberikan   kepada   mereka  wasiat  spiritual.  Dalam
Injil-Injil lain tak ada yang menyebutkan hal tersebut.
Sebaliknya  Matius,  Lukas dan Markus meriwayatkan do'a
Yesus di taman Gethsemani; Yahya tidak membicarakan hal
ini.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


Kritik Silsilah Yesus

PENYELIDIKAN KRITIK MENGENAI TEKS

Di  sini  kita  berhadapan  dengan  dua  silsilah  yang
mempunyai sifat yang sama, yakni mulai dari Ibrahim dan
Dawud.  Unttzk  memudahkan  penyelidikan ini, kita akan
menjadikan    silsilah    tersebut     menjadi     tiga
bagian-bagian:

    a. dari Adam sampai Ibrahim
    b. dan Ibrahim sampai Dawud
    c. dari Dawud sampai Yesus.

1. PERIODE DARI ADAM SAMPAI IBRAHIM

Matius yang memulai silsilahnya dari Ibrahim tidak  ada
hubungannya   dengan   periode   ini.   Lukas   memberi
keterangan tentang nenek moyang Nabi  Ibrahim  sehingga
Adam; 20 nama, diantaranya 19 nama terdapat dalam Kitab
Kejadian (fasal 4, 5 dan 11). Dapatkah  kita  gambarkan
bahwa  sebelum  nabi  Ibrahim  hanya  ada  19  atau  20
generasi manusia? Soal ini telah kita  selidiki  ketika
kita   membahas   Perjanjian   Lama.  Jika  kita  ingin
mendasarkan penyelidikan kita  kepada  tabel  keturunan
Adam  seperti  yang disebutkan dalam Kitab Kejadian dan
menerima angka waktu yang ditunjukkan oleh teks  Bibel,
kita  akan  mendapat  kesimpulan bahwa antara munculnya
manusia pertama  di  atas  bumi  dengan  lahirnya  Nabi
Ibrahim  terdapat  19  abad.  Orang memperkirakan bahwa
Nabi Ibrahim  hidup  sekitar  tahun  1850  S.M.  Dengan
begitu   maka  petunjuk-petunjuk  yang  terdapat  dalam
Perjanjian Lama menerangkan bahwa munculnya manusia  di
atas  bumi  terjadi  pada 38 abad sebelum Yesus. Nampak
sekali  bahwa  Lukas  memakai  bahan-bahan  ini   untuk
Injilnya.  Ia  menyebutkan suatu kekeliruan besar untuk
menerangkan mengapa ia  memakai  bahan-bahan  tersebut.
Kita  telah membaca argumentasi sejarah yang meyakinkan
yang mendorong kepada pikiran ini.

Hal-hal yang tersebut dalam Perjanjian lama  tak  dapat
diterima  lagi  pada  waktu  ini.  Bahan-bahan tersebut
termasuk dalam golongan "Caduc" (lemah) yang dinyatakan
oleh  Konsili  Vatikan  II.  Akan tetapi anggapan bahwa
para pengarang Injil  memakai  bahan-bahan  yang  tidak
sesuai  dengan Sains modern, merupakan suatu keterangan
yang sangat berbahaya bagi mereka  yang  mempertahankan
faham bahwa teks Injil adalah sesuai dengan sejarah.

Para  ahli tafsir merasakan bahaya ini. Mereka berusaha
untuk mengelakkan  kesulitan  dengan  mengatakan  bahwa
persoalannya  bukan  persoalan  silsilah yang sempurna,
bahwa ada  nama-nama  yang  ditinggalkan  oleh  penulis
Injil  dengan  sengaja, dan persoalan yang pokok adalah
untuk membuktikan dalam garis-garis  besar  atau  dalam
unsur-unsurnya yang penting suatu garis yang didasarkan
atas realistis sejarah. Disebutkan oleh A. Tricot dalam
bukunya:  Kamus  Kecil  tentang Perjanjian Baru, (Petit
Dictionnaire du Noaveau Testament).  Dalam  teks  Injil
tak  ada  yang  memungkinkan  penafsiran  semacam  itu,
karena teks itu teliti; A punya anak B, B punya anak  C
adalah  anaknya  B,  dan  B  adalah anaknya A. Dan lagi
mengenai periode sebelum Abraham,  para  penulis  Injil
mengambil  bahan dari Perjanjian Lama, di mana silsilah
itu diterangkan sebagai berikut:  X  pada  umur  sekian
mempunyai  anak  Y,  Y hidup sekian tahun dan mempunyai
anak Z. Jadi tak terdapat hal-hal yang putus.

Bagian  sebelum  Nabi  Ibrahim  dalam  silsilah   Yesus
menurut   Lukas   tidak   dapat   diterima  atas  dasar
pengetahuan modern.

2. PERIODE DARI ABRAHAM SAMPAI DAVID

Di sini, dua silsilah  itu  cocok  atau  hampir  cocok,
kecuali  dalam satu atau dua nama. Kesalahan yang tidak
disengaja daripada tukang-tukang naskah dapat dijadikan
alasan.

Apakah para penulis Injil benar mengenai periode ini?

Dawud  dikatakan hidup sekitar tahun 1000 S.M., Ibrahim
di sekitar tahun 1800-1850 S.M..

Apakah 14-16 generasi dapat hidup selama 8  abad?  Tapi
baiklah  kita  katakan  saja bahwa teks Injil, mengenai
periode ini,  masih  dalam  batas  hal-hal  yang  dapat
diterima

3. PERIODE SESUDAH DAVID

Sayang,  teks  tidak  mungkin  lagi  membuktikan  bahwa
Yoseph itu keturunan David.

Kita  tinggalkan  saja  pemalsuan  yang terang daripada
Codex Bezae Cantabrigiensis yang  mengenai  Lukas,  dan
marilah  mengadakan  perbandingan  tentang hal-hal yang
diriwayatkan oleh dua manuskrip yang sangat  terhormat,
yakni Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus.

Dalam  silsilah  Lukas,  kita  dapatkan 42 nama sesudah
David (no. 35) sampai Yesus (no.  77).  Dalam  silsilah
Matius  kita  dapatkan  27  nama sesudah David (no. 14)
sehingga Yesus (no.  41).  Dengan  begitu  maka  jumlah
nenek  moyang  Yesus  (fiktif)  sesudah David dalam dua
manuskrip terhormat tersebut berlainan. Nama-nama dalam
silsilah tersebut juga berlainan.

Tetapi  ada  lagi  yang  ajaib. Matius mengatakan bahwa
silsilah  Yesus  semenjak  Ibrahim  terdiri  dari  tiga
kelompok  dan  masing-masing  kelompok  terdiri dari 14
nama. Kelompok  pertama,  dari  Ibrahim  sampai  Dawud.
Kelompok  kedua,  dari Dawud sampai pengasingan. Sedang
kelompok ketiga, dari  pengasingan  di  Babylon  sampai
Yesus. Teks Matius memang memuat 14 nama dalam kelompok
pertama dan kedua, akan tetapi  dalam  kelompok  ketiga
(dari  pengasingan  di Babylon sampai Yesus) kita hanya
mendapatkan 13 nama dan  bukan  14  seperti  yang  kita
harapkan,    oleh   karena   tabel   yang   dikemukakan
menunjukkan bahwa Salathiel adalah nomer 29  dan  Yesus
nomor  41. Tidak ada riwayat yang berbeda dengan Matius
yang menyebutkan 14 nama untuk kelompok ketiga.

Akhirnya  agar  berhasil  mendapatkan  14  nama   dalam
kelompok kedua, Matius mempergunakan kebebasan terhadap
teks Perjanjian Lama. Nama-nama  daripada  6  keturunan
David yang pertama (no. 15 sampai 20) sesuai dengan apa
yang tersebut dalam Perjanjian Lama. Akan  tetapi  tiga
keturunan  Ioram  (no. 20) yang dikatakan dalam bab dua
daripada kitab Tawarikh dalam  Bibel  sebagai  Achazia,
Yoas  dan Amalsia, telah dihapuskan oleh Matius. Begitu
juga, Yechonias (no. 28) disebutkan oleh  Injil  Matius
sebagai  anak  Yosias  (no.  27),  padahal  dalam kitab
Raja-raja  yang  pertama   daripada   Perjanjian   Lama
terdapat nama Eliakim diantara Yosias dan Yechonias.

Dengan  ini  telah  terbukti bahwa Matius telah merubah
urutan silsilah yang  terdapat  dalam  Perjanjian  Lama
untuk   menonjolkan  suatu  kelompok  buat-buatan  yang
terdiri  daripada  14  nama,  antara  Nabi  Dawud   dan
pengasingan ke Babylon.

Sesungguhnya  kita tidak begitu heran mendapatkan bahwa
dalam  kelompok  ketiga  yang  disajikan  oleh   Matius
terdapat  satu  nama yang kurang, sehingga tak ada teks
Injil Matius yang  menyebutkan  42  nama  seperti  yang
Matius  umumkan,  hal  ini dapat saja dijelaskan dengan
mengatakan  bahwa   seorang   tukang   naskah   membuat
kesalahan.  Akan  tetapi  kita sangat heran karena para
ahli tafsir Injil bersikap  tutup  mulut  mengenai  hal
ini.  W. Trilling, berbeda dari para ahli tafsir Injil,
menulis satu baris mengenai hal tersebut dalam bukunya:
Injil  Matius.  "Sesung-.  guhnya  persoalan  ini tidak
boleh diabaikan  begitu  saja  oleh  karena  para  ahli
tafsir  Injil,  termasuk pengarang-pengarang Terjemahan
Ekumenik  dan  Kardinal  Danielou   telah   menunjukkan
pentingnya  simbol  3  kali  14 yang telah disebut oleh
Matius. Untuk menonjolkan hal tersebut, bukanlah Matius
sendiri telah menghilangkan beberapa nama yang tersebut
dalam Bibel agar berhasil pembuktiannya  tentang  angka
yang keramat itu."

Nanti akan kita lihat bahwa para ahli tafsir Injil akan
membentuk suatu apologetik (cara mempertahankan  agama)
dengan  membenarkan dihapuskannya beberapa nama, tetapi
mereka tergelincir mengenai kekurangan-kekurangan  nama
sehingga   mereka  tidak  berhasil  mencapai  hal  yang
diinginkan oleh Matius, si pengarang Injil.

4. TAFSIRAN PARA AHLI TAFSIR MODERN

Kardinal Danielou, dalam karangannya Les  Evangiles  de
l'enfance  (Injil Masa Kanak-kanak, terbit tahun 1967),
setuju dengan daftar angka yang dibuat oleh Matius  dan
mengatakan  bahwa  daftar tersebut mempunyai nilai yang
sangat tinggi, karena daftar itu  menunjukkan  silsilah
asal usul Yesus, yang juga-diterangkan oleh Lukas. Bagi
Kardinal  Danielou,  "Lukas  dan  Matius  adalah   ahli
sejarah yang telah mengadakan penyelidikan sejarah, dan
silsilah keturunan telah dikutip  dari  arsip  keluarga
Yesus."  Perlu diterangkan di sini bahwa arsip tersebut
tak pernah ditemukan orang.

Kardinal   Danielou,   menyerang    orang-orang    yang
mengkritik  pendiriannya  dengan kata-kata: "itu adalah
mental orang  Barat,  kebodohan  tentang  agama  Yahudi
Kristen,  ketidakadanya  perasaan  Semitik,  yang telah
menyesatkan  beberapa   ahli   tafsir   dalam   memberi
interpretasi    kepada    Injil.   Mereka   itu   telah
mempergunakan  kategori  Plato,  Descartes,  Hegel  dan
Heidegger.  Memang  ada  suatu yang keruh dalam pikiran
mereka." Sudah terang bahwa Plato, Descartes, Hegel dan
Heidegger  tidak  ada  hubungannya  dengan sikap kritik
terhadap silsilah keturunan yang bersifat khayalan.

Pengarang (Kardinal Danielou) menyelidiki arti 3  x  14
yang  disebutkan  Matius, dan membuat hipotesa-hipotesa
seperti berikut: "Mungkin  ada  hubungannya  dengan  10
minggu  yang  terkenal dalam hal-hal rahasia dari agama
Yahudi, tiga minggu pertama yang mirip  dengan  periode
dari  Adam sampai Abraham, harus dihilangkan. Tinggal 7
minggu; enam minggu pertama merupakan  tiga  grup  yang
masing-masing  terdiri  dari  14  nama, dan minggu yang
terakhir dimulai oleh Kristus yang memulai periode ke 7
daripada  Dunia."  Penjelasan  semacam  itu  tak  perlu
diberi komentar.

Ahli-ahli   tafsir    "Terjemahan    Ekumenik    Bibel"
-Perjanjian  Baru-  memberikan  pembelaan  dengan angka
yang tidak kita sangka.

Untuk angka 3 x 14 yang dikemukakan oleh Matius:

14, mungkin merupakan jumlah nilai huruf yang membentuk
nama  Dawud  dalam  bahasa  Ibrani  D  = 4, V = 6. Jadi
jumlahnya 4+6+4 = 14.

Bagi Lukas, Terjemahan Ekumenik memberikan 77 nama. Hal
ini  memberi peluang untuk mengatakan bahwa angka 7 itu
dasar. 7 x 11 = 77. Padahal kita sudah tahu bahwa  bagi
Lukas yang main hapus dan tambah, daftar yang memuat 77
nama itu sama sekali buat-buatan.

Silsilah Yesus dalam Injil-lnjil merupakan masalah yang
menimbulkan permainan kata-kata yang sangat menyolok di
antara  para  ahli  tafsir  Kristen,  dan  memang   hal
tersebut   adalah  sesuai  dengan  khayalan  Lukas  dan
Matius.


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta


Silsilah Nenek Moyang Yesus

Injil-Injil    hanya    mengandung    sedikit    sekali
kalimat-kalimat  yang  dapat  menimbulkan  pertentangan
dengan hasil-hasil Sains modern. Banyak  hikayat  dalam
Injil   yang   menggambarkan  mukjizat  tidak  mendapat
penafsiran  ilmiah.  Mukjizat-mukjizat  itu  ada   yang
berhubungan  dengan  orang  seperti  penyembuhan  orang
sakit (gila, buta, lumpuh, lepra, menghidupkan  Lazarus
yang  sudah  mati), dan ada pula yang mengenai fenomena
material, di pinggir batas hukum alam  (Yesus  berjalan
di  atas air, Yesus mengganti air jadi anggur). Hal-hal
tersebut mungkin hanya merupakan  fenomena  yang  wajar
tetapi dengan aspek yang luar biasa oleh karena terjadi
dalam waktu yang sangat  singkat  seperti  angin  topan
yang   berhenti   seketika,   pohon  tien  yang  kering
mendadak,  atau  seperti  mencari  ikan  secara  ajaib,
seakan-akan  seluruh  ikan  yang  ada  dalam  danau itu
berkumpul di tempat di mana jala dilempar.

Dalam kejadian-kejadian tersebut, Tuhan  campur  tangan
dengan  kekuasaanNya.  Kita  tidak usah keheran-heranan
bahwa Tuhan itu dapat  berbuat  hal  yang  mengherankan
bagi  manusia,  tetapi  bagi Tuhan merupakan hal biasa.
Ini tidak berarti  bahwa  seorang  yang  percaya  tidak
memerlukan  berhubungan  dengan  Sains.  Percaya kepada
mukjizat  dan  percaya  kepada   Sains   adalah   tidak
bertentangan.  Yang pertama adalah tahap ketuhanan yang
kedua adalah tahap kemanusiaan.

Secara pribadi saya dengan senang  hati  dapat  percaya
bahwa Yesus menyembuhkan orang sakit lepra, tetapi saya
tidak dapat menerima suatu teks yang dikatakan autentik
dan diwahyukan Tuhan sedangkan dalam teks tersebut saya
dapatkan  bahwa  antara  manusia  pertama  dengan  Nabi
Ibrahim  hanya  berselisih  waktu  20 generasi, seperti
yang dikatakan Injil Lukas (3, 23-28). Kita akan  lihat
sebentar  lagi  sebab-sebab yang membuktikan bahwa teks
Lukas, seperti juga teks Perjanjian  Lama  tentang  hal
yang sama, telah disusun menurut imajinasi manusia.

Injil  (seperti Al Qur-an) memberikan kita riwayat yang
sama mengenai  asal-usul  biologis  Yesus.  Membesarnya
Yesus  dalam  kandungan ibunya di luar hukum-hukum alam
yang umum bagi seluruh manusia. Biji telor dari  ibunya
tidak  memerlukan  bertemu  dengan  spermatozoid  bapak
untuk membentuk  suatu  embryo  yang  kemudian  menjadi
bayi.   Fenomena  yang  berakhir  dengan  dilahirkannya
seorang yang normal, tidak dengan  campuran  dan  unsur
lelaki,  dinamakan  parthenogenese. Dalam alam binatang
parthenogenese  dapat  terjadi   dengan   syarat-syarat
tertentu.   Seperti  halnya  serangga,  beberapa  hewan
invertebrata,   dan   secara   sangat   jarang,   dalam
jenis-jenis  burung  tertentu.  Di antara binatang yang
menyusui,  orang  dapat  mengadakan  percobaan   dengan
kelinci  yang  memperoleh perkembangan biji telor tanpa
campur tangan  spermatozoid  dan  menjadi  embryo  yang
sederhana  tetapi  orang  tidak dapat menemukan kelinci
yang  menunjukkan   parthenogenese   sempurna,   secara
eksperimental   atau   secara   natural.  Tetapi  Yesus
merupakan kasus parthenogenese. Ibunya  adalah  perawan
dan  tetap  perawan  serta  tidak mempunyai anak selain
Yesus: Yesus adalah kekecualian biologik.18

Silsilah keturunan Yesus

Dua silsilah keturunan yang terdapat dalam Injil Matius
dan   Injil   Lukas   menimbulkan   persoalan   tentang
kebenaran, persesuaian dengan  hasil-hasil  ilmiah  dan
juga persoalan "autentik atau tidak." Problema-problema
ini sangat menyulitkan ahli-ahli  tafsir  Kristen  oleh
karena  mereka  menolak  untuk melihatnya sebagai hasil
imajinasi  manusia;   Imajinasi   manusia   ini   telah
memberikan  inspirasi  kepada  para pengarang-pengarang
Sakerdotal (pendeta-pendeta) daripada Kitab Kejadian di
abad  VI  S.M. untuk silsilah keturunan manusia-manusia
pertama. Imajinasi manusia  itu  pulalah  yang  memberi
inspirasi  kepada  Matius  dan Lukas dalam hal-hal yang
kedua  pengarang  Injil  itu   tidak   mengambil   dari
Perjanjian Lama.

Yang   perlu  kita  perhatikan  adalah  bahwa  silsilah
keturunan laki-laki tidak ada artinya sama sekali  bagi
Yesus.  Jika  orang ingin memberikan silsilah keturunan
kepada Yesus, anak tunggal daripada Maryam, tanpa bapa,
maka  silsilah  keturunan  itu harus silsilah keturunan
Maryam,  ibunya.  Di  bawah  ini  adalah  teks  menurut
Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel, Perjanjian Baru.

Silsilah   keturunan   menurut   Matius  terdapat  pada
permulaan Injilnya.

KITAB ASAL-USUL YESUS KRISTUS, ANAK DAUD, ANAK IBRAHIM

Ibrahim mempunyai anak Ishak
Ishak mempunyai anak Yakub
Yakub mempunyai anak Yuda dan saudara-saudaranya
Yuda mempunyai anak Phares dan Zara daripada Thamar
Phares mempunyai anak Esrom
Esrom mempunyai anak Aram
Aram mempunyai anak Aminabad
Aminabad mempunyai anak Naasson
Naasson mempunyai anak Salmon
Salmon mempunyai anak Booz daripada Rahad
Booz mempunyai anak Yobed daripada Ruth
Yobed mempunyai anak Yesse
Yesse mempunyai anak Nabi Daud
Daud mempunyai anak Suleman (dari istri Urie)
Suleman mempunyai anak Roboam
Roboam mempunyai anak Abia
Abia mempunyai anak Asa
Asa mempunyai anak Yosaphat
Yosaphat mempunyai anak Yoram
Yoram mempunyai anak Ozias
Ozias mempunyai anak Yoathan
Yoathan mempunyai anak Achaz
Achaz mempunyai anak Ezechias
Ezechias mempunyai anak Manasse
Manasse mempunyai anak Amon
Amon mempunyai anak Yosias
Yosias mempunyai anak Yechonias dan saudara-saudaranya

Kemudian terjadi pengasingan di Babylon.
Sesudah Pengasingan:

Yechonias mempunyai anak Salathiel
Salathiel mempunyai anak Zorobabel
Zorobabel mempunyai anak Abioud
Abioud mempunyai anak Eliakim
Eliakim mempunyai anak Azor
Azor mempunyai anak Sadok
Sadok mempunyai anak Akhim
Akhim mempunyai anak Elioud
Elioud mempunyai anak Eleazar
Eleazar mempunyai anak Mathan
Mathan mempunyai anak Yacob
Yacob mempunyai anak Yusuf, suami Maryam,
  yang melahirkan Isa yang dinamakan Al Masih.

Jumlah generasi adalah 14 dari Ibrahim ke Daud, 14 dari
Daud hingga pengasingan di Babylon, 14 dari pengasingan
sampai Isa Al Masih.

Lukas (3, 23-38)  memberikan  silsilah  keturunan  yang
berlainan  dari silsilah Matius. Kita kutipkan di bawah
ini dari Terjemahan Ekumenik.

"Yesus pada permulaannya berumur kira-kira 30 tahun. Ia
adalah anak Yoseph, anak Heli anak Matthat, anak Levis,
anak  Melechi,   anak   Iannai,   anak   Yoseph,   anak
Matthatias,  anak  Amos,  anak  Naaum, anak Hesti, anak
Naggai, anak Maath, anak Mattathias, anak Semein,  anak
Yosech,   anak   Ioda,  anak  Ionam,  anak  Resa,  anak
Zorobabel, anak Salathiel, anak Neri, anak Melchi, anak
Addi,  anak  Kosam,  anak Elmadam, anak Er, anak Yesus,
anak Elieser, anak Yorim, anak Matthat, anak Levi, anak
Symeon,  anak  Yuda,  anak  Yoseph,  anak  Ionam,  anak
Eliakim, anak Melea, anak Menna,  anak  Mattalha,  anak
Natham,anak  David,  anak Yesse, anak Iobed, anak Boos,
anak Sola, anak Naasson,  anak  Aminabad,  anak  Admin,
anak  Arni,  anak  Esrom,  anak Phares, anak Yuda, anak
Yacob, anak  Isaac,  anak  Abraham,  anak  Thara,  anak
Nachor,  anak  Serauch,  anak  Ragau, anak Phalek, anak
Eber, anak Sala, anak Kainam, anak Arphaxad, anak  Sem,
anak  Noe,  anak  Lamech,  anak Mathausala, anak Enoch,
anak Iaret, anak Maleleel, anak Kainam, anak Enos, anak
Seth, anak Adam, anak Allah."

Silsilah-silsilah   tersebut   alcan  Icelihatan  lebih
terang  jika  kita  gambarkan  dua  daftar  yang   satu
menggambarkan  silsilah  sebelum  David,  dan yang satu
lagi menggambarkan silsilah sesudah David.

SILSILAH YESUS SEBELUM DAVID
 
Menurut Matius                   Menurut Lukas
 
                                 1. Adam
                                 2. Seth
                                 3. Enos
                                 4. Kainam
                                 5. Maleleel
                                 6. Zaret
                                 7. Enoch
Matius tidak menyebutkan         8. Mathausala
sesuatu nama sebelum             9. Lamech
Abraham                         10. Nae
                                11. Sem
                                12. Arphaxad
                                13. Kainam
                                14. Sala
                                15. Eber
                                16. Phalek
                                17. Ragau
                                18. Serauch
                                19. Nachor
                                20. Thara
 1. Abraham                     21. Abraham
 2. Isaac                       22. Isaac
 3. Yacob                       23. Yacob
 4. Yuda                        24. Yuda
 5. Phares                      25. Phares
 6. Esrom                       26. Esrom
 7. Aram                        27. Arni
                                28. Admin
 8. Aminabad                    29. Aminabad
 9. Naasson                     30. Naasson
10. Salmon                      31. Sala
11. Booz                        32. Booz
12. Yobed                       33. Yobed
13. Yesse                       34. Yesse
14. David                       35. David
 
         Silsilah Yesus Sesudah David
 
Menurut Matius                   Menurut Lukas
 
14. David                       35. David
15. Salomon                     36. Natham
16. Roboam                      37. Matlatha
17. Abia                        38. Menna
18. Asa                         39. Melea
19. Yosaphat                    40. Eliakim
20. Yoram                       41. Ionam
21. Azias                       42. Yoseph
22. Yoathan                     43. Yoda
23. Achaz                       44. Symeon
24. Ezechias                    45. Levi
25. Manasse                     46. Matthat
26. Amon                        47. Iorim
27. Yosias                      48. Elieser
28. Yechonias                   49. Yesus
                                50. Er
Pengasingan di Babylon          51. Elmadam
                                52. Kosam
29. Salathiel                   53. Addi
30. Zorobabel                   54. Melchi
31. Abioud                      55. Neri
32. Eliakim                     56. Salathiel
33. Azor                        57. Zorobabel
34. Sadok                       58. Resa
35. Akhim                       59. Ionan
36. Eliaud                      60. Ioda
37. Eleazar                     61. Iosech
38. Mathan                      62. Semein
39. Yacob                       63. Malthatheas
40. Yoseph                      64. Maalh
41. Yesus                       65. Naggar
                                66. Hesle
                                67. Naaum
                                68. Amos
                                69. Mattatheas
                                70. Yoseph
                                71. Iannai
                                72. Melchi
                                73. Levi
                                74. Matthat
                                75. Heli
                                76. Yoseph
                                78. Yesus


Perbedaan-Perbedaan Menurut Manuskrip dan dalam
Hubungannya dengan Perjanjian Lama
 
Dengan mengenyampingkan perbedaan tulisan
(orthographiq), kita sebutkan:
 
a). Injil Matius
 
Silsilah  keturunan  telah  hilang  dari  Codex   Bezae
Cantabrigiensis,  suatu  manuskrip  yang sangat penting
dari abad VI dalam dua bahasa, Yunani dan  Latin.  Yang
hilang  dan teks Yunani adalah seluruh silsilah, sedang
yang hilang  dali  teks  Latin  hanya  sebagian  besar.
Tetapi  hal ini mungkin hanya disebabkan oleh hilangnya
halaman-halaman pertama.
 
Perlu kita sebutkan kebebasan yang  sangat  besar  yang
ditunjukkan   oleh   Matius   dalam  sikapnya  terhadap
Perjanjian  Lama  yang  ia  potong  silsilahnya   untuk
keperluan  penyajian  dengan  angka (yang pada akhirnya
tidak ia lakukan seperti yang akan kita lihat)
 
b). Injil Lukas
 
 1. Sebelum Nabi Ibrahim, Lukas menyebutkan 20 nama.
    Perjanjian Lama hanya menyebutkan 19 (silahkan lihat
    tabel keturunan Adam dalam bagian yang khusus untuk
    Perjanjian Lama, Lukas menambah sesudah Arphaxad (no.
    12) nama Kainam (no. 13) yang tak tersebut dalam Kitab
    Kejadian sebagai anak Arphaxad.
 
 2. Dari Nabi Ibrahim sampai nabi Daud kita dapatkan
    14-16 nama menurut manuskrip.
 
 3. Dari Nabi Daud sampai Nabi Isa.
 
Perbedaan yang sangat  penting  adalah  perbedaan  yang
terdapat   dalam   Codex   Bezae  Cantabrigiensis  yang
menisbatkan suatu silsilah khayalan  kepada  Lukas  dan
silsilah  itu  terdiri  dari silsilah Matius yang sudah
ditambah oleh orang yang bikin naskah dengan lima nama.
Sayang,  silsilah Injil Matius dalam manuskrip tersebut
telah  hilang,  sehingga  kita  tak  dapat   mengadakan
perbandingan.
 

 --------------------------------------------------------------------------------BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
 
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
 
18 Injil-lnjil menyebutkan saudara-saudara daripada
    Yesus (Matius 13, 46-50), (Markus 6, 1-6) (Yahya 7, 3
    dan 2, 12). Kata Yunani yang dipakai adalah Adelphai
    dan Adelphai memang berarti saudara lelaki atau
    perempuan dalam arti biologik. Tentu saja disini telah
    terjadi terjemahan yang salah daripada kata Semit yang
    berarti dekat (familiar), dan tidak lebih. Barangkali
    yang dimaksudkan disini adalah saudara-saudara sepupu.

Sejarah Teks Perjanjian Baru

Adalah salah jika kita mengira bahwa  setelah  disusun,
Injil   itu  merupakan  Kitab  Suci  pokok  bagi  agama
Kristen, sehingga orang  membaca  dan  mempergunakannya
sebagai orang Yahudi membaca dan menggunakan Perjanjian
Lama. Pada waktu  itu  yang  menjadi  autoritas  adalah
tradisi  lisan  yang  membawakan  kata-kata  Yesus  dan
ajaran sahabat-sahabatnya. Tulisan pertama yang beredar
dan  bernilai  sebelum Injil adalah surat-surat Paulus;
bukankah surat-surat itu telah ditulis  beberapa  puluh
tahun sebelum Injil?

Kita sudah membicarakan bahwa sebelum tahun 140 tak ada
bukti bahwa orang  mempunyai  kumpulan  tulisan-tulisan
Bibel,   walaupun  beberapa  orang  ahli  tafsir  Injil
menulis  yang  sebaliknya  daripada  itu.  Kita   harus
menunggu   sampai   tahun   170   untuk  melihat  Injil
memperoleh kedudukan literatur Kanon.

Pada  tahun-tahun  pertama  setelah   munculnya   agama
Kristen,  beredarlah  berrnacam-macam  tulisan mengenai
Yesus. Tulisan-tulisan itu tidak dianggap autentik  dan
Gereja   memerintahkan   supaya   tulisan-tulisan   itu
disembunyikan.  Inilah  asal  timbulnya  kata:  apokrif
(Injil    yang    disembunyikan).    Dari   pada   teks
tulisan-tulisan tersebut ada sebagian yang  terpelihara
baik  karena  mendapat  penghargaan umum, seperti surat
atau  ajaran  Barnabas,  tetapi  banyak  lainnya   yang
dijauhkan  secara  brutal  sehingga  yang  ada sekarang
hanya sisa-sisanya dalam bentuk fragmen. Begitulah yang
dikatakan  oleh  Terjemahan  Ekumenik.  Karena dianggap
sebagai  penyebab   kesesatan,   maka   tulisan-tulisan
tersebut  dianggap tidak ada. Walaupun begitu, karangan
seperti Injil orang-orang Nazaret, Injil orang  Ibrani,
Injil  orang  Mesir yang diketahui oleh pendeta-pendeta
gereja, mempunyai kedudukan  yang  hampir  sama  dengan
Injil Kanon. Begitu juga Injil Tomas dan Injil Barnaba.

Diantara  tulisan-tulisan  apokrif  (yang diperintahkan
Gereja  supaya  disembunyikan)   banyak   yang   memuat
perinci-perinci  yang  bersifat  khayalan,  yaitu  yang
dihasilkan oleh imaginasi orang awam.

Banyak  pengarang-pengarang  tentang   Injil   aprokrif
menyebutkan  dengan  rasa  puas  paragraf-paragraf yang
menertawakan. Akan tetapi  pengarang-pengarang  semacam
itu  sesungguhnya  dapat  ditemukan  dalam semua Injil.
Kita masih ingat  gambaran  kejadian-kejadian  khayalan
yang  oleh  Matius  dikatakan  telah terjadi pada waktu
matinya Yesus. Orang dapat menemukan  paragraf-paragraf
yang  tidak  serius dalam tulisan-tulisan puluhan tahun
pertama daripada agama Kristen;  tapi  perlu  kejujuran
untuk mengenal tulisan-tulisan itu.

Terlalu   banyaknya   tulisan-tulisan   mengenai  Yesus
mendorong Gereja  yang  sedang  dalam  pengorganisasian
untuk   melenyapkannya.  Mungkin  seratus  Injil  telah
dimusnahkan. Hanya empat Injil tetap  dipelihara  untuk
dimasukkan   dalam   daftar  resmi  naskah-naskah  yang
kemudian dinamakan "Kanon."

Pada   pertengahan   abad    II,    Marcion    mendesak
pembesar-pembesar   agama  untuk  mengambil  sikap.  Ia
adalah musuh yang  sangat  benci  terhadap  orang-orang
Yahudi.   Ia   menolak  seluruh  Perjanjian  Lama,  dan
tulisan-tulisan yang muncul  sesudah  Yesus  tidak  ada
lagi,  yang  nampak  dekat  atau  berasal  dari tradisi
Yahudi Kristen. Marcion hanya mengakui  tulisan-tulisan
Paulus  dan  Injil  Lukas, oleh karena ia mengira bahwa
Lukas adalah juru bicara Paulus.

Gereja memaklumkan bahwa Marcion adalah  orang  murtad,
dan  memasukkan  dalam Kanon segala surat-surat Paulus,
serta  Injil  Matius,  Markus,  Lukas  dan  Yahya,  dan
menambahnya   dengan   beberapa  tulisan  lagi  seperti
Perbuatan Para  Rasul.  Meskipun  begitu  daftar  resmi
selalu  berubah  menurut waktu selama abad-abad pertama
Masehi. Tulisan-tulisan yang  kemudian  dianggap  tidak
berharga (apokrif) termasuk dalam Kanon untuk sementara
waktu, dan tulisan-tulisan yang  termasuk  dalam  Kanon
yang  sekarang  (Perjanjian Baru), pada waktu itu tidak
termasuk  di  dalamnya.  Rasa  keragu-raguan  menguasai
tulisan-tulisan  tersebut  berlangsung  sampai  Konsili
Hippione pada tahun 393 dan Konsili Carthage tahun 397.
Tetapi  Injil  empat  selalu  termuat  di  dalam  Kanon
Kristen  bersama.  R.P.  Boismard  menyesalkan   sekali
hilangnya  literatur  yang  banyak  itu yang diputuskan
oleh Gereja  sebagai  apokrif,  oleh  karena  literatur
tersebut  mempunyai  nilai sejarah yang besar, Boismard
sendiri dalam bukunya Ringkasan  empat  Injil'  menilai
tulisan-tulisan  yang hilang itu sama pentingnya dengan
Injil yang empat yang resmi. Buku-buku  tersebut  masih
ada  dalam perpustakaan-perpustakaan pada akhir abad IV
M.

Abad IV adalah waktu pemberesan yang serius.  Manuskrip
Injil  yang  komplit  dan yang tertua ditulis pada abad
itu. Dokumen-dokumen sebelum itu, papirus-papirus  abad
III, satu papirus yang mungkin berasal daripada abad II
hanya mengandung  fragmen-fragmen.  Dua  manuskrip  tua
dari  kulit  adalah  manuskrip Yunani dari abad IV. Dua
manuskrip tersebut adalah: Codex  Vatikanus  yang  kita
tak tahu tempat penggaliannya, disimpan di Perpustakaan
Vatikan dan  yang  satu  lagi,  Codex  Sinaitikus  yang
terdapat  di  gunung Sinai sekarang disimpan di British
Museum di London. Manuskrip ini mengandung dua  tulisan
apokrif.

Menurut  Terjemahan  Ekumenik  di  Dunia  ini  ada  250
manuskrip kulit, yang paling akhir adalah dari abad XI.
Tetapi  semua  copy  Perjanjian Baru yang sampai kepada
kita  adalah  tidak   sama,   ada   perbedaan-perbedaan
penting,    dan   perbedaan   itu   banyak   jumlahnya.
Perbedaan-perbedaan  itu  ada   yang   hanya   mengenai
perincian  gramatika,  kalimat,  atau urut-urutan kata,
tetapi ada juga perbedaan  yang  merubah  arti  seluruh
paragraf.  Jika  kita  ingin mengetahui perbedaan teks,
kita dapat membaca Novum Testamentum Graece (Perjanjian
Baru   Yunani).   Buku   tersebut  memuat  teks  Yunani
"tengah-tengah"    yakni    teks    sintese,     dengan
catatan-catatan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
versi yang bermacam-macam.

Keaslian (autentitas)  sesuatu  teks  manuskrip  selalu
dapat diperdebatkan, Codex Vatikanus dapat kita jadikan
contoh. Penerbitan Vatikan  pada  tahun  1965  dibubuhi
suatu  peringatan  asli  yang mengatakan "beberapa abad
sesudah  copy  asli  (lebih-kurang  abad  X  atau  XI),
seorang   tukang   naskah   telah   mengulangi  tulisan
manuskrip tersebut  dengan  tinta  kecuali  huruf-huruf
yang   dikira   salah."   Ada   bagian-bagian  daripada
manuskrip tersebut di mana  terdapat  huruf-huruf  asli
dengan wama coklat masih tetap kelihatan, dan merupakan
kontras dengan teks yang lain yang ditulis dengan warna
coklat  tua.  Kita tak dapat mengatakan bahwa perbaikan
naskah itu dilakukan secara jujur. Peringatan  tersebut
di  atas  juga mengatakan: Belum dapat dibedakan secara
definitif  tangan-tangan  yang  banyak  jumlahnya  yang
mengkoreksi   atau   menambah   manuskrip  asli  selama
berabad-abad; memang ada  koreksi  yang  dibuat  ketika
teks  tersebut  diperbarui (dengan tinta baru). Padahal
dalam semua teks, manuskrip-manuskrip selalu  dikatakan
sebagai  copy  abad  IV. Kita harus membandingkan suatu
teks  dengan  teks  yang  disimpan  di  Vatican  untuk
mengetahui  apakah  ada tangan-tangan yang merubah teks
tersebut beberapa abad kemudian.

Orang dapat membantah dan  mengatakan  bahwa  teks-teks
lain  juga  dapat  dipakai  untuk  perbandingan, tetapi
bagaimana  memilih  perbedaan-perbedaan  yang   merubah
arti?  Kita tahu bahwa sebuah koreksi lama dari seorang
tukang naskah dapat  menyebabkan  reproduksi  definitif
daripada   teks   yang  telah  dikoreksinya  itu.  Kita
mengerti betul bagaimana suatu kata yang terdapat dalam
Injil  Yahya,  yaitu  kata Paraklet, telah merubah sama
sekali arti paragraf dan membalikkan arti tersebut dari
segi teologi.

Di   bawah  ini  adalah  tulisan  O.  Culmann  mengenai
perbedaan-perbedaan teks yang  ditulis  dalam  bukunya:
Perjanjian Baru.

"Perbedaan-perbedaan  itu  kadang-kadang terjadi karena
kesalahan-kesalahan  yang  tidak  disengaja;  umpamanya
tukang  naskah  lupa menulis satu kata, atau sebaliknya
menulis kata itu dua kali; atau mungkin  juga  sebagian
kalimat  (phrase)  tak  tertulis oleh karena bagian itu
terletak dalam manuskrip si tukang naskah,  antara  dua
kata   yang  sama.  Kadang-kadang  perbedaan  teks  itu
disebabkan oleh karena koreksi-koreksi  yang  dilakukan
dengan  sengaja;  atau  tukang naskah memberanikan diri
untuk mengkoreksi teks menurut pikirannya pribadi, atau
si tukang naskah ingin menyesuaikan teksnya dengan teks
lain,    untuk    menghilangkan    perbedaan.    Ketika
tulisan-tulisan  yang  terkumpul  dalam Perjanjian Baru
diputuskan  untuk  dipisahkan  dan  literatur   Kristen
primitif  (terdahulu)  dan dianggap sebagai Kitab Suci,
maka para ahli naskah tidak berani lagi untuk melakukan
koreksi   terhadap  pekerjaan-pekerjaan  tukang  naskah
sebelum mereka; mereka  mengira  bahwa  mereka  membuat
copy  dari  teks  asli  dan  dengan begitu mereka sudah
mengokohkan perbedaan-perbedaan yang ada. Kadang-kadang
tukang  naskah menulis catatan di pinggir halaman untuk
menerangkan suatu kalimat  yang  tidak  terang.  Tukang
naskah  yang datang kemudian mengira bahwa kalimat yang
tertulis di pinggir halaman itu merupakan kalimat  yang
tadinya  telah  dilupakan  oleh  seorang  tukang naskah
sebelumnya,  dan  ia  merasa  perlu  untuk   memasukkan
catatan   pinggiran  tersebut  ke  dalam  teks.  Dengan
begitu, dapat terjadi pula bahwa  teks  yang  baru  itu
menjadi lebih kabur.

Tukang-tukang naskah beberapa manuskrip bersikap sangat
leluasa terhadap teks. Ini adalah kasus  tukang  naskah
suatu  manuskrip  yang  sangat  terhormat  setelah  dua
manuskrip  tersebut  di  atas,   yaitu:   Codex   Bezae
Cantabrigiensis  dari  abad VI. Tukang naskah menemukan
perbedaan antara silsilah keturunan Yesus  dalam  Injil
Lukas  dan  dalam  Injil Matius; kemudian ia memasukkan
silsilah  Matius  ke  dalam  naskah  Injil  Lukas  yang
dimiliki;  tetapi  karena yang dalam Injil Lukas memuat
lebih sedikit nama-nama orang dalam silsilah,  maka  ia
beri  tambahan-tambahan (tetapi tak berhasil mengadakan
penyesuaian).

Apakah terjemahan Latin seperti  Vulgate  karya  Yerome
(abad  IV)  dan  terjemahan-terjemahan  yang lebih kuno
(Vetus Itala),  terjemahan  bahasa  Syriaq  dan  bahasa
Kibti  (Mesir  kuno),  semua  itu  lebih jujur daripada
manuskrip   Yunani?   Terjemahan-terjemahan    tersebut
mungkin  dibikin  menurut  manuskrip  yang  lebih  kuno
tetapi yang sudah hilang. Kita tidak tahu.

Orang telah  berhasil  mengelompokkan  teks-teks  Injil
dalam  beberapa  kelompok  yang masing-masing mempunyai
ciri-ciri umum. O. Culmann membagi sebagai berikut:

1). Teks Syria yang mungkin menjadi dasar
    manuskrip-manuskrip Yunani yang sangat kuno. Teks ini
    tersiar di Eropah pada abad XVI, sudah berupa cetakan.
    Teks ini adalah teks yang terburuk menurut pendapat
    para ahli.

2). Teks Barat, dengan versi Latin yang kuno dan dengan
    Codex Bezae Cantabrigiensis Yunani dan Latin. Menurut
    Terjemahan Ekumenik teks tersebut mempunyai ciri-ciri
    suka kepada penafsiran, kepada hal-hal yang kurang
    tepat kepada ulangan kata-kata (paraphrase) dan kepada
    penyesuaian (harmonisasi).

3). Teks netral yang juga meliputi Codex Vatikanus dan
    Codex Sinaitikus, teks ini dipandang jauh lebih murni.
    Cetakan-cetakan modern daripada Perjanjian Baru
    mengikutinya, meskipun sesungguhnya teks ini juga
    mengandung banyak cacad (Terjemahan Ekumenik).

"Kritik teks paling jauh  hanya  memberikan  kesempatan
kepada  kita  untuk mencoba menyusun kembali suatu teks
yang mendekati teks asli. Akan tetapi sudah terang  tak
ada  jalan  untuk  sampai  kepada  teks asli tersebut."
(Terjemahan Ekumenik)


 --------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille

Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta