Senin, 07 Oktober 2013
Sabtu, 05 Oktober 2013
Baruch Spinoza (1632-1677)
Baruch Spinoza (1632-1677): filosof dan
teolog Yahudi rasionalis. Filosof terpenting dalam peradaban barat modern. Tokoh
kritik kitab suci. Filosof dan teolog Yahudi terbesar yang pernah melakukan
analisa kritis terhadap teks-teks kitab-kitab Perjanjian Lama. Hidup di Belanda.
Lahir dari ibu-bapa Yahudi Spanyol-Portugis (Andalusia). Setelah menetap di
Amsterdam, mereka berdua masuk dalam jajaran pimpinan umat Yahudi dan pedagang
besar di sana. Kegiatan pokoknya adalah mengimpor barang.
Pada abad ketujuh belas (abad
Spinoza), Yudaisme Robi (atau Talmud) (Rabinical [Talmudic]
Judaism)1 mulai
diterpa Krisis yang mampu
merobohkan sendi-sendinya. Akibatnya, Yudaisme aliran ini pun hanya dianut oleh
sebagian kecil umat Yahudi di seluruh dunia. Sedang sisanya menganut berbagai
macam aliran lain (seperti Yudaisme rekonstruksionisme) yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan Vudaisme Rabbinikal. Pada masa ini,
kondisi para robi memang sangat memprihatinkan. Mereka selalu sibuk mengeluarkan
bidah-bidah pribadi dari teksteks kitab suci lalu meligitimasinya dengan
kedaulatan tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli
penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi
mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul.
Adapun ciri terpenting dari krisis itu
adalah dianutnya aliran Kabbalah, terutama Kabbalah Lurian (Lurianic
Kabbalah)2 oleh mayoritas umat Yahudi Eropa
yang sebenarnya sudah mulai sejak pertengahan abad ke-16. Spinoza menganggap
tutisan Kabbalah ini sebagai bualan-bualan yang membuat rasa herannya
tidak habishabis. Meski begitu, menurut Abdul Wahhab al-Masiry, aliran yang
merupakan suatu bentuk panteisrne emanasi monoisme3 ini sangat mempengaruhi Spinoza dan anggota komunitas-komunitas
Yahudi lain, terutama dalam pandangan mereka terhadap alam.
Masa-masa pendidikan Spinoza, dilalui
dengan caracara tradisional. Mempelajari Talmud. Tetapi tafsirantafsiran
kabbalah ternyata sudah jauh menyusup ke dalam Yeshiva (Sekolah
Talmud Tinggi). Akibatnya, tafsirantafsiran Talmud pun banyak diwarnai oleh
pikiran-pikiran kabbalah lurian ini. Membaca tulisan-tulisan Musa bin
Maimun (Moses Maimonide), Ibnu Ezra (Aben Ezra), Hisdai bin Shaprut, Musa bin
Hanuh, Ibnu Naghrilah (Samuel Hanajid), filsafat sufi Ibnu Jabirul; dan
karyakarya pemikir Yahudi Andalusia lain.
Dari tulisan-tulisan Musa bin Maimun,
Spinoza berkenalan dengan pikiran-pikiran Ibnu Rusyd. Sedang dari
tulisan-tulisan Ibnu Ezra (Aben Ezra) yang sering dia nukil dalam buku yang ada
di hadapan kita ini, diduga mengenal pikiran-pikiran Ibnu Hazm al-Andalusi. Ibnu
Hazm adalah ulama Muslim klasik yang pernah membahas Alkitab dengan metode -yang
menurut saya- paling ilmiah. Ibnu Ezra dan Ibnu Hazm adalah warga kota yang
sama, yaitu Granada. Ibnu Ezra hidup seratus tahun setelah Ibnu Hazm wafat.
Karena Ibnu Hazm cukup terkenal, sedang Ibnu Ezra juga seorang imam Yahudi,
menurut saya sangat kecil kemungkinan, jika tidak mengenal debat-debat Ibnu Hazm
dengan imam-imam Yahudi pada masanya dan tulisantulisan utamanya, yaitu:
Al-Fishal dan Ar-Raddu `ala Ibni Naghrilah (Bantahan Terhadap Ibnu
Naghrilah4 Lalu, karena Spinoza seperti kita
sebutkan tadi pernah membaca tulisan-tulisan Ibnu Ezra, di samping itu dia juga
termasuk keluarga Andalusia imigran, besar kemungkinan dia juga mengenal
pikiran-pikiran kritis Ibnu Hazm dari Ibnu Ezra ini. Hal ini saya sampaikan,
melihat adanya kemiripan antara analisa kritis Spinoza terhadap kitab suci
dengan analisa kritis Ibnu Hazm.
Kembali ke pokok pembicaraan semula,
selain mempelajari Talmud, tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Ibnu Ezra dan
pemikir-pemikir Yahudi Andalusia lain, Spinoza juga mempelajari bahasa Latin.
Tetapi sebelum itu dia sudah mengusai bahasa Spanyol, Portugal, Ibrani, Perancis
dan Italia. Suatu hal yang membukakan cakrawala yang cukup luas bagi dirinya.
Pada gilirannya dia pun bisa mempelajari pikiran renaissance Eropa,
membaca karya-karya Rene Descartes (Rene Dekart) dan Thomas Hobbes -dua orang
yang meninggalkan pengaruh yang cukup jauh ke dalam dirinya- juga menguasai
pikiran Gordano Bruno yang memiliki warna emanasi panteisme yang cukup
jelas.
Tampaknya, sejak semula Spinoza sudah
menyiapkan diri untuk menjadi robi (hakham). Tetapi di kemudian hari,
jalan hidupnya ini ternyata berbalik. Dia malah diusir dari Jemaat Yahudi
Amsterdam setelah dituduh ateis karena pikiran-pikirannya tentang kitab suci dan
akidah-akidah Yahudi. Sebelum diusir, dia masih sempat disuap oleh para robi
agar menyembunyikan pikiran-pikirannya itu. Tetapi menolak dan bersikeras untuk
menyiarkannya. Akhirnya keputusan itu pun dia terima dengan senang hati meskipun
tidak memeluk agama baru. Dia cukup meninggalkan Amsterdam dan hidup jauh dari
perkampungan Yahudi. Namanya dia ganti dengan Benedictus, yaitu padanan Yunani
dari kata Ibrani "Baruch" yang berarti "Yanq diberkati" (dalam
bahasa Arab "Mubarak"). Mulai saat itu dia hidup dari membuat lensa
mata.
Dalam hidupnya, Spinoza hanya
menerbitkan dua buku. Yang satu dengan membubuhkan namanya, yaitu buku
Dasar-dasar Filsafat Descartes dan yang satu lagi tidak, yaitu buku
Tractatus Theolgico-Politicus (Tesis Tentang Teologi Dan Politik), buku
yang sebagiannya kita terjemahkan ini. Sedang buku-bukunya yang lain, seperti
Etika, Studi Politik, Perbaikan Akal, beberapa buah tesis dan Gramatika Ibrani
diterbitkan setelah dia wafat.
Filsafat Spinoza bersifat komprehensif.
Mencakup pembahasan tentang agama dan dunia, etika dan perasaan, manusia dan
alam serta individu dan masyarakat. Secara garis besar, struktur pikiran itu
berputar pada tiga unsur, yaitu: tuhan, alam dan manusia kemudian hubungan
antarketiganya. Dalam hal ini, Spinoza menganut paham panteisme, yaitu kesatuan
tuhan, alam dan manusia.
Catatan
:
Ada tiga catatan
kaki: yang satu dari Spinoza, yang kedua dari Hassan Hanafi dan yang ketiga dari
penerjemah bahasa Indonesia. Yang
pertama kami beri tanda: Sp, yang kedua kami beri
tanda: H.H., sedang yang terakhir tidak kami beri tanda. Untuk ayat-ayat
Alkitab, meskipun ada juga dalam terjemahan Arab tidak kami beri tanda:
H. H.
1). Yudaisme
resmi.
2). Dalam hahasa Ibrani kata Kabbalah
berarti tradisi. Sejak abad XII Masehi, kata ini menunjukkan kepada aliran
sufi Yahudi yang timbul karena reaksi dari aliran rasionalis yang
dipelopori oleh Musa bin Maimun.
Kabbalah
menafsirkan Taurat secara sirnbolik. Menurut mereka. di
samping makna literal, teks kitab suci mempunyai makna batin yang hanya
diketahui oleh para salikin (peniti jalan batin). Selanjutnya, metode
penafsiran mereka ini berlandaskan pada dasar-dasar berikut:
-
Penggantian: penggantian suatu huruf abjad dengan huruf abjad lain berdasarkan kaedah tertentu.
-
Penjumlahan nilai nominal suatu huruf atau kata. Dari jumlah ini disimpulkan suatu makna. Misalnya dua kata pertama dalam kitab Kejadian mempunyai nilai nominal 1116 yang kita dapatkan dalam kalimat berikut: diciptakan pada awal tahun. Yakni penciptaan alam semesta telah selesai pada awal tahun Yahudi.
-
Indikasi inisial. Yakni setiap huruf dari kata dianggap awal huruf dari kata lain. Misalnya struktur kata Adam mengandung huruf alif (berarti Adam), dal (berarti Daud) dan mim (berarti Masih). Jadi kata Adam mengandung maksud: Masih putra Adam dan Daud.
Selanjutnya. di
samping takwilan kebatian yang kita temukan juga dalarn kalangan Syiah, terutama
sekte Ismaliah ini, kelompok ini juga mempercayai adanya inkarnasi, nujum, sihir
dan membaca rajah tangan.
Sedang
Kabbalah Lurian adalah salah satu dari dua alirannya. Lurian diambil dari
pendirinya Ishak Luria (Isaac l'aveugle) dari kota Nimes di Perancis Selatan.
Sedang alirannya yang lain adalah adalah Kabbalah Zolrar-.
3). Wihdat
al-wuj
4). Ibnu Naghrilah adalah menteri Yahudi pada salah satu
pemerintahan Islam di Andalusia. Pernah mengarang buku yang berisi cacian
terang-terangan terhadap Islam dan kitab sucinya. Buku inilah dibalas oleh lbnu
Hazm.
Kesimpulan dari kontradiksi dalam Perjanjian Baru
Hal-hal yang telah kita bicarakan dalam buku ini dan
komentar-komentar yang ditulis oleh ahli tafsir Kristen
yang besar telah menolak pernyataan-pernyataan aliran
Ortodoks yang bersandar kepada keputusan-keputusan
Konsili Vatikan II bahwa Injil-Injil itu mempunyai
sejarah yang mutlak dan telah menyampaikan kepada kita
secara jujur segala yang diperbuat dan yang diajarkan
oleh Yesus.
Argumentasi yang diberikan dalam buku ini
bermacam-macam. Pertama, kutipan-kutipan Injil yang
menunjukkan kontradiksi menonjol. Orang tidak dapat
percaya akan adanya dua fakta yang bertentangan. Orang
juga tidak dapat menerima kekeliruan atau
pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan hal-hal
yang sudah ditetapkan oleh pengetahuan modern. Dua
silsilah keturunan Yesus yang disajikan oleh Injil dan
kontradiksi yang ada di dalamnya adalah contoh yang
menyolok.
Banyak orang Kristen yang tidak mengetahui kontradiksi,
kekeliruan atau ketidak sesuaian dengan Sains modern,
dan mereka terkejut sewaktu mereka mengetahuinya, oleh
karena selama ini mereka terpengaruh oleh
tafsiran-tafsiran yang memberikan penjelasan-penjelasan
halus untuk meyakinkan mereka dengan bantuan permainan
bahasa apologi. Telah dikemukakan beberapa contoh
tentang kepandaian ahli tafsir untuk menyembunyikan
hal-hal yang mereka namakan "kesukaran-kesukaran."
Sangat jarang paragraf-paragraf Injil yang dianggap
tidak autentik karena Gereja telah meresmikannya
sebagai "Kanon."
Karya kritik teks modern telah menunjukkan hal-hal yang
menurut R.P. Kannengiesser, merupakan "revolusi metode
penafsiran Injil" dan mendorong kita untuk tidak
memahami secara harafiah kejadian-kejadian tentang
Yesus yang tersebut dalam Injil," tulisan-tulisan pada
waktu tertentu atau "tulisan-tulisan perjuangan."
Pengetahuan modern yang telah menyoroti sejarah agama
Yahudi Kristen dan persaingan antara kelompok-kelompok,
menerangkan adanya fakta-fakta yang menggelisahkan para
pembaca zaman sekarang. Anggapan bahwa para penulis
Injil adalah saksi mata tidak dapat lagi dipertahankan,
walaupun masih banyak orang Kristen yang
mempercayainya. Karya sekolah Bibel di Yerusalem (R.P.
Benoit dan R.P. Boismard) menunjukkan dengan jelas
bahwa Injil-Injil telah ditulis, diperiksa kembali dan
dikoreksi beberapa kali. Dengan begitu maka pembaca
Injil telah diperingatkan bahwa mereka jangan mengharap
mendengarkan suara Yesus secara langsung.
Bahwa Injil-lnjil itu kitab yang bersejarah tak dapat
dibantah, akan tetapi dokumen-dokumen itu hanya
menunjukkan kepada kita, di sela-sela hikayat-hikayat
mengenai Yesus, mental para pengarangnya yang menjadi
juru bicara tentang tradisi kelompok-kelompok Kristen
Purba dan mereka menjadi anggautanya, serta perjuangan
antara agama Yahudi Kristen dan Paulus.
Karangan-karangan Kardinal Danielou merupakan autoritas
dalam hal ini.
Kita tak perlu heran karena adanya perubahan-perubahan
dalam beberapa kejadian dalam sejarah kehidupan Yesus,
yaitu perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk
mempertahankan pendapat pribadi. Kita tak perlu heran
terhadap dihilangkannya beberapa kejadian dan tidak
perlu heran terhadap gambaran beberapa kejadian yang
penuh dengan khayalan.
Kita terdorong untuk membandingkan Injil dengan
nyanyian kepahlawanan dalam sastra abad pertengahan.
Perbandingan dengan: Chanson de Roland: (nyanyian
Roland) suatu epik yang sangat terkenal, yaitu nyanyian
yang mencentakan kejadian yang nyata dicampur dengan
khayalan. Nyanyian Roland meriwayatkan kejadian
autentik; musuh telah berhasil menjebak pengawal Raja
Karl Agung, yang dipimpin oleh Roland, di lembah
Rencevaux. Hikayat Roland yang tidak begitu penting itu
telah terjadi pada tanggal 15 Agustus 778. Hikayat
tersebut dibesar-besarkan sehingga tergambar sebagai
perang yang besar dan sebagai perang suci. Hikayatnya
adalah khayalan, tetapi khayalan itu tidak dapat
menghilangkan realitas daripada perjuangan Raja Karl
Agung untuk menjaga tapal batas Kerajaan Perancis dari
bahaya infiltrasi bangsa-bangsa tetangga; di situlah
hal yang autentik yang tak dapat dihapus oleh bentuk
syair kepahlawanan.
Keadaan yang sama berlaku bagi Injil: khayalan Matius,
kontradiksi yang menonjol di antara Injil-Injil,
kekeliruan, ketidaksesuaian dengan hasil-hasil Sains
modern, perubahan-perubahan teks yang terus menerus,
menyebabkan Injil-Injil itu memuat fasal-fasal dan
paragraf-paragraf yang hanya sesuai dengan imajinasi
manusia. Tetapi cacad-cacad ini tidak dapat menjadikan
kita ragu-ragu terhadap adanya missi Yesus;
keragu-raguan hanya mengenai jalannya missi tersebut.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
komentar-komentar yang ditulis oleh ahli tafsir Kristen
yang besar telah menolak pernyataan-pernyataan aliran
Ortodoks yang bersandar kepada keputusan-keputusan
Konsili Vatikan II bahwa Injil-Injil itu mempunyai
sejarah yang mutlak dan telah menyampaikan kepada kita
secara jujur segala yang diperbuat dan yang diajarkan
oleh Yesus.
Argumentasi yang diberikan dalam buku ini
bermacam-macam. Pertama, kutipan-kutipan Injil yang
menunjukkan kontradiksi menonjol. Orang tidak dapat
percaya akan adanya dua fakta yang bertentangan. Orang
juga tidak dapat menerima kekeliruan atau
pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan hal-hal
yang sudah ditetapkan oleh pengetahuan modern. Dua
silsilah keturunan Yesus yang disajikan oleh Injil dan
kontradiksi yang ada di dalamnya adalah contoh yang
menyolok.
Banyak orang Kristen yang tidak mengetahui kontradiksi,
kekeliruan atau ketidak sesuaian dengan Sains modern,
dan mereka terkejut sewaktu mereka mengetahuinya, oleh
karena selama ini mereka terpengaruh oleh
tafsiran-tafsiran yang memberikan penjelasan-penjelasan
halus untuk meyakinkan mereka dengan bantuan permainan
bahasa apologi. Telah dikemukakan beberapa contoh
tentang kepandaian ahli tafsir untuk menyembunyikan
hal-hal yang mereka namakan "kesukaran-kesukaran."
Sangat jarang paragraf-paragraf Injil yang dianggap
tidak autentik karena Gereja telah meresmikannya
sebagai "Kanon."
Karya kritik teks modern telah menunjukkan hal-hal yang
menurut R.P. Kannengiesser, merupakan "revolusi metode
penafsiran Injil" dan mendorong kita untuk tidak
memahami secara harafiah kejadian-kejadian tentang
Yesus yang tersebut dalam Injil," tulisan-tulisan pada
waktu tertentu atau "tulisan-tulisan perjuangan."
Pengetahuan modern yang telah menyoroti sejarah agama
Yahudi Kristen dan persaingan antara kelompok-kelompok,
menerangkan adanya fakta-fakta yang menggelisahkan para
pembaca zaman sekarang. Anggapan bahwa para penulis
Injil adalah saksi mata tidak dapat lagi dipertahankan,
walaupun masih banyak orang Kristen yang
mempercayainya. Karya sekolah Bibel di Yerusalem (R.P.
Benoit dan R.P. Boismard) menunjukkan dengan jelas
bahwa Injil-Injil telah ditulis, diperiksa kembali dan
dikoreksi beberapa kali. Dengan begitu maka pembaca
Injil telah diperingatkan bahwa mereka jangan mengharap
mendengarkan suara Yesus secara langsung.
Bahwa Injil-lnjil itu kitab yang bersejarah tak dapat
dibantah, akan tetapi dokumen-dokumen itu hanya
menunjukkan kepada kita, di sela-sela hikayat-hikayat
mengenai Yesus, mental para pengarangnya yang menjadi
juru bicara tentang tradisi kelompok-kelompok Kristen
Purba dan mereka menjadi anggautanya, serta perjuangan
antara agama Yahudi Kristen dan Paulus.
Karangan-karangan Kardinal Danielou merupakan autoritas
dalam hal ini.
Kita tak perlu heran karena adanya perubahan-perubahan
dalam beberapa kejadian dalam sejarah kehidupan Yesus,
yaitu perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk
mempertahankan pendapat pribadi. Kita tak perlu heran
terhadap dihilangkannya beberapa kejadian dan tidak
perlu heran terhadap gambaran beberapa kejadian yang
penuh dengan khayalan.
Kita terdorong untuk membandingkan Injil dengan
nyanyian kepahlawanan dalam sastra abad pertengahan.
Perbandingan dengan: Chanson de Roland: (nyanyian
Roland) suatu epik yang sangat terkenal, yaitu nyanyian
yang mencentakan kejadian yang nyata dicampur dengan
khayalan. Nyanyian Roland meriwayatkan kejadian
autentik; musuh telah berhasil menjebak pengawal Raja
Karl Agung, yang dipimpin oleh Roland, di lembah
Rencevaux. Hikayat Roland yang tidak begitu penting itu
telah terjadi pada tanggal 15 Agustus 778. Hikayat
tersebut dibesar-besarkan sehingga tergambar sebagai
perang yang besar dan sebagai perang suci. Hikayatnya
adalah khayalan, tetapi khayalan itu tidak dapat
menghilangkan realitas daripada perjuangan Raja Karl
Agung untuk menjaga tapal batas Kerajaan Perancis dari
bahaya infiltrasi bangsa-bangsa tetangga; di situlah
hal yang autentik yang tak dapat dihapus oleh bentuk
syair kepahlawanan.
Keadaan yang sama berlaku bagi Injil: khayalan Matius,
kontradiksi yang menonjol di antara Injil-Injil,
kekeliruan, ketidaksesuaian dengan hasil-hasil Sains
modern, perubahan-perubahan teks yang terus menerus,
menyebabkan Injil-Injil itu memuat fasal-fasal dan
paragraf-paragraf yang hanya sesuai dengan imajinasi
manusia. Tetapi cacad-cacad ini tidak dapat menjadikan
kita ragu-ragu terhadap adanya missi Yesus;
keragu-raguan hanya mengenai jalannya missi tersebut.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Paraklet dalam Injil Yahya
PERCAKAPAN YESUS YANG TERAKHIR.
PARAKLET YANG TERSEBUT DALAM INJIL YAHYA
Yahya adalah satu-satunya pengarang Injil yang
menyebutkan riwayat percakapan Yesus yang terakhir
dengan para rasul (sahabat), yaitu pada akhir santapan
Yesus dan sebelum ia ditangkap oleh tentara Romawi;
percakapan tersebut berakhir dengan pidato yang amat
panjang. Empat fasal dalam Injil Yahya (14-17)
dikhususkan untuk pidato tersebut; ini tak ada
bandingannya dalam Injil-Injil lain. Padahal
fasal-fasal Yahya tersebut membicarakan soal-soal
pokok, perspektif (pandangan terhadap) hari depan yang
sangat penting; dan kedua hal tersebut ditulis dengan
penuh keagungan yang layak bagi peristiwa itu, yaitu
peristiwa perpisahan terakhir antara guru dan
murid-muridnya.
Bagaimana kita dapat menerangkan mengapa riwayat
perpisahan yang mengharukan dan yang mengandung
pesan-pesan spiritual Yesus, tidak terdapat dalam Injil
Matius, Markus dan Lukas? Kita dapat memajukan
soal-soal sebagai berikut: Apakah teks tentang
perpisahan tersebut terdapat dalam ketiga Injil yang
pertama kemudian teks-teks tersebut dihilangkan?
Mengapa dihilangkan? Tetapi marilah kita jawab sendiri
sendiri. Tidak ada jawaban terhadap soal-soal tersebut.
Rahasia tetap tersembunyi mengenai kekurangan yang
sangat besar dalam ketiga Injil pertama.
Jiwa daripada riwayat khutbah Yesus dapat kita
gambarkan dalam percakapan tingkat tinggi tersebut,
yaitu perspektif tentang hari kemudian manusia dan
minat Yesus menyampaikan ajaran-ajaran dan perintahnya
kepada seluruh manusa dengan perantaraan
murid-muridnya; juga untuk memastikan pemimpin yang
definitif yang harus diikuti oleh manusia setelah Yesus
tidak ada lagi. Teks Injil Yahya (dan hanya Injil
tersebut) menunjuknya secara terang dengan nama Yunani
Paraklitos; kata itu dalam bahasa Perancis Paraklet. Di
bawah ini saya kutip paragraf-paragraf yang pokok
menurut Terjemahan Ekumenik daripada Bibel Perjanjian
Baru.
"Jika kamu cinta kepadaku, ikutilah
perintah-perintahku, Aku akan mohon kepada Bapa: Ia
akan memberi kamu seorang Paraklet lain" (14, 15-16).
Apakah arti Paraklet? Teks Injil Yahya yang kita miliki
menjelaskan arti itu sebagai berikut:
"Paraklet, Ruhul Kudus yang Bapa akan mengutusnya atas
namaku, akan menyampaikan segala sesuatu kepadamu dan
mengingatkan kamu tentang apa yang telah aku katakan
kepadamu." (14, 26).
"Ia akan menyampaikan sendiri kesaksiannya daripadaku
(15, 26). "Adalah baik bagimu jika aku pergi; karena
jika aku tidak pergi, Paraklet tidak akan datang
kepadamu; tetapi jika aku pergi, aku akan mengirim dia
kepadamu. Dan dengan kedatangannya ia akan menerangkan
kepadamu isi dunia ini dari hal dosa dan keadilan dan
hukuman." (16, 7-8).
"Jika Ruh Kebenaran datang, ia akan membawa kamu kepada
segala kebenaran karena ia tidak akan berkata dari
dirinya sendiri, akan tetapi ia akan mengatakan segala
hal yang didengarnya dan mengatakan kepadamu segala hal
yang akan datang. Ia akan memuliakan aku." (16, 13-14).
(Perlu diterangkan di sini bahwa paragraf-paragraf yang
tidak kita kutip dari fasal 14-17 dari Injil Yahya
tidak akan merubah arti umum daripada kutipan-kutipan
di atas).
Jika orang membaca dengan lekas, teks Prancis yang
mengidentikkan kata Yunani, Paraklet dengan Ruhul Kudus
tidak akan menarik perhatiannya. Lebih-lebih
judul-judul kecil dalam teks yang biasanya dipakai
dalam terjemahan, serta istilah-istilah ahli tafsir
yang dipakai dalam buku-buku untuk orang awam, semuanya
mengarahkan pembaca kepada arti paragraf yang diberikan
oleh faham resmi Gereja. Jika ada yang merasakan
kesukaran, maka keterangan yang diberikan oleh Kamus
Kecil tentang Perjanjian Baru karangan A. Tricot
umpamanya akan dapat memberikan penjelasan.
Dalam Kamus Kecil itu, di bawah artikel: Paraklet, kita
dapatkan keterangan seperti berikut:
"Nama atau julukan itu, yang disalin dari bahasa Yunani
ke bahasa Perancis, tidak dipakai dalam Perjanjian Baru
kecuali oleh Yahya; empat kali waktu ia meriwayatkan
khutbah Yesus setelah santapan19 (14, 16 dan 26, 15,
26, 16, 7) dan satu kali dalam surat Yahya yang pertama
(2,1). Dalam Injil Yahya, kata itu dipakai untuk Ruhul
Kudus; dalam surat Yahya, kata itu dipakai untuk Yesus.
"Paraklet" adalah suatu istilah yang banyak dipakai
oleh orang-orang Yahudi Yunani abad pertama dan
berarti: .juru syafa'at, (yang mempertahankan). Yesus
mengumumkan: Ruh (esprit) akan dikirim oleh Bapa dan
Anak dan tugasnya adalah untuk menyempurnakan si Anak
dalam tugas penyelamatannya yang dilakukannya selama
hidupnya untuk murid-muridnya. Ruh akan campur tangan
dan bertindak sebagai pengganti Kristus dalam tugasnya
sebagai Paraklet atau juru syafa'at yang kuasa."
Komentar tersebut menjadikan Ruhul Kudus pemimpin
tertinggi bagi manusia sesudah Yesus tidak ada. Apakah
penjelasan A. Tricot tersebut sesuai dengan teks Yahya.
Pertanyaan ini harus kita majukan oleh karena, secara a
priori, nampak mengherankan jika kepada Ruhul Kudus
kita nisbatkan paragraf terakhir yang telah kita
sebutkan di atas. "Ia tidak akan berkata dari dirinya
sendiri akan tetapi ia akan mengatakan segala hal yang
didengarnya dan mengatakan kepada kamu segala hal yang
akan datang." Terasa tidak masuk akal jika kita
mengatakan bahwa Ruhul Kudus dapat bicara dan dapat
menyampaikan segala yang ia dengar. Sepanjang
pengetahuan saya, soal yang mestinya harus ditimbulkan
oleh logika, pada umumnya tidak menjadi soal bagi ahli
tafsir Injil.
Untuk mendapatkan gambaran yang pasti mengenai soal
ini, kita harus kembali kepada Naskah dasar Yunani yang
sangat penting untuk menunjukkan apakah Yahya menulis
Injilnya dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa
lain.
Teks Yunani yang kita baca adalah Novam Testameritum
Graece; terbitan Nestle dan Aland tahun 1971.
Tiap-tiap kritik teks yang sungguh-sungguh, dimulai
dengan menyelidiki perbedaan. Dalam kumpulan-kumpulan
manuskrip Injil Yahya yang telah diketahui, tidak ada
perbedaan yang mungkin merubah arti kalimat-kalimat,
kecuali perbedaan-perbedaan dalam paragraf 14, 26
daripada versi dalam bahasa Syriac, yaitu versi yang
dinamakan Palimpseste.20 Dalam teks ini tak disebutkan
Ruhul Kudus; tetapi hanya Ruh, tanpa tambahan. Apakah
tukang naskahnya lupa, atau ia menghadapi suatu teks
yang harus dicopy, tetapi oleh karena teks itu
mengatakan bahwa Ruhul Kudus dapat mendengar dan
bicara, maka ia tidak berani menulis hal-hal yang ia
anggap tidak masuk akal? Selain pengamatan ini, tak ada
perbedaan lain, kecuali perbedaan gramatika yang tidak
merubah arti umum; yang sangat penting adalah bahwa
yang telah kita terangkan di sini mengenai arti kata
kerja: "mendengar" dan "bicara" terdapat dalam semua
manuskrip Injil Yahya, dan itulah yang terjadi.
Kata kerja "dengar," dalam bahasa Yunani akoua, yang
artinya merasakan suara. Dan bahasa Yunani akoua ini
kita dapatkan kata acoustic yang berarti ilmu suara.
Kata kerja "bicara" dalam bahasa Yunani laleo, yang
artinya mengeluarkan suara, khususnya bicara. Kata
kerja laleo ini, sering terdapat dalam teks Injil
Yunani untuk menunjukkan suatu pernyataan yang penting
yang dikatakan oleh Yesus dalam ceramah-ceramahnya.
Jadi nyata bahwa tugas Yesus untuk dakwah kepada
manusia tidak hanya terdiri dari wahyu yang dibawa oleh
Ruhul Kudus tetapi tugas dakwah itu mempunyai bentuk
material yang nyata, yaitu sebagai yang difahami dari
arti kata Yunani, yakni mengeluarkan suara.
Dua kata kerja Yunani akoua dan laleo adalah perbuatan
yang konkrit yang hanya dilakukan oleh makhluk yang
diberi alat untuk mendengar dan bicara. Memakai dua
kata kerja tersebut untuk Ruhul Kudus adalah tidak
mungkin.
Dengan begitu maka berdasarkan atas manuskrip Yunani,
teks paragraf Injil Yahya sama sekali tidak dapat
dimengerti, jika kita terima secara keseluruhan, yakni
dengan kata "Ruhul Kudus" dalam paragraf (14, 26) yang
berbunyi: "Paraklet, Ruhul Kudus yang akan dikirim oleh
Bapa, atas namaku" seterusnya, satu-satunya paragraf
dalam Injil Yahya yang mengidentikkan Paraklet dengan
Ruhul Kudus.
Akan tetapi jika kita hilangkan kata-kata Ruh Kudus (to
pneuma to agion) dari paragraf ini, seluruh teks Yahya
mempunyai arti yang sangat jelas. Sesungguhnya teks
Yahya tersebut juga sudah dikonkritkan oleh teks lain
daripada Yahya sendiri, yaitu teks surat Yahya yang
pertama, di mana Yahya memakai kata Paraklet untuk
menunjuk Yesus sebagai juru syafa'at di hadapan
Tuhan.21 Dan jika menurut Injil Yahya (16, 14;) "Aku
akan mendo'a kepada Bapa, Ia akan mengirim Paraklet
lain," ini berarti bahwa akan dikirim seorang Paraklet
(juru Syafa'at) seperti dia, selama berada di atas
bumi.
Kita mendapat kesimpulan menurut logika bahwa Paraklet
yang disebutkan oleh Yahya adalah seorang manusia
seperti Yesus, yang dianugerahi anggauta untuk
mendengar dan bicara yang diakui dalam teks Yunani
secara formal. Jadi, Yesus mengumumkan bahwa Tuhan
kemudian akan mengirim seorang manusia di atas bumi ini
untuk memainkan suatu peranan yang dijelaskan oleh
Yahya, yaitu dengan ringkas, peranan seorang nabi yang
mendengar suara Tuhan dan mengulangi risalahnya kepada
manusia. Ini adalah interpretasi logis dari teks Yahya,
jika kita memberi arti yang real kepada kata-kata.
Adanya kata Ruhul Kudus dalam teks yang kita miliki
sekarang mungkin ada hubungannya dengan
tambahan-tambahan baru yang disengaja untuk merubah
arti yang sesungguhnya dalam suatu paragraf yang
berkontradiksi dengan ajaran Gereja-gereja Kristen yang
ingin mengatakan bahwa Yesus itu adalah Nabi yang
terakhir, karena paragraf tersebut mengumumkan
kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
PARAKLET YANG TERSEBUT DALAM INJIL YAHYA
Yahya adalah satu-satunya pengarang Injil yang
menyebutkan riwayat percakapan Yesus yang terakhir
dengan para rasul (sahabat), yaitu pada akhir santapan
Yesus dan sebelum ia ditangkap oleh tentara Romawi;
percakapan tersebut berakhir dengan pidato yang amat
panjang. Empat fasal dalam Injil Yahya (14-17)
dikhususkan untuk pidato tersebut; ini tak ada
bandingannya dalam Injil-Injil lain. Padahal
fasal-fasal Yahya tersebut membicarakan soal-soal
pokok, perspektif (pandangan terhadap) hari depan yang
sangat penting; dan kedua hal tersebut ditulis dengan
penuh keagungan yang layak bagi peristiwa itu, yaitu
peristiwa perpisahan terakhir antara guru dan
murid-muridnya.
Bagaimana kita dapat menerangkan mengapa riwayat
perpisahan yang mengharukan dan yang mengandung
pesan-pesan spiritual Yesus, tidak terdapat dalam Injil
Matius, Markus dan Lukas? Kita dapat memajukan
soal-soal sebagai berikut: Apakah teks tentang
perpisahan tersebut terdapat dalam ketiga Injil yang
pertama kemudian teks-teks tersebut dihilangkan?
Mengapa dihilangkan? Tetapi marilah kita jawab sendiri
sendiri. Tidak ada jawaban terhadap soal-soal tersebut.
Rahasia tetap tersembunyi mengenai kekurangan yang
sangat besar dalam ketiga Injil pertama.
Jiwa daripada riwayat khutbah Yesus dapat kita
gambarkan dalam percakapan tingkat tinggi tersebut,
yaitu perspektif tentang hari kemudian manusia dan
minat Yesus menyampaikan ajaran-ajaran dan perintahnya
kepada seluruh manusa dengan perantaraan
murid-muridnya; juga untuk memastikan pemimpin yang
definitif yang harus diikuti oleh manusia setelah Yesus
tidak ada lagi. Teks Injil Yahya (dan hanya Injil
tersebut) menunjuknya secara terang dengan nama Yunani
Paraklitos; kata itu dalam bahasa Perancis Paraklet. Di
bawah ini saya kutip paragraf-paragraf yang pokok
menurut Terjemahan Ekumenik daripada Bibel Perjanjian
Baru.
"Jika kamu cinta kepadaku, ikutilah
perintah-perintahku, Aku akan mohon kepada Bapa: Ia
akan memberi kamu seorang Paraklet lain" (14, 15-16).
Apakah arti Paraklet? Teks Injil Yahya yang kita miliki
menjelaskan arti itu sebagai berikut:
"Paraklet, Ruhul Kudus yang Bapa akan mengutusnya atas
namaku, akan menyampaikan segala sesuatu kepadamu dan
mengingatkan kamu tentang apa yang telah aku katakan
kepadamu." (14, 26).
"Ia akan menyampaikan sendiri kesaksiannya daripadaku
(15, 26). "Adalah baik bagimu jika aku pergi; karena
jika aku tidak pergi, Paraklet tidak akan datang
kepadamu; tetapi jika aku pergi, aku akan mengirim dia
kepadamu. Dan dengan kedatangannya ia akan menerangkan
kepadamu isi dunia ini dari hal dosa dan keadilan dan
hukuman." (16, 7-8).
"Jika Ruh Kebenaran datang, ia akan membawa kamu kepada
segala kebenaran karena ia tidak akan berkata dari
dirinya sendiri, akan tetapi ia akan mengatakan segala
hal yang didengarnya dan mengatakan kepadamu segala hal
yang akan datang. Ia akan memuliakan aku." (16, 13-14).
(Perlu diterangkan di sini bahwa paragraf-paragraf yang
tidak kita kutip dari fasal 14-17 dari Injil Yahya
tidak akan merubah arti umum daripada kutipan-kutipan
di atas).
Jika orang membaca dengan lekas, teks Prancis yang
mengidentikkan kata Yunani, Paraklet dengan Ruhul Kudus
tidak akan menarik perhatiannya. Lebih-lebih
judul-judul kecil dalam teks yang biasanya dipakai
dalam terjemahan, serta istilah-istilah ahli tafsir
yang dipakai dalam buku-buku untuk orang awam, semuanya
mengarahkan pembaca kepada arti paragraf yang diberikan
oleh faham resmi Gereja. Jika ada yang merasakan
kesukaran, maka keterangan yang diberikan oleh Kamus
Kecil tentang Perjanjian Baru karangan A. Tricot
umpamanya akan dapat memberikan penjelasan.
Dalam Kamus Kecil itu, di bawah artikel: Paraklet, kita
dapatkan keterangan seperti berikut:
"Nama atau julukan itu, yang disalin dari bahasa Yunani
ke bahasa Perancis, tidak dipakai dalam Perjanjian Baru
kecuali oleh Yahya; empat kali waktu ia meriwayatkan
khutbah Yesus setelah santapan19 (14, 16 dan 26, 15,
26, 16, 7) dan satu kali dalam surat Yahya yang pertama
(2,1). Dalam Injil Yahya, kata itu dipakai untuk Ruhul
Kudus; dalam surat Yahya, kata itu dipakai untuk Yesus.
"Paraklet" adalah suatu istilah yang banyak dipakai
oleh orang-orang Yahudi Yunani abad pertama dan
berarti: .juru syafa'at, (yang mempertahankan). Yesus
mengumumkan: Ruh (esprit) akan dikirim oleh Bapa dan
Anak dan tugasnya adalah untuk menyempurnakan si Anak
dalam tugas penyelamatannya yang dilakukannya selama
hidupnya untuk murid-muridnya. Ruh akan campur tangan
dan bertindak sebagai pengganti Kristus dalam tugasnya
sebagai Paraklet atau juru syafa'at yang kuasa."
Komentar tersebut menjadikan Ruhul Kudus pemimpin
tertinggi bagi manusia sesudah Yesus tidak ada. Apakah
penjelasan A. Tricot tersebut sesuai dengan teks Yahya.
Pertanyaan ini harus kita majukan oleh karena, secara a
priori, nampak mengherankan jika kepada Ruhul Kudus
kita nisbatkan paragraf terakhir yang telah kita
sebutkan di atas. "Ia tidak akan berkata dari dirinya
sendiri akan tetapi ia akan mengatakan segala hal yang
didengarnya dan mengatakan kepada kamu segala hal yang
akan datang." Terasa tidak masuk akal jika kita
mengatakan bahwa Ruhul Kudus dapat bicara dan dapat
menyampaikan segala yang ia dengar. Sepanjang
pengetahuan saya, soal yang mestinya harus ditimbulkan
oleh logika, pada umumnya tidak menjadi soal bagi ahli
tafsir Injil.
Untuk mendapatkan gambaran yang pasti mengenai soal
ini, kita harus kembali kepada Naskah dasar Yunani yang
sangat penting untuk menunjukkan apakah Yahya menulis
Injilnya dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa
lain.
Teks Yunani yang kita baca adalah Novam Testameritum
Graece; terbitan Nestle dan Aland tahun 1971.
Tiap-tiap kritik teks yang sungguh-sungguh, dimulai
dengan menyelidiki perbedaan. Dalam kumpulan-kumpulan
manuskrip Injil Yahya yang telah diketahui, tidak ada
perbedaan yang mungkin merubah arti kalimat-kalimat,
kecuali perbedaan-perbedaan dalam paragraf 14, 26
daripada versi dalam bahasa Syriac, yaitu versi yang
dinamakan Palimpseste.20 Dalam teks ini tak disebutkan
Ruhul Kudus; tetapi hanya Ruh, tanpa tambahan. Apakah
tukang naskahnya lupa, atau ia menghadapi suatu teks
yang harus dicopy, tetapi oleh karena teks itu
mengatakan bahwa Ruhul Kudus dapat mendengar dan
bicara, maka ia tidak berani menulis hal-hal yang ia
anggap tidak masuk akal? Selain pengamatan ini, tak ada
perbedaan lain, kecuali perbedaan gramatika yang tidak
merubah arti umum; yang sangat penting adalah bahwa
yang telah kita terangkan di sini mengenai arti kata
kerja: "mendengar" dan "bicara" terdapat dalam semua
manuskrip Injil Yahya, dan itulah yang terjadi.
Kata kerja "dengar," dalam bahasa Yunani akoua, yang
artinya merasakan suara. Dan bahasa Yunani akoua ini
kita dapatkan kata acoustic yang berarti ilmu suara.
Kata kerja "bicara" dalam bahasa Yunani laleo, yang
artinya mengeluarkan suara, khususnya bicara. Kata
kerja laleo ini, sering terdapat dalam teks Injil
Yunani untuk menunjukkan suatu pernyataan yang penting
yang dikatakan oleh Yesus dalam ceramah-ceramahnya.
Jadi nyata bahwa tugas Yesus untuk dakwah kepada
manusia tidak hanya terdiri dari wahyu yang dibawa oleh
Ruhul Kudus tetapi tugas dakwah itu mempunyai bentuk
material yang nyata, yaitu sebagai yang difahami dari
arti kata Yunani, yakni mengeluarkan suara.
Dua kata kerja Yunani akoua dan laleo adalah perbuatan
yang konkrit yang hanya dilakukan oleh makhluk yang
diberi alat untuk mendengar dan bicara. Memakai dua
kata kerja tersebut untuk Ruhul Kudus adalah tidak
mungkin.
Dengan begitu maka berdasarkan atas manuskrip Yunani,
teks paragraf Injil Yahya sama sekali tidak dapat
dimengerti, jika kita terima secara keseluruhan, yakni
dengan kata "Ruhul Kudus" dalam paragraf (14, 26) yang
berbunyi: "Paraklet, Ruhul Kudus yang akan dikirim oleh
Bapa, atas namaku" seterusnya, satu-satunya paragraf
dalam Injil Yahya yang mengidentikkan Paraklet dengan
Ruhul Kudus.
Akan tetapi jika kita hilangkan kata-kata Ruh Kudus (to
pneuma to agion) dari paragraf ini, seluruh teks Yahya
mempunyai arti yang sangat jelas. Sesungguhnya teks
Yahya tersebut juga sudah dikonkritkan oleh teks lain
daripada Yahya sendiri, yaitu teks surat Yahya yang
pertama, di mana Yahya memakai kata Paraklet untuk
menunjuk Yesus sebagai juru syafa'at di hadapan
Tuhan.21 Dan jika menurut Injil Yahya (16, 14;) "Aku
akan mendo'a kepada Bapa, Ia akan mengirim Paraklet
lain," ini berarti bahwa akan dikirim seorang Paraklet
(juru Syafa'at) seperti dia, selama berada di atas
bumi.
Kita mendapat kesimpulan menurut logika bahwa Paraklet
yang disebutkan oleh Yahya adalah seorang manusia
seperti Yesus, yang dianugerahi anggauta untuk
mendengar dan bicara yang diakui dalam teks Yunani
secara formal. Jadi, Yesus mengumumkan bahwa Tuhan
kemudian akan mengirim seorang manusia di atas bumi ini
untuk memainkan suatu peranan yang dijelaskan oleh
Yahya, yaitu dengan ringkas, peranan seorang nabi yang
mendengar suara Tuhan dan mengulangi risalahnya kepada
manusia. Ini adalah interpretasi logis dari teks Yahya,
jika kita memberi arti yang real kepada kata-kata.
Adanya kata Ruhul Kudus dalam teks yang kita miliki
sekarang mungkin ada hubungannya dengan
tambahan-tambahan baru yang disengaja untuk merubah
arti yang sesungguhnya dalam suatu paragraf yang
berkontradiksi dengan ajaran Gereja-gereja Kristen yang
ingin mengatakan bahwa Yesus itu adalah Nabi yang
terakhir, karena paragraf tersebut mengumumkan
kedatangan seorang Nabi sesudah Yesus.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
19 Sesungguhnya bukan setelah santapan, tetapi dalam santapan. 20 Ditulis pada abad 4 atau 5 dan ditemukan di gunung Sinai tahun 1812 oleh Agnes S. Lewis. Manuskrip ini dinamakan Palimpseste oleh karena teks pertama asli telah ditutup oleh teks lain di atasnya, setelah teks yang menutupi ini dihapus, maka teks pertama terlihat lagi. 21 Banyak terjemahan dan tafsir, khususnya yang lama, menterjemahkan kata Paraklet dengan juru penenang (comforter). Ini adalah kesalahan besar. Dalam Injil Indonesia Paraklet diterjemahkan menjadi: Penolong. (Rasjidi).
Yesus naik ke langit
Kontradiksi-kontradiksi berlangsung sampai berakhirnya
hikayat, oleh karena baik Yahya maupun Matius tidak
menyebutkan kenaikan Al Masih ke langit. Hanya Markus
dan Lukas yang membicarakannya
Bagi Markus (16, 19) Yesus "diangkat ke langit dan
duduk di kanan Tuhan." Waktunya pengangkatan itu dalam
hubungannya dengan kebangkitan tidak diterangkan, akan
tetapi perlu kita ingat bahwa akhir Injil Markus yang
mengandung kalimat-kalimat tersebut menurut R.P.
Rouguet tidak autentik, tetapi tambahan, walaupun
menurut Gereja kalimat-kalimat tersebut adalah Kanon.
Tinggal Lukas, satu-satunya pengarang Injil yang
menyebutkan hikayat Yesus naik ke langit (94, 51) dalam
satu teks yang tidak diperdebatkan, "Yesus berpisah
dari mereka, dan dinaikkan ke langit." Kejadian itu
diletakkan oleh Lukas pada akhir hikayat kebangkitan
Yesus dari kubur, dan penarnpakan dirinya kepada 11
sahabatnya. Perinci-perinci hikayat memberi kesan bahwa
kenaikan Yesus ke langit terjadi pada hari ia
dibangkitkan dari kubur.
Tetapi dalam Kisah Perbuatan Para Rasul, Lukas yang
dikira sebagai pengarangnya melukiskan (1, 2-3)
penampakan Yesus kepada para sahabat antara penyaliban
dan kenaikan ke langit sebagai berikut. "mereka itu
mempunyai bukti-bukti bahwa selama 40 hari Yesus
menampakkan diri kepada mereka dan berbicara dengan
mereka soal Kerajaan Tuhan." Paragraf dalam Kisah
Perbuatan Para Rasul adalah dasar untuk menentukan Hari
Besar Kristen, naiknya Al Masih ke langit, 40 hari
sesudah Paskah yang bersamaan dengan hari Kebangkitan
Yesus. Jadi hari Kenaikan Al Masih ditentukan dengan
menentang Injil Lukas. Tak ada teks Bibel lain yang
membenarkan penentuan hari tersebut.
Seorang Kristen akan merasa gelisah jika ia mengetahui
keadaan seperti tersebut, oleh karena kontradiksi yang
nyata. Terjemahan Ekumenik daripada Bibel, Perjanjian
Baru, mengakui fakta-fakta tersebut akan tetapi tidak
membicarakan kontradiksi, malahan merasa puas dengan
mengatakan bahwa 40 hari sangat berguna bagi Yesus
untuk menunaikan tugasnya.
Para ahli tafsir yang ingin menerangkan atau
menyesuaikan hal-hal yang tak dapat disesuaikan,
memberikan tafsiran-tafsiran yang aneh.
Ringkasan 4 Injil yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh
Sekolah Bibel di Yerusalem memuat penjelasan yang lucu
(jilid II halaman 451). Dalam buku tersebut, kata-kata
kenaikan (ascension) dikritik: "Sesungguhnya tak ada
kenaikan dalam artikata fisik oleh karena Tuhan itu tak
ada di atas dan tak ada di bawah." Kita tak dapat
menangkap arti kritik ini, sebab Lukas tak dapat
menerangkan hal tersebut dengan cara lain.
Di lain fihak, pengarang komentar tersebut merasakan
adanya "tipuan bahasa" dalam kalimat "Dalam Kisah
Perbuatan Rasul-rasul, diterangkan bahwa kenaikan Al
Masih terjadi 40 hari sesudah dibangkitkan dari kubur."
"Tipuan bahasa," dimaksudkan untuk menekankan bahwa
periode penampakan diri Yesus di bumi sudah selesai."
Tetapi pengarang komentar tersebut menambahkan dalam
Injil Lukas "kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu
malam Paskah, dan oleh karena pengarang Injil Lukas
tidak menyebutkan perbedaan waktu antara
kejadian-kejadian yang diriwayatkan, setelah kubur
diketemukan kosong, pagi hari kebangkitan," "bukankah
ini juga merupakan tipuan bahasa untuk memberikan waktu
luang antara beberapa penampakan Yesus?"
Rasa kesal yang timbul daripada interpretasi seperti
ini nampak jelas dalam karangan R.P. Rouguet yang
membedakan dua macam kenaikan ke langit. "Kenaikan
Yesus ke langit, dilihat dari pandangan Yesus, terjadi
pada waktu yang sama dengan kebangkitannya dari kubur,
akan tetapi dilihat dari pandangan para murid-muridnya,
hal tersebut hanya terjadi setelah Yesus tidak lagi
menampakkan diri kepada mereka, agar Ruhul Kudus dapat
diutus kepada mereka dan agar zaman Gereja dapat
mulai."
Bagi pembaca yang kurang dapat merasakan kerumitan
pembahasan teologi dalam argumentasi di atas, atau
tidak punya dasar pengetahuan tentang Bibel, pengarang
menyampaikan peringatan umum terhadap permainan bahasa
yang bersifat apologetik.
"Di sini, sebagaimana dalam kasus-kasus serupa,
persoalan tidak akan dapat dipecahkan kecuali jika
orang memahami secara harafiah dan material segala yang
tersebut dalam Injil, dengan melupakan arti
keagamaannya. Kita tidak menafsirkan fakta-fakta dengan
simbol-simbol yang tidak konsisten, tetapi kita mencari
maksud teologi daripada mereka yang mengungkapkan
rahasia kepada kita dalam meriwayatkan fakta-fakta,
dalam alamat-alamat yang sesuai dengan sifat jiwa yang
condong kepada godaan-godaan badaniyah.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
hikayat, oleh karena baik Yahya maupun Matius tidak
menyebutkan kenaikan Al Masih ke langit. Hanya Markus
dan Lukas yang membicarakannya
Bagi Markus (16, 19) Yesus "diangkat ke langit dan
duduk di kanan Tuhan." Waktunya pengangkatan itu dalam
hubungannya dengan kebangkitan tidak diterangkan, akan
tetapi perlu kita ingat bahwa akhir Injil Markus yang
mengandung kalimat-kalimat tersebut menurut R.P.
Rouguet tidak autentik, tetapi tambahan, walaupun
menurut Gereja kalimat-kalimat tersebut adalah Kanon.
Tinggal Lukas, satu-satunya pengarang Injil yang
menyebutkan hikayat Yesus naik ke langit (94, 51) dalam
satu teks yang tidak diperdebatkan, "Yesus berpisah
dari mereka, dan dinaikkan ke langit." Kejadian itu
diletakkan oleh Lukas pada akhir hikayat kebangkitan
Yesus dari kubur, dan penarnpakan dirinya kepada 11
sahabatnya. Perinci-perinci hikayat memberi kesan bahwa
kenaikan Yesus ke langit terjadi pada hari ia
dibangkitkan dari kubur.
Tetapi dalam Kisah Perbuatan Para Rasul, Lukas yang
dikira sebagai pengarangnya melukiskan (1, 2-3)
penampakan Yesus kepada para sahabat antara penyaliban
dan kenaikan ke langit sebagai berikut. "mereka itu
mempunyai bukti-bukti bahwa selama 40 hari Yesus
menampakkan diri kepada mereka dan berbicara dengan
mereka soal Kerajaan Tuhan." Paragraf dalam Kisah
Perbuatan Para Rasul adalah dasar untuk menentukan Hari
Besar Kristen, naiknya Al Masih ke langit, 40 hari
sesudah Paskah yang bersamaan dengan hari Kebangkitan
Yesus. Jadi hari Kenaikan Al Masih ditentukan dengan
menentang Injil Lukas. Tak ada teks Bibel lain yang
membenarkan penentuan hari tersebut.
Seorang Kristen akan merasa gelisah jika ia mengetahui
keadaan seperti tersebut, oleh karena kontradiksi yang
nyata. Terjemahan Ekumenik daripada Bibel, Perjanjian
Baru, mengakui fakta-fakta tersebut akan tetapi tidak
membicarakan kontradiksi, malahan merasa puas dengan
mengatakan bahwa 40 hari sangat berguna bagi Yesus
untuk menunaikan tugasnya.
Para ahli tafsir yang ingin menerangkan atau
menyesuaikan hal-hal yang tak dapat disesuaikan,
memberikan tafsiran-tafsiran yang aneh.
Ringkasan 4 Injil yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh
Sekolah Bibel di Yerusalem memuat penjelasan yang lucu
(jilid II halaman 451). Dalam buku tersebut, kata-kata
kenaikan (ascension) dikritik: "Sesungguhnya tak ada
kenaikan dalam artikata fisik oleh karena Tuhan itu tak
ada di atas dan tak ada di bawah." Kita tak dapat
menangkap arti kritik ini, sebab Lukas tak dapat
menerangkan hal tersebut dengan cara lain.
Di lain fihak, pengarang komentar tersebut merasakan
adanya "tipuan bahasa" dalam kalimat "Dalam Kisah
Perbuatan Rasul-rasul, diterangkan bahwa kenaikan Al
Masih terjadi 40 hari sesudah dibangkitkan dari kubur."
"Tipuan bahasa," dimaksudkan untuk menekankan bahwa
periode penampakan diri Yesus di bumi sudah selesai."
Tetapi pengarang komentar tersebut menambahkan dalam
Injil Lukas "kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu
malam Paskah, dan oleh karena pengarang Injil Lukas
tidak menyebutkan perbedaan waktu antara
kejadian-kejadian yang diriwayatkan, setelah kubur
diketemukan kosong, pagi hari kebangkitan," "bukankah
ini juga merupakan tipuan bahasa untuk memberikan waktu
luang antara beberapa penampakan Yesus?"
Rasa kesal yang timbul daripada interpretasi seperti
ini nampak jelas dalam karangan R.P. Rouguet yang
membedakan dua macam kenaikan ke langit. "Kenaikan
Yesus ke langit, dilihat dari pandangan Yesus, terjadi
pada waktu yang sama dengan kebangkitannya dari kubur,
akan tetapi dilihat dari pandangan para murid-muridnya,
hal tersebut hanya terjadi setelah Yesus tidak lagi
menampakkan diri kepada mereka, agar Ruhul Kudus dapat
diutus kepada mereka dan agar zaman Gereja dapat
mulai."
Bagi pembaca yang kurang dapat merasakan kerumitan
pembahasan teologi dalam argumentasi di atas, atau
tidak punya dasar pengetahuan tentang Bibel, pengarang
menyampaikan peringatan umum terhadap permainan bahasa
yang bersifat apologetik.
"Di sini, sebagaimana dalam kasus-kasus serupa,
persoalan tidak akan dapat dipecahkan kecuali jika
orang memahami secara harafiah dan material segala yang
tersebut dalam Injil, dengan melupakan arti
keagamaannya. Kita tidak menafsirkan fakta-fakta dengan
simbol-simbol yang tidak konsisten, tetapi kita mencari
maksud teologi daripada mereka yang mengungkapkan
rahasia kepada kita dalam meriwayatkan fakta-fakta,
dalam alamat-alamat yang sesuai dengan sifat jiwa yang
condong kepada godaan-godaan badaniyah.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Yesus bangkit dari kubur
YESUS YANG DIBANGKITKAN DARI KUBUR MENAMPAKKAN DIRI
Suatu contoh besar daripada khayalan telah kita
sebutkan mengenai Injil Matius dengan hikayatnya
tentang fenomena-fenomena aneh yang membarengi kematian
Yesus. Kejadian-kejadian yang terjadi sesudah
kebangkitan Yesus dari kubur memberi bahan kepada
hikayat-hikayat yang berkontradiksi dan aneh yang
tersebut dalam empat Injil.
R.P. Rouguet dalam bukunya "Pengantar kepada Injil"
halaman 182 memberikan contoh tentang hal-hal yang
campur baur, tidak urut dan kontradiksi yang terdapat
dalam Injil
"Daftar nama wanita-wanita yang datang ke kubur tidak
sama dalam ketiga Injil Sinoptik. Dalam Injil Yahya,
hanya disebutkan seorang wanita bernama Maria
Magdalena. Tetapi ia bicara memakai kata 'kami' seperti
ia mempunyai teman, "kami tidak tahu dimana mereka
menaruhnya (jenazah Yesus)." Dalam Injil Matius,
malaikat berkata kepada para wanita bahwa mereka akan
melihat Yesus di Galile. Dan, sekejap mata sesudah itu
Yesus datang menemui mereka dekat kubur. Lukas
merasakan kesulitan, kemudian mengatur sumbernya
sedikit. Malaikat berkata, "Kamu ingat Yesus telah
bicara kepadamu waktu ia masih berada di Galile." Dan
Lukas hanya menyebutkan bahwa Yesus menampakkan diri
hanya tiga kali. Yahya mengatakan antara penampakan
pertama dan kedua ada perbedaan 8 hari, yaitu di suatu
kamar makan di Yerusalem. Penampakan yang ketiga kali
terjadi dekat danau, jadi di Galile. Matius hanya
menyebutkan penampakan sekali, yakni di Galile. R.P.
Rouguet tidak membicarakan bagian terakhir daripada
Injil Markus, yaitu bagian yang menyebutkan
penampakan-penampakan Yesus, oleh karena ahli tafsir
Injil tersebut berpendapat "tidak ada keragu-raguan
bahwa bagian tersebut tidak ditulis oleh Yahya tetapi
oleh tangan lain."
Kejadian-kejadian tersebut adalah berkontradiksi dengan
hikayat penampakan-penampakan Yesus yang dimuat dalam
surat pertama Paulus kepada orang-orang Korintus (15,
5-7) yaitu penampakan kepada 500 orang sekaligus,
kepada Jack, kepada para rasul dan kepada Paulus
sendiri.
Kita heran karena R.P. Rouguet dalam buku itu juga
mengecam: "Khayalan yang aneh dan kekanak-kanakan dalam
Injil-Injil apokrif mengenai kebangkitan Yesus."
Bukankah kata-kata tersebut lebih cocok jika
dilontarkan kepada Matius dan Paulus, yang sangat
kontradiksi dengan pengarang-pengarang Injil iainnya
mengenai penampakan diri Yesus yang sudah-dibangkitkan
dan kubur.
Selain itu ada lagi kontradiksi antara "Perbuatan para
rasul" karangan Lukas mengenai penampakan diri Yesus
kepada Paulus, dan apa yang diceritakan oleh Paulus
sendiri secara singkat. Hal ini telah mendorong R.P.
Kannengiesser, untuk menulis dalam bukunya: Foi en la
Resurrection, Resurrection de la foi, 1974 (Iman Kepada
Kebangkitan Yesus, Kebangkitan Iman) sebagai berikut:
"Paul, satu-satunya saksi mata tentang kebangkitan
Yesus dari kubur, yang suaranya telah sampai kepada
kita langsung melalui tulisan-tulisannya, tidak pernah
membicarakan tentang pertemuan pribadi dengan Yesus,
kecuali tentang tiga isyarat yang terpisah-pisah. Lebih
baik ia tidak menyebutkannya."
Kontradiksi antara Paulus, satu-satunya saksi mata,
tetapi yang dicurigai di satu pihak dan Injil-Injil di
lain pihak, adalah jelas. O. Culmann dalam bukunya:
"'Perjanjian Baru" perhatian kita kepada kontradiksi
antara Lukas dan Matius. Lukas mengatakan bahwa Yesus
menampakkan diri di Yudea, Matius mengatakan hal
itu-terjadi di Gilile. Mengenai kontradiksi antara
Lukas dan Yahya, kita harus ingat bahwa hikayat yang
ditulis oleh Yahya (21, 1-14) mengenai Yesus yang sudah
bangkit dari kubur menampakkan diri di pinggir danau
Tabaria kepada nelayan-nelayan, dan kemudian para
nelayan itu mendapatkan ikan begitu banyak sehingga
mereka tak dapat membawanya, hikayat tersebut adalah
ulangan daripada hikayat mencari ikan yang ajaib di
tempat yang sama, tetapi waktu Yesus masih hidup; dan
hikayat itu ditulis oleh Lukas (5, 1-11).
Mengenai penampakan diri Yesus, R.P. Rouguet, dalam
bukunya, meyakinkan kita, bahwa "terputus-putusnya
kaitan, tidak adanya keseragaman dan tidak teraturnya
hikayat-hikayat itu, memberikan kepercayaan kepadanya.
Oleh karena fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa para
pengarang Injil tidak bekerja sama; kalau tidak begitu
tentu mereka dapat menyesuaikan riwayat masing-masing.
Pemikiran semacam itu adalah aneh. Sesungguhnya semua
penulis Injil itu dapat meriwayatkan secara jujur
sepenuhnya segala tradisi yang sudah dijadikan roman
oleh masyarakatnya secara tidak sadar; mengapa tidak
terdorong untuk membuat hipotesa ini sesudah berhadapan
dengan kontradiksi dan kekeliruan yang begitu banyak
dalam mengkaitkan kejadian-kejadian.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Suatu contoh besar daripada khayalan telah kita
sebutkan mengenai Injil Matius dengan hikayatnya
tentang fenomena-fenomena aneh yang membarengi kematian
Yesus. Kejadian-kejadian yang terjadi sesudah
kebangkitan Yesus dari kubur memberi bahan kepada
hikayat-hikayat yang berkontradiksi dan aneh yang
tersebut dalam empat Injil.
R.P. Rouguet dalam bukunya "Pengantar kepada Injil"
halaman 182 memberikan contoh tentang hal-hal yang
campur baur, tidak urut dan kontradiksi yang terdapat
dalam Injil
"Daftar nama wanita-wanita yang datang ke kubur tidak
sama dalam ketiga Injil Sinoptik. Dalam Injil Yahya,
hanya disebutkan seorang wanita bernama Maria
Magdalena. Tetapi ia bicara memakai kata 'kami' seperti
ia mempunyai teman, "kami tidak tahu dimana mereka
menaruhnya (jenazah Yesus)." Dalam Injil Matius,
malaikat berkata kepada para wanita bahwa mereka akan
melihat Yesus di Galile. Dan, sekejap mata sesudah itu
Yesus datang menemui mereka dekat kubur. Lukas
merasakan kesulitan, kemudian mengatur sumbernya
sedikit. Malaikat berkata, "Kamu ingat Yesus telah
bicara kepadamu waktu ia masih berada di Galile." Dan
Lukas hanya menyebutkan bahwa Yesus menampakkan diri
hanya tiga kali. Yahya mengatakan antara penampakan
pertama dan kedua ada perbedaan 8 hari, yaitu di suatu
kamar makan di Yerusalem. Penampakan yang ketiga kali
terjadi dekat danau, jadi di Galile. Matius hanya
menyebutkan penampakan sekali, yakni di Galile. R.P.
Rouguet tidak membicarakan bagian terakhir daripada
Injil Markus, yaitu bagian yang menyebutkan
penampakan-penampakan Yesus, oleh karena ahli tafsir
Injil tersebut berpendapat "tidak ada keragu-raguan
bahwa bagian tersebut tidak ditulis oleh Yahya tetapi
oleh tangan lain."
Kejadian-kejadian tersebut adalah berkontradiksi dengan
hikayat penampakan-penampakan Yesus yang dimuat dalam
surat pertama Paulus kepada orang-orang Korintus (15,
5-7) yaitu penampakan kepada 500 orang sekaligus,
kepada Jack, kepada para rasul dan kepada Paulus
sendiri.
Kita heran karena R.P. Rouguet dalam buku itu juga
mengecam: "Khayalan yang aneh dan kekanak-kanakan dalam
Injil-Injil apokrif mengenai kebangkitan Yesus."
Bukankah kata-kata tersebut lebih cocok jika
dilontarkan kepada Matius dan Paulus, yang sangat
kontradiksi dengan pengarang-pengarang Injil iainnya
mengenai penampakan diri Yesus yang sudah-dibangkitkan
dan kubur.
Selain itu ada lagi kontradiksi antara "Perbuatan para
rasul" karangan Lukas mengenai penampakan diri Yesus
kepada Paulus, dan apa yang diceritakan oleh Paulus
sendiri secara singkat. Hal ini telah mendorong R.P.
Kannengiesser, untuk menulis dalam bukunya: Foi en la
Resurrection, Resurrection de la foi, 1974 (Iman Kepada
Kebangkitan Yesus, Kebangkitan Iman) sebagai berikut:
"Paul, satu-satunya saksi mata tentang kebangkitan
Yesus dari kubur, yang suaranya telah sampai kepada
kita langsung melalui tulisan-tulisannya, tidak pernah
membicarakan tentang pertemuan pribadi dengan Yesus,
kecuali tentang tiga isyarat yang terpisah-pisah. Lebih
baik ia tidak menyebutkannya."
Kontradiksi antara Paulus, satu-satunya saksi mata,
tetapi yang dicurigai di satu pihak dan Injil-Injil di
lain pihak, adalah jelas. O. Culmann dalam bukunya:
"'Perjanjian Baru" perhatian kita kepada kontradiksi
antara Lukas dan Matius. Lukas mengatakan bahwa Yesus
menampakkan diri di Yudea, Matius mengatakan hal
itu-terjadi di Gilile. Mengenai kontradiksi antara
Lukas dan Yahya, kita harus ingat bahwa hikayat yang
ditulis oleh Yahya (21, 1-14) mengenai Yesus yang sudah
bangkit dari kubur menampakkan diri di pinggir danau
Tabaria kepada nelayan-nelayan, dan kemudian para
nelayan itu mendapatkan ikan begitu banyak sehingga
mereka tak dapat membawanya, hikayat tersebut adalah
ulangan daripada hikayat mencari ikan yang ajaib di
tempat yang sama, tetapi waktu Yesus masih hidup; dan
hikayat itu ditulis oleh Lukas (5, 1-11).
Mengenai penampakan diri Yesus, R.P. Rouguet, dalam
bukunya, meyakinkan kita, bahwa "terputus-putusnya
kaitan, tidak adanya keseragaman dan tidak teraturnya
hikayat-hikayat itu, memberikan kepercayaan kepadanya.
Oleh karena fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa para
pengarang Injil tidak bekerja sama; kalau tidak begitu
tentu mereka dapat menyesuaikan riwayat masing-masing.
Pemikiran semacam itu adalah aneh. Sesungguhnya semua
penulis Injil itu dapat meriwayatkan secara jujur
sepenuhnya segala tradisi yang sudah dijadikan roman
oleh masyarakatnya secara tidak sadar; mengapa tidak
terdorong untuk membuat hipotesa ini sesudah berhadapan
dengan kontradiksi dan kekeliruan yang begitu banyak
dalam mengkaitkan kejadian-kejadian.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Lembaga Ekaristi
DALAM INJIL YAHYA, LEMBAGA EKARISTI TAK DISEBUT-SEBUT
Suatu hal yang menarik perhatian orang yang membaca
"Sengsara Tuhan Yesus" dalam Injil Yahya, adalah bahwa
Yahya tidak menyebutkan lembaga Ekaristi selama
santapan Yesus yang terakhir dengan murid-muridnya.
Tiap-tiap orang Kristen tentu pernah melihat gambar
"Kana," di mana terlihat Yesus duduk ditengah-tengah
para rasul untuk kali yang terakhir. Banyak
pelukis-pelukis besar yang menggambarkan pertemuan
Yesus yang terakhir dengan seorang kerabatnya yang
bernama Yahya; Yahya inilah yang sering dianggap
sebagai penulis Injil Yahya.
Mungkin ini sangat mengherankan orang banyak; rasul
(sahabat) Yahya tidak dianggap sebagai pengarang Injil
Yahya oleh para ahli penyelidik, dan Injil Yahya juga
tidak menyebutkan kelembagaan Ekaristi. Padahal do'a
yang menjelmakan roti dan anggur menjadi badan dan
darah Yesus adalah suatu do'a yang pokok dalam agama
Kristen. Ketiga pengarang Injil lainnya menyebutkan hal
ini, walaupun dengan cara yang berlain-lainan, sebagai
yang telah kita sebutkan di atas. Yahya sama sekali
tidak menyebutkannya. Keempat Injil mempunyai titik
persamaan hanya dalam dua hal: ramalan bahwa Petrus
akan mengingkari (mengatakan tidak kenal) Yesus, dan
pengkhianatan salah satu sahabat kepadanya (dalam Injil
Matius dan Injil Yahya, sahabat tersebut bernama Yuda).
Hanya riwayat Yahya menceritakan bahwa Yesus membasuh
kaki pengikut-pengikutnya sebelum bersantap.
Bagaimana kita menerangkan mengapa Injil Yahya tidak
menyebutkan Ekaristi. Jika kita berfikir secara
obyektif, dengan anggapan bahwa riwayat ketiga Injil
yang pertama itu benar, kita akan membuat hipotesa
bahwa bagian yang menceritakan hikayat yang sama
daripada Injil Yahya telah hilang. Tetapi para ahli
tafsir Kristen berfikir lebih jauh lagi.
Dalam bukunya Kamus Kecil tentang Bibel, A. Tricot
menulis artikel: "Kana adalah santapan terakhir yang
dilakukan oleh Yesus bersama dengan 12 sahabatnya.
Dalam santapan itu Yesus melembagakan Ekaristi. Kita
memiliki hikayatnya dalam ketiga Injil Sinoptik. Dan
Injil keempat (Yahya) memberi perincian tambahan."
Mengenai Ekaristi, pengarang tersebut menulis:
"Pelembagaan Ekaristi diterangkan secara singkat dalam
tiga Injil pertama. Ekaristi itu dalam kateketik
apostolik (yang diberikan oleh Gereja Katolik)
merupakan satu hal yang sangat penting. Yahya telah
memberi tarnbahan, yang diperlukan kepada
riwayat-riwayat singkat daripada ketiga Injil pertama,
dengan meriwayatkan khotbah Yesus tentang roti
kehidupan (Yahya 6, 32-58). Dengan begitu maka A.
Tricot mengatakan bahwa Yahya tidak menyebutkan
pelembagaan Ekaristi oleh Yesus. Pengarang tersebut
berbicara tentang "perincian tambahan" tetapi yang
dimaksudkan bukan perincian tambahan lembaga Ekaristi;
yang dimaksudkannya adalah upacara membasuh kaki para
sahabat. Adapun "roti kehidupan" yang dibicarakan oleh
A. Tricot adalah peristiwa yang terjadi di luar
Ekaristi; tepatnya, adalah hikayat yang diucapkan oleh
Yesus mengenai pemberian sehari-hari yang diberikan
oleh Tuhan berupa manna kepada Bani Israil ketika
mereka keluar dari Mesir, menuju ke sahara di bawah
pimpinan Musa. Peringatan tersebut hanya diriwayatkan
oleh Yahya. Dalam paragraf sesudah itu, Yahya dalam
Injilnya menyebutkan Ekaristi yang dilakukan oleh
Yesus, sebagai suatu penyimpangan hikayat karena
terdapatnya kata-kata "roti." Akan tetapi penulis Injil
yang lain tidak membicarakan hikayat ini.
Dengan begitu kita merasa heran mengapa Yahya tidak
membicarakan hal-hal yang dibicarakan oleh pengarang
ketiga Injil Sinoptik, dan mengapa ketiga pengarang
Injil Sinoptik (Matius Markus dan Lukas) tidak
menyebutkan hal-hal yang disebutkan oleh Yahya.
Para penulis Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel,
Perjanjian Baru, mengakui kekurangan yang besar ini
dalam Injil Yahya, tetapi mereka memberi penjelasan
tentang tidak disebutkannya lembaga Ekaristi sebagai
berikut: "Secara umum Yahya tidak menaruh perhatian
kepada tradisi dan kelembagaan Israil kuno, dan
barangkali inilah yang membelokkannya daripada usaha
untuk menunjukkan berakarnya Ekaristi dalam liturgi
perayaan Paskah." Tetapi bagaimana kita percaya bahwa
kekurangan perhatian terhadap liturgi paskah Yahudi
menyebabkan Yahya tidak membicarakan pelembagaan suatu
perbuatan pokok dalam liturgi agama baru (Nasrani).
Persoalan ini telah membingungkan para ahli tafsir,
sehingga para ahli teologi mencoba mencari benih atau
persamaan daripada Ekaristi dalam sejarah kehidupan
Yesus yang diceritakan oleh Yahya.
O. Culmann dalam bukunya "Peryanjian Baru" menulis:
"Mu'jizat Kana dan berlipat gandanya roti mendahului
dan menjadi dasar sakramen Kana (Ekaristi)." Kita ingat
bahwa di Cana, Yesus yang menghadiri satu walimah
perkawinan merubah air menjadi anggur (Yahya 2, 1-12).
Adapun berlipat-gandanya roti (Yahya 6, 1-13) adalah
untuk memberi makan 5000 orang dengan hanya 5 roti yang
berlipat ganda. Oleh karena itu, dalam meriwayatkan
kejadian-kejadian tersebut, Yahya tidak memberikan
sesuatu komentar. Pendekatan antara hikayat ini dengan
Ekaristi hanya imajinasi O. Culmann. Kita tidak dapat
mengerti hubungan yang ia katakan dan kita merasa
bingung membaca uraian pengarang, bahwa sembuhnya orang
lumpuh dan orang yang buta dari kecil "memaklumkan
pembaptisan" atau "air dan darah yang keluar dari Yesus
setelah ia mati bersatu dalam satu kejadian" merupakan
isyarat kepada pembaptisan atau Ekaristi.
Suatu pendekatan lain daripada O. Culmann terhadap
Ekaristi disebutkan oleh R.P. Rouguet dalam bukunya
"Pengantar kepada Injil" sebagai berikut:
"Beberapa ahli teologi Bibel seperti Oscar Culmann
melihat dalam hikayat pembasuhan kaki murid Yesus
sebelum Eucharisti sebagai suatu hal yang sama dengan
Ekaristi secara simbolis."
Orang merasa bahwa cara-cara yang dilakukan oleh ahli
tafsir Injil untuk merasa puas dengan kekurangan yang
menggelisahkan yang terdapat dalam Injil Yahya, adalah
cara-cara yang tidak wajar.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Suatu hal yang menarik perhatian orang yang membaca
"Sengsara Tuhan Yesus" dalam Injil Yahya, adalah bahwa
Yahya tidak menyebutkan lembaga Ekaristi selama
santapan Yesus yang terakhir dengan murid-muridnya.
Tiap-tiap orang Kristen tentu pernah melihat gambar
"Kana," di mana terlihat Yesus duduk ditengah-tengah
para rasul untuk kali yang terakhir. Banyak
pelukis-pelukis besar yang menggambarkan pertemuan
Yesus yang terakhir dengan seorang kerabatnya yang
bernama Yahya; Yahya inilah yang sering dianggap
sebagai penulis Injil Yahya.
Mungkin ini sangat mengherankan orang banyak; rasul
(sahabat) Yahya tidak dianggap sebagai pengarang Injil
Yahya oleh para ahli penyelidik, dan Injil Yahya juga
tidak menyebutkan kelembagaan Ekaristi. Padahal do'a
yang menjelmakan roti dan anggur menjadi badan dan
darah Yesus adalah suatu do'a yang pokok dalam agama
Kristen. Ketiga pengarang Injil lainnya menyebutkan hal
ini, walaupun dengan cara yang berlain-lainan, sebagai
yang telah kita sebutkan di atas. Yahya sama sekali
tidak menyebutkannya. Keempat Injil mempunyai titik
persamaan hanya dalam dua hal: ramalan bahwa Petrus
akan mengingkari (mengatakan tidak kenal) Yesus, dan
pengkhianatan salah satu sahabat kepadanya (dalam Injil
Matius dan Injil Yahya, sahabat tersebut bernama Yuda).
Hanya riwayat Yahya menceritakan bahwa Yesus membasuh
kaki pengikut-pengikutnya sebelum bersantap.
Bagaimana kita menerangkan mengapa Injil Yahya tidak
menyebutkan Ekaristi. Jika kita berfikir secara
obyektif, dengan anggapan bahwa riwayat ketiga Injil
yang pertama itu benar, kita akan membuat hipotesa
bahwa bagian yang menceritakan hikayat yang sama
daripada Injil Yahya telah hilang. Tetapi para ahli
tafsir Kristen berfikir lebih jauh lagi.
Dalam bukunya Kamus Kecil tentang Bibel, A. Tricot
menulis artikel: "Kana adalah santapan terakhir yang
dilakukan oleh Yesus bersama dengan 12 sahabatnya.
Dalam santapan itu Yesus melembagakan Ekaristi. Kita
memiliki hikayatnya dalam ketiga Injil Sinoptik. Dan
Injil keempat (Yahya) memberi perincian tambahan."
Mengenai Ekaristi, pengarang tersebut menulis:
"Pelembagaan Ekaristi diterangkan secara singkat dalam
tiga Injil pertama. Ekaristi itu dalam kateketik
apostolik (yang diberikan oleh Gereja Katolik)
merupakan satu hal yang sangat penting. Yahya telah
memberi tarnbahan, yang diperlukan kepada
riwayat-riwayat singkat daripada ketiga Injil pertama,
dengan meriwayatkan khotbah Yesus tentang roti
kehidupan (Yahya 6, 32-58). Dengan begitu maka A.
Tricot mengatakan bahwa Yahya tidak menyebutkan
pelembagaan Ekaristi oleh Yesus. Pengarang tersebut
berbicara tentang "perincian tambahan" tetapi yang
dimaksudkan bukan perincian tambahan lembaga Ekaristi;
yang dimaksudkannya adalah upacara membasuh kaki para
sahabat. Adapun "roti kehidupan" yang dibicarakan oleh
A. Tricot adalah peristiwa yang terjadi di luar
Ekaristi; tepatnya, adalah hikayat yang diucapkan oleh
Yesus mengenai pemberian sehari-hari yang diberikan
oleh Tuhan berupa manna kepada Bani Israil ketika
mereka keluar dari Mesir, menuju ke sahara di bawah
pimpinan Musa. Peringatan tersebut hanya diriwayatkan
oleh Yahya. Dalam paragraf sesudah itu, Yahya dalam
Injilnya menyebutkan Ekaristi yang dilakukan oleh
Yesus, sebagai suatu penyimpangan hikayat karena
terdapatnya kata-kata "roti." Akan tetapi penulis Injil
yang lain tidak membicarakan hikayat ini.
Dengan begitu kita merasa heran mengapa Yahya tidak
membicarakan hal-hal yang dibicarakan oleh pengarang
ketiga Injil Sinoptik, dan mengapa ketiga pengarang
Injil Sinoptik (Matius Markus dan Lukas) tidak
menyebutkan hal-hal yang disebutkan oleh Yahya.
Para penulis Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel,
Perjanjian Baru, mengakui kekurangan yang besar ini
dalam Injil Yahya, tetapi mereka memberi penjelasan
tentang tidak disebutkannya lembaga Ekaristi sebagai
berikut: "Secara umum Yahya tidak menaruh perhatian
kepada tradisi dan kelembagaan Israil kuno, dan
barangkali inilah yang membelokkannya daripada usaha
untuk menunjukkan berakarnya Ekaristi dalam liturgi
perayaan Paskah." Tetapi bagaimana kita percaya bahwa
kekurangan perhatian terhadap liturgi paskah Yahudi
menyebabkan Yahya tidak membicarakan pelembagaan suatu
perbuatan pokok dalam liturgi agama baru (Nasrani).
Persoalan ini telah membingungkan para ahli tafsir,
sehingga para ahli teologi mencoba mencari benih atau
persamaan daripada Ekaristi dalam sejarah kehidupan
Yesus yang diceritakan oleh Yahya.
O. Culmann dalam bukunya "Peryanjian Baru" menulis:
"Mu'jizat Kana dan berlipat gandanya roti mendahului
dan menjadi dasar sakramen Kana (Ekaristi)." Kita ingat
bahwa di Cana, Yesus yang menghadiri satu walimah
perkawinan merubah air menjadi anggur (Yahya 2, 1-12).
Adapun berlipat-gandanya roti (Yahya 6, 1-13) adalah
untuk memberi makan 5000 orang dengan hanya 5 roti yang
berlipat ganda. Oleh karena itu, dalam meriwayatkan
kejadian-kejadian tersebut, Yahya tidak memberikan
sesuatu komentar. Pendekatan antara hikayat ini dengan
Ekaristi hanya imajinasi O. Culmann. Kita tidak dapat
mengerti hubungan yang ia katakan dan kita merasa
bingung membaca uraian pengarang, bahwa sembuhnya orang
lumpuh dan orang yang buta dari kecil "memaklumkan
pembaptisan" atau "air dan darah yang keluar dari Yesus
setelah ia mati bersatu dalam satu kejadian" merupakan
isyarat kepada pembaptisan atau Ekaristi.
Suatu pendekatan lain daripada O. Culmann terhadap
Ekaristi disebutkan oleh R.P. Rouguet dalam bukunya
"Pengantar kepada Injil" sebagai berikut:
"Beberapa ahli teologi Bibel seperti Oscar Culmann
melihat dalam hikayat pembasuhan kaki murid Yesus
sebelum Eucharisti sebagai suatu hal yang sama dengan
Ekaristi secara simbolis."
Orang merasa bahwa cara-cara yang dilakukan oleh ahli
tafsir Injil untuk merasa puas dengan kekurangan yang
menggelisahkan yang terdapat dalam Injil Yahya, adalah
cara-cara yang tidak wajar.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Riwayat Penyaliban Yesus
R.P. Rouguet mengatakan bahwa hari Paskah dalam
hubungannya dengan santapan terakhir bersama dengan
para rasul (sahabat Yesus) telah diriwayatkan oleh
injil Yahya berbeda dengan riwayat Injil Sinoptik yang
tiga. Yahya mengatakan bahwa santapan terakhir itu
sebelum perayaan hari Paskah, sedangkan ketiga Injil
lainnya mengatakan bahwa santapan itu terjadi dalam
perayaan Paskah. Perbedaan riwayat ini menonjolkan
kekeliruan yang terang; hikayat santapan terakhir
menjadi tak dapat digambarkan karena kedudukan Paskah
ditentukan dan didasarkan atas santapan terakhir
tersebut. Jika kita ingat pentingnya Paskah dalam
liturgi Yahudi, dan pentingnya santapan terakhir,
santapan pamitan antara Yesus dengan muridnya,
bagaimana kita dapat menggambarkan bahwa peringatan
peristiwa yang penting itu dapat dihilangkan dari
perayaan yang satu kepada perayaan yang lain dalam
tradisi yang disebutkan kemudian oleh para pengarang
Injil.
Secara umum, riwayat penyaliban diriwayatkan oleh
ketiga Injil Sinoptik secara berbeda daripada riwayat
Injil Yahya. Riwayat santapan Yesus yang terakhir dan
riwayat penyaliban dalam Injil Yahya adalah dua kali
lebih panjang daripada riwayat dalam Injil Markus dan
Injil Lukas, dan satu setengah kali lebih panjang
daripada riwayat Injil Matius. Dengan begitu Yahya
meriwayatkan khutbah panjang yang diberikan oleh Yesus
kepada murid-muridnya sepanjang 4 fasal (14-17) dalam
Injil Yahya. Dalam percakapan yang sangat penting itu,
Yesus mengatakan kepada murid-muridnya bahwa ia akan
meninggalkan tuntunan-tuntunannya yang terakhir dan
memberikan kepada mereka wasiat spiritual. Dalam
Injil-Injil lain tak ada yang menyebutkan hal tersebut.
Sebaliknya Matius, Lukas dan Markus meriwayatkan do'a
Yesus di taman Gethsemani; Yahya tidak membicarakan hal
ini.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
hubungannya dengan santapan terakhir bersama dengan
para rasul (sahabat Yesus) telah diriwayatkan oleh
injil Yahya berbeda dengan riwayat Injil Sinoptik yang
tiga. Yahya mengatakan bahwa santapan terakhir itu
sebelum perayaan hari Paskah, sedangkan ketiga Injil
lainnya mengatakan bahwa santapan itu terjadi dalam
perayaan Paskah. Perbedaan riwayat ini menonjolkan
kekeliruan yang terang; hikayat santapan terakhir
menjadi tak dapat digambarkan karena kedudukan Paskah
ditentukan dan didasarkan atas santapan terakhir
tersebut. Jika kita ingat pentingnya Paskah dalam
liturgi Yahudi, dan pentingnya santapan terakhir,
santapan pamitan antara Yesus dengan muridnya,
bagaimana kita dapat menggambarkan bahwa peringatan
peristiwa yang penting itu dapat dihilangkan dari
perayaan yang satu kepada perayaan yang lain dalam
tradisi yang disebutkan kemudian oleh para pengarang
Injil.
Secara umum, riwayat penyaliban diriwayatkan oleh
ketiga Injil Sinoptik secara berbeda daripada riwayat
Injil Yahya. Riwayat santapan Yesus yang terakhir dan
riwayat penyaliban dalam Injil Yahya adalah dua kali
lebih panjang daripada riwayat dalam Injil Markus dan
Injil Lukas, dan satu setengah kali lebih panjang
daripada riwayat Injil Matius. Dengan begitu Yahya
meriwayatkan khutbah panjang yang diberikan oleh Yesus
kepada murid-muridnya sepanjang 4 fasal (14-17) dalam
Injil Yahya. Dalam percakapan yang sangat penting itu,
Yesus mengatakan kepada murid-muridnya bahwa ia akan
meninggalkan tuntunan-tuntunannya yang terakhir dan
memberikan kepada mereka wasiat spiritual. Dalam
Injil-Injil lain tak ada yang menyebutkan hal tersebut.
Sebaliknya Matius, Lukas dan Markus meriwayatkan do'a
Yesus di taman Gethsemani; Yahya tidak membicarakan hal
ini.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Kritik Silsilah Yesus
PENYELIDIKAN KRITIK MENGENAI TEKS
Di sini kita berhadapan dengan dua silsilah yang
mempunyai sifat yang sama, yakni mulai dari Ibrahim dan
Dawud. Unttzk memudahkan penyelidikan ini, kita akan
menjadikan silsilah tersebut menjadi tiga
bagian-bagian:
a. dari Adam sampai Ibrahim
b. dan Ibrahim sampai Dawud
c. dari Dawud sampai Yesus.
1. PERIODE DARI ADAM SAMPAI IBRAHIM
Matius yang memulai silsilahnya dari Ibrahim tidak ada
hubungannya dengan periode ini. Lukas memberi
keterangan tentang nenek moyang Nabi Ibrahim sehingga
Adam; 20 nama, diantaranya 19 nama terdapat dalam Kitab
Kejadian (fasal 4, 5 dan 11). Dapatkah kita gambarkan
bahwa sebelum nabi Ibrahim hanya ada 19 atau 20
generasi manusia? Soal ini telah kita selidiki ketika
kita membahas Perjanjian Lama. Jika kita ingin
mendasarkan penyelidikan kita kepada tabel keturunan
Adam seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian dan
menerima angka waktu yang ditunjukkan oleh teks Bibel,
kita akan mendapat kesimpulan bahwa antara munculnya
manusia pertama di atas bumi dengan lahirnya Nabi
Ibrahim terdapat 19 abad. Orang memperkirakan bahwa
Nabi Ibrahim hidup sekitar tahun 1850 S.M. Dengan
begitu maka petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam
Perjanjian Lama menerangkan bahwa munculnya manusia di
atas bumi terjadi pada 38 abad sebelum Yesus. Nampak
sekali bahwa Lukas memakai bahan-bahan ini untuk
Injilnya. Ia menyebutkan suatu kekeliruan besar untuk
menerangkan mengapa ia memakai bahan-bahan tersebut.
Kita telah membaca argumentasi sejarah yang meyakinkan
yang mendorong kepada pikiran ini.
Hal-hal yang tersebut dalam Perjanjian lama tak dapat
diterima lagi pada waktu ini. Bahan-bahan tersebut
termasuk dalam golongan "Caduc" (lemah) yang dinyatakan
oleh Konsili Vatikan II. Akan tetapi anggapan bahwa
para pengarang Injil memakai bahan-bahan yang tidak
sesuai dengan Sains modern, merupakan suatu keterangan
yang sangat berbahaya bagi mereka yang mempertahankan
faham bahwa teks Injil adalah sesuai dengan sejarah.
Para ahli tafsir merasakan bahaya ini. Mereka berusaha
untuk mengelakkan kesulitan dengan mengatakan bahwa
persoalannya bukan persoalan silsilah yang sempurna,
bahwa ada nama-nama yang ditinggalkan oleh penulis
Injil dengan sengaja, dan persoalan yang pokok adalah
untuk membuktikan dalam garis-garis besar atau dalam
unsur-unsurnya yang penting suatu garis yang didasarkan
atas realistis sejarah. Disebutkan oleh A. Tricot dalam
bukunya: Kamus Kecil tentang Perjanjian Baru, (Petit
Dictionnaire du Noaveau Testament). Dalam teks Injil
tak ada yang memungkinkan penafsiran semacam itu,
karena teks itu teliti; A punya anak B, B punya anak C
adalah anaknya B, dan B adalah anaknya A. Dan lagi
mengenai periode sebelum Abraham, para penulis Injil
mengambil bahan dari Perjanjian Lama, di mana silsilah
itu diterangkan sebagai berikut: X pada umur sekian
mempunyai anak Y, Y hidup sekian tahun dan mempunyai
anak Z. Jadi tak terdapat hal-hal yang putus.
Bagian sebelum Nabi Ibrahim dalam silsilah Yesus
menurut Lukas tidak dapat diterima atas dasar
pengetahuan modern.
2. PERIODE DARI ABRAHAM SAMPAI DAVID
Di sini, dua silsilah itu cocok atau hampir cocok,
kecuali dalam satu atau dua nama. Kesalahan yang tidak
disengaja daripada tukang-tukang naskah dapat dijadikan
alasan.
Apakah para penulis Injil benar mengenai periode ini?
Dawud dikatakan hidup sekitar tahun 1000 S.M., Ibrahim
di sekitar tahun 1800-1850 S.M..
Apakah 14-16 generasi dapat hidup selama 8 abad? Tapi
baiklah kita katakan saja bahwa teks Injil, mengenai
periode ini, masih dalam batas hal-hal yang dapat
diterima
3. PERIODE SESUDAH DAVID
Sayang, teks tidak mungkin lagi membuktikan bahwa
Yoseph itu keturunan David.
Kita tinggalkan saja pemalsuan yang terang daripada
Codex Bezae Cantabrigiensis yang mengenai Lukas, dan
marilah mengadakan perbandingan tentang hal-hal yang
diriwayatkan oleh dua manuskrip yang sangat terhormat,
yakni Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus.
Dalam silsilah Lukas, kita dapatkan 42 nama sesudah
David (no. 35) sampai Yesus (no. 77). Dalam silsilah
Matius kita dapatkan 27 nama sesudah David (no. 14)
sehingga Yesus (no. 41). Dengan begitu maka jumlah
nenek moyang Yesus (fiktif) sesudah David dalam dua
manuskrip terhormat tersebut berlainan. Nama-nama dalam
silsilah tersebut juga berlainan.
Tetapi ada lagi yang ajaib. Matius mengatakan bahwa
silsilah Yesus semenjak Ibrahim terdiri dari tiga
kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 14
nama. Kelompok pertama, dari Ibrahim sampai Dawud.
Kelompok kedua, dari Dawud sampai pengasingan. Sedang
kelompok ketiga, dari pengasingan di Babylon sampai
Yesus. Teks Matius memang memuat 14 nama dalam kelompok
pertama dan kedua, akan tetapi dalam kelompok ketiga
(dari pengasingan di Babylon sampai Yesus) kita hanya
mendapatkan 13 nama dan bukan 14 seperti yang kita
harapkan, oleh karena tabel yang dikemukakan
menunjukkan bahwa Salathiel adalah nomer 29 dan Yesus
nomor 41. Tidak ada riwayat yang berbeda dengan Matius
yang menyebutkan 14 nama untuk kelompok ketiga.
Akhirnya agar berhasil mendapatkan 14 nama dalam
kelompok kedua, Matius mempergunakan kebebasan terhadap
teks Perjanjian Lama. Nama-nama daripada 6 keturunan
David yang pertama (no. 15 sampai 20) sesuai dengan apa
yang tersebut dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi tiga
keturunan Ioram (no. 20) yang dikatakan dalam bab dua
daripada kitab Tawarikh dalam Bibel sebagai Achazia,
Yoas dan Amalsia, telah dihapuskan oleh Matius. Begitu
juga, Yechonias (no. 28) disebutkan oleh Injil Matius
sebagai anak Yosias (no. 27), padahal dalam kitab
Raja-raja yang pertama daripada Perjanjian Lama
terdapat nama Eliakim diantara Yosias dan Yechonias.
Dengan ini telah terbukti bahwa Matius telah merubah
urutan silsilah yang terdapat dalam Perjanjian Lama
untuk menonjolkan suatu kelompok buat-buatan yang
terdiri daripada 14 nama, antara Nabi Dawud dan
pengasingan ke Babylon.
Sesungguhnya kita tidak begitu heran mendapatkan bahwa
dalam kelompok ketiga yang disajikan oleh Matius
terdapat satu nama yang kurang, sehingga tak ada teks
Injil Matius yang menyebutkan 42 nama seperti yang
Matius umumkan, hal ini dapat saja dijelaskan dengan
mengatakan bahwa seorang tukang naskah membuat
kesalahan. Akan tetapi kita sangat heran karena para
ahli tafsir Injil bersikap tutup mulut mengenai hal
ini. W. Trilling, berbeda dari para ahli tafsir Injil,
menulis satu baris mengenai hal tersebut dalam bukunya:
Injil Matius. "Sesung-. guhnya persoalan ini tidak
boleh diabaikan begitu saja oleh karena para ahli
tafsir Injil, termasuk pengarang-pengarang Terjemahan
Ekumenik dan Kardinal Danielou telah menunjukkan
pentingnya simbol 3 kali 14 yang telah disebut oleh
Matius. Untuk menonjolkan hal tersebut, bukanlah Matius
sendiri telah menghilangkan beberapa nama yang tersebut
dalam Bibel agar berhasil pembuktiannya tentang angka
yang keramat itu."
Nanti akan kita lihat bahwa para ahli tafsir Injil akan
membentuk suatu apologetik (cara mempertahankan agama)
dengan membenarkan dihapuskannya beberapa nama, tetapi
mereka tergelincir mengenai kekurangan-kekurangan nama
sehingga mereka tidak berhasil mencapai hal yang
diinginkan oleh Matius, si pengarang Injil.
4. TAFSIRAN PARA AHLI TAFSIR MODERN
Kardinal Danielou, dalam karangannya Les Evangiles de
l'enfance (Injil Masa Kanak-kanak, terbit tahun 1967),
setuju dengan daftar angka yang dibuat oleh Matius dan
mengatakan bahwa daftar tersebut mempunyai nilai yang
sangat tinggi, karena daftar itu menunjukkan silsilah
asal usul Yesus, yang juga-diterangkan oleh Lukas. Bagi
Kardinal Danielou, "Lukas dan Matius adalah ahli
sejarah yang telah mengadakan penyelidikan sejarah, dan
silsilah keturunan telah dikutip dari arsip keluarga
Yesus." Perlu diterangkan di sini bahwa arsip tersebut
tak pernah ditemukan orang.
Kardinal Danielou, menyerang orang-orang yang
mengkritik pendiriannya dengan kata-kata: "itu adalah
mental orang Barat, kebodohan tentang agama Yahudi
Kristen, ketidakadanya perasaan Semitik, yang telah
menyesatkan beberapa ahli tafsir dalam memberi
interpretasi kepada Injil. Mereka itu telah
mempergunakan kategori Plato, Descartes, Hegel dan
Heidegger. Memang ada suatu yang keruh dalam pikiran
mereka." Sudah terang bahwa Plato, Descartes, Hegel dan
Heidegger tidak ada hubungannya dengan sikap kritik
terhadap silsilah keturunan yang bersifat khayalan.
Pengarang (Kardinal Danielou) menyelidiki arti 3 x 14
yang disebutkan Matius, dan membuat hipotesa-hipotesa
seperti berikut: "Mungkin ada hubungannya dengan 10
minggu yang terkenal dalam hal-hal rahasia dari agama
Yahudi, tiga minggu pertama yang mirip dengan periode
dari Adam sampai Abraham, harus dihilangkan. Tinggal 7
minggu; enam minggu pertama merupakan tiga grup yang
masing-masing terdiri dari 14 nama, dan minggu yang
terakhir dimulai oleh Kristus yang memulai periode ke 7
daripada Dunia." Penjelasan semacam itu tak perlu
diberi komentar.
Ahli-ahli tafsir "Terjemahan Ekumenik Bibel"
-Perjanjian Baru- memberikan pembelaan dengan angka
yang tidak kita sangka.
Untuk angka 3 x 14 yang dikemukakan oleh Matius:
14, mungkin merupakan jumlah nilai huruf yang membentuk
nama Dawud dalam bahasa Ibrani D = 4, V = 6. Jadi
jumlahnya 4+6+4 = 14.
Bagi Lukas, Terjemahan Ekumenik memberikan 77 nama. Hal
ini memberi peluang untuk mengatakan bahwa angka 7 itu
dasar. 7 x 11 = 77. Padahal kita sudah tahu bahwa bagi
Lukas yang main hapus dan tambah, daftar yang memuat 77
nama itu sama sekali buat-buatan.
Silsilah Yesus dalam Injil-lnjil merupakan masalah yang
menimbulkan permainan kata-kata yang sangat menyolok di
antara para ahli tafsir Kristen, dan memang hal
tersebut adalah sesuai dengan khayalan Lukas dan
Matius.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Di sini kita berhadapan dengan dua silsilah yang
mempunyai sifat yang sama, yakni mulai dari Ibrahim dan
Dawud. Unttzk memudahkan penyelidikan ini, kita akan
menjadikan silsilah tersebut menjadi tiga
bagian-bagian:
a. dari Adam sampai Ibrahim
b. dan Ibrahim sampai Dawud
c. dari Dawud sampai Yesus.
1. PERIODE DARI ADAM SAMPAI IBRAHIM
Matius yang memulai silsilahnya dari Ibrahim tidak ada
hubungannya dengan periode ini. Lukas memberi
keterangan tentang nenek moyang Nabi Ibrahim sehingga
Adam; 20 nama, diantaranya 19 nama terdapat dalam Kitab
Kejadian (fasal 4, 5 dan 11). Dapatkah kita gambarkan
bahwa sebelum nabi Ibrahim hanya ada 19 atau 20
generasi manusia? Soal ini telah kita selidiki ketika
kita membahas Perjanjian Lama. Jika kita ingin
mendasarkan penyelidikan kita kepada tabel keturunan
Adam seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian dan
menerima angka waktu yang ditunjukkan oleh teks Bibel,
kita akan mendapat kesimpulan bahwa antara munculnya
manusia pertama di atas bumi dengan lahirnya Nabi
Ibrahim terdapat 19 abad. Orang memperkirakan bahwa
Nabi Ibrahim hidup sekitar tahun 1850 S.M. Dengan
begitu maka petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam
Perjanjian Lama menerangkan bahwa munculnya manusia di
atas bumi terjadi pada 38 abad sebelum Yesus. Nampak
sekali bahwa Lukas memakai bahan-bahan ini untuk
Injilnya. Ia menyebutkan suatu kekeliruan besar untuk
menerangkan mengapa ia memakai bahan-bahan tersebut.
Kita telah membaca argumentasi sejarah yang meyakinkan
yang mendorong kepada pikiran ini.
Hal-hal yang tersebut dalam Perjanjian lama tak dapat
diterima lagi pada waktu ini. Bahan-bahan tersebut
termasuk dalam golongan "Caduc" (lemah) yang dinyatakan
oleh Konsili Vatikan II. Akan tetapi anggapan bahwa
para pengarang Injil memakai bahan-bahan yang tidak
sesuai dengan Sains modern, merupakan suatu keterangan
yang sangat berbahaya bagi mereka yang mempertahankan
faham bahwa teks Injil adalah sesuai dengan sejarah.
Para ahli tafsir merasakan bahaya ini. Mereka berusaha
untuk mengelakkan kesulitan dengan mengatakan bahwa
persoalannya bukan persoalan silsilah yang sempurna,
bahwa ada nama-nama yang ditinggalkan oleh penulis
Injil dengan sengaja, dan persoalan yang pokok adalah
untuk membuktikan dalam garis-garis besar atau dalam
unsur-unsurnya yang penting suatu garis yang didasarkan
atas realistis sejarah. Disebutkan oleh A. Tricot dalam
bukunya: Kamus Kecil tentang Perjanjian Baru, (Petit
Dictionnaire du Noaveau Testament). Dalam teks Injil
tak ada yang memungkinkan penafsiran semacam itu,
karena teks itu teliti; A punya anak B, B punya anak C
adalah anaknya B, dan B adalah anaknya A. Dan lagi
mengenai periode sebelum Abraham, para penulis Injil
mengambil bahan dari Perjanjian Lama, di mana silsilah
itu diterangkan sebagai berikut: X pada umur sekian
mempunyai anak Y, Y hidup sekian tahun dan mempunyai
anak Z. Jadi tak terdapat hal-hal yang putus.
Bagian sebelum Nabi Ibrahim dalam silsilah Yesus
menurut Lukas tidak dapat diterima atas dasar
pengetahuan modern.
2. PERIODE DARI ABRAHAM SAMPAI DAVID
Di sini, dua silsilah itu cocok atau hampir cocok,
kecuali dalam satu atau dua nama. Kesalahan yang tidak
disengaja daripada tukang-tukang naskah dapat dijadikan
alasan.
Apakah para penulis Injil benar mengenai periode ini?
Dawud dikatakan hidup sekitar tahun 1000 S.M., Ibrahim
di sekitar tahun 1800-1850 S.M..
Apakah 14-16 generasi dapat hidup selama 8 abad? Tapi
baiklah kita katakan saja bahwa teks Injil, mengenai
periode ini, masih dalam batas hal-hal yang dapat
diterima
3. PERIODE SESUDAH DAVID
Sayang, teks tidak mungkin lagi membuktikan bahwa
Yoseph itu keturunan David.
Kita tinggalkan saja pemalsuan yang terang daripada
Codex Bezae Cantabrigiensis yang mengenai Lukas, dan
marilah mengadakan perbandingan tentang hal-hal yang
diriwayatkan oleh dua manuskrip yang sangat terhormat,
yakni Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus.
Dalam silsilah Lukas, kita dapatkan 42 nama sesudah
David (no. 35) sampai Yesus (no. 77). Dalam silsilah
Matius kita dapatkan 27 nama sesudah David (no. 14)
sehingga Yesus (no. 41). Dengan begitu maka jumlah
nenek moyang Yesus (fiktif) sesudah David dalam dua
manuskrip terhormat tersebut berlainan. Nama-nama dalam
silsilah tersebut juga berlainan.
Tetapi ada lagi yang ajaib. Matius mengatakan bahwa
silsilah Yesus semenjak Ibrahim terdiri dari tiga
kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 14
nama. Kelompok pertama, dari Ibrahim sampai Dawud.
Kelompok kedua, dari Dawud sampai pengasingan. Sedang
kelompok ketiga, dari pengasingan di Babylon sampai
Yesus. Teks Matius memang memuat 14 nama dalam kelompok
pertama dan kedua, akan tetapi dalam kelompok ketiga
(dari pengasingan di Babylon sampai Yesus) kita hanya
mendapatkan 13 nama dan bukan 14 seperti yang kita
harapkan, oleh karena tabel yang dikemukakan
menunjukkan bahwa Salathiel adalah nomer 29 dan Yesus
nomor 41. Tidak ada riwayat yang berbeda dengan Matius
yang menyebutkan 14 nama untuk kelompok ketiga.
Akhirnya agar berhasil mendapatkan 14 nama dalam
kelompok kedua, Matius mempergunakan kebebasan terhadap
teks Perjanjian Lama. Nama-nama daripada 6 keturunan
David yang pertama (no. 15 sampai 20) sesuai dengan apa
yang tersebut dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi tiga
keturunan Ioram (no. 20) yang dikatakan dalam bab dua
daripada kitab Tawarikh dalam Bibel sebagai Achazia,
Yoas dan Amalsia, telah dihapuskan oleh Matius. Begitu
juga, Yechonias (no. 28) disebutkan oleh Injil Matius
sebagai anak Yosias (no. 27), padahal dalam kitab
Raja-raja yang pertama daripada Perjanjian Lama
terdapat nama Eliakim diantara Yosias dan Yechonias.
Dengan ini telah terbukti bahwa Matius telah merubah
urutan silsilah yang terdapat dalam Perjanjian Lama
untuk menonjolkan suatu kelompok buat-buatan yang
terdiri daripada 14 nama, antara Nabi Dawud dan
pengasingan ke Babylon.
Sesungguhnya kita tidak begitu heran mendapatkan bahwa
dalam kelompok ketiga yang disajikan oleh Matius
terdapat satu nama yang kurang, sehingga tak ada teks
Injil Matius yang menyebutkan 42 nama seperti yang
Matius umumkan, hal ini dapat saja dijelaskan dengan
mengatakan bahwa seorang tukang naskah membuat
kesalahan. Akan tetapi kita sangat heran karena para
ahli tafsir Injil bersikap tutup mulut mengenai hal
ini. W. Trilling, berbeda dari para ahli tafsir Injil,
menulis satu baris mengenai hal tersebut dalam bukunya:
Injil Matius. "Sesung-. guhnya persoalan ini tidak
boleh diabaikan begitu saja oleh karena para ahli
tafsir Injil, termasuk pengarang-pengarang Terjemahan
Ekumenik dan Kardinal Danielou telah menunjukkan
pentingnya simbol 3 kali 14 yang telah disebut oleh
Matius. Untuk menonjolkan hal tersebut, bukanlah Matius
sendiri telah menghilangkan beberapa nama yang tersebut
dalam Bibel agar berhasil pembuktiannya tentang angka
yang keramat itu."
Nanti akan kita lihat bahwa para ahli tafsir Injil akan
membentuk suatu apologetik (cara mempertahankan agama)
dengan membenarkan dihapuskannya beberapa nama, tetapi
mereka tergelincir mengenai kekurangan-kekurangan nama
sehingga mereka tidak berhasil mencapai hal yang
diinginkan oleh Matius, si pengarang Injil.
4. TAFSIRAN PARA AHLI TAFSIR MODERN
Kardinal Danielou, dalam karangannya Les Evangiles de
l'enfance (Injil Masa Kanak-kanak, terbit tahun 1967),
setuju dengan daftar angka yang dibuat oleh Matius dan
mengatakan bahwa daftar tersebut mempunyai nilai yang
sangat tinggi, karena daftar itu menunjukkan silsilah
asal usul Yesus, yang juga-diterangkan oleh Lukas. Bagi
Kardinal Danielou, "Lukas dan Matius adalah ahli
sejarah yang telah mengadakan penyelidikan sejarah, dan
silsilah keturunan telah dikutip dari arsip keluarga
Yesus." Perlu diterangkan di sini bahwa arsip tersebut
tak pernah ditemukan orang.
Kardinal Danielou, menyerang orang-orang yang
mengkritik pendiriannya dengan kata-kata: "itu adalah
mental orang Barat, kebodohan tentang agama Yahudi
Kristen, ketidakadanya perasaan Semitik, yang telah
menyesatkan beberapa ahli tafsir dalam memberi
interpretasi kepada Injil. Mereka itu telah
mempergunakan kategori Plato, Descartes, Hegel dan
Heidegger. Memang ada suatu yang keruh dalam pikiran
mereka." Sudah terang bahwa Plato, Descartes, Hegel dan
Heidegger tidak ada hubungannya dengan sikap kritik
terhadap silsilah keturunan yang bersifat khayalan.
Pengarang (Kardinal Danielou) menyelidiki arti 3 x 14
yang disebutkan Matius, dan membuat hipotesa-hipotesa
seperti berikut: "Mungkin ada hubungannya dengan 10
minggu yang terkenal dalam hal-hal rahasia dari agama
Yahudi, tiga minggu pertama yang mirip dengan periode
dari Adam sampai Abraham, harus dihilangkan. Tinggal 7
minggu; enam minggu pertama merupakan tiga grup yang
masing-masing terdiri dari 14 nama, dan minggu yang
terakhir dimulai oleh Kristus yang memulai periode ke 7
daripada Dunia." Penjelasan semacam itu tak perlu
diberi komentar.
Ahli-ahli tafsir "Terjemahan Ekumenik Bibel"
-Perjanjian Baru- memberikan pembelaan dengan angka
yang tidak kita sangka.
Untuk angka 3 x 14 yang dikemukakan oleh Matius:
14, mungkin merupakan jumlah nilai huruf yang membentuk
nama Dawud dalam bahasa Ibrani D = 4, V = 6. Jadi
jumlahnya 4+6+4 = 14.
Bagi Lukas, Terjemahan Ekumenik memberikan 77 nama. Hal
ini memberi peluang untuk mengatakan bahwa angka 7 itu
dasar. 7 x 11 = 77. Padahal kita sudah tahu bahwa bagi
Lukas yang main hapus dan tambah, daftar yang memuat 77
nama itu sama sekali buat-buatan.
Silsilah Yesus dalam Injil-lnjil merupakan masalah yang
menimbulkan permainan kata-kata yang sangat menyolok di
antara para ahli tafsir Kristen, dan memang hal
tersebut adalah sesuai dengan khayalan Lukas dan
Matius.
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Silsilah Nenek Moyang Yesus
Injil-Injil hanya mengandung sedikit sekali
kalimat-kalimat yang dapat menimbulkan pertentangan
dengan hasil-hasil Sains modern. Banyak hikayat dalam
Injil yang menggambarkan mukjizat tidak mendapat
penafsiran ilmiah. Mukjizat-mukjizat itu ada yang
berhubungan dengan orang seperti penyembuhan orang
sakit (gila, buta, lumpuh, lepra, menghidupkan Lazarus
yang sudah mati), dan ada pula yang mengenai fenomena
material, di pinggir batas hukum alam (Yesus berjalan
di atas air, Yesus mengganti air jadi anggur). Hal-hal
tersebut mungkin hanya merupakan fenomena yang wajar
tetapi dengan aspek yang luar biasa oleh karena terjadi
dalam waktu yang sangat singkat seperti angin topan
yang berhenti seketika, pohon tien yang kering
mendadak, atau seperti mencari ikan secara ajaib,
seakan-akan seluruh ikan yang ada dalam danau itu
berkumpul di tempat di mana jala dilempar.
Dalam kejadian-kejadian tersebut, Tuhan campur tangan
dengan kekuasaanNya. Kita tidak usah keheran-heranan
bahwa Tuhan itu dapat berbuat hal yang mengherankan
bagi manusia, tetapi bagi Tuhan merupakan hal biasa.
Ini tidak berarti bahwa seorang yang percaya tidak
memerlukan berhubungan dengan Sains. Percaya kepada
mukjizat dan percaya kepada Sains adalah tidak
bertentangan. Yang pertama adalah tahap ketuhanan yang
kedua adalah tahap kemanusiaan.
Secara pribadi saya dengan senang hati dapat percaya
bahwa Yesus menyembuhkan orang sakit lepra, tetapi saya
tidak dapat menerima suatu teks yang dikatakan autentik
dan diwahyukan Tuhan sedangkan dalam teks tersebut saya
dapatkan bahwa antara manusia pertama dengan Nabi
Ibrahim hanya berselisih waktu 20 generasi, seperti
yang dikatakan Injil Lukas (3, 23-28). Kita akan lihat
sebentar lagi sebab-sebab yang membuktikan bahwa teks
Lukas, seperti juga teks Perjanjian Lama tentang hal
yang sama, telah disusun menurut imajinasi manusia.
Injil (seperti Al Qur-an) memberikan kita riwayat yang
sama mengenai asal-usul biologis Yesus. Membesarnya
Yesus dalam kandungan ibunya di luar hukum-hukum alam
yang umum bagi seluruh manusia. Biji telor dari ibunya
tidak memerlukan bertemu dengan spermatozoid bapak
untuk membentuk suatu embryo yang kemudian menjadi
bayi. Fenomena yang berakhir dengan dilahirkannya
seorang yang normal, tidak dengan campuran dan unsur
lelaki, dinamakan parthenogenese. Dalam alam binatang
parthenogenese dapat terjadi dengan syarat-syarat
tertentu. Seperti halnya serangga, beberapa hewan
invertebrata, dan secara sangat jarang, dalam
jenis-jenis burung tertentu. Di antara binatang yang
menyusui, orang dapat mengadakan percobaan dengan
kelinci yang memperoleh perkembangan biji telor tanpa
campur tangan spermatozoid dan menjadi embryo yang
sederhana tetapi orang tidak dapat menemukan kelinci
yang menunjukkan parthenogenese sempurna, secara
eksperimental atau secara natural. Tetapi Yesus
merupakan kasus parthenogenese. Ibunya adalah perawan
dan tetap perawan serta tidak mempunyai anak selain
Yesus: Yesus adalah kekecualian biologik.18
Silsilah keturunan Yesus
Dua silsilah keturunan yang terdapat dalam Injil Matius
dan Injil Lukas menimbulkan persoalan tentang
kebenaran, persesuaian dengan hasil-hasil ilmiah dan
juga persoalan "autentik atau tidak." Problema-problema
ini sangat menyulitkan ahli-ahli tafsir Kristen oleh
karena mereka menolak untuk melihatnya sebagai hasil
imajinasi manusia; Imajinasi manusia ini telah
memberikan inspirasi kepada para pengarang-pengarang
Sakerdotal (pendeta-pendeta) daripada Kitab Kejadian di
abad VI S.M. untuk silsilah keturunan manusia-manusia
pertama. Imajinasi manusia itu pulalah yang memberi
inspirasi kepada Matius dan Lukas dalam hal-hal yang
kedua pengarang Injil itu tidak mengambil dari
Perjanjian Lama.
Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa silsilah
keturunan laki-laki tidak ada artinya sama sekali bagi
Yesus. Jika orang ingin memberikan silsilah keturunan
kepada Yesus, anak tunggal daripada Maryam, tanpa bapa,
maka silsilah keturunan itu harus silsilah keturunan
Maryam, ibunya. Di bawah ini adalah teks menurut
Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel, Perjanjian Baru.
Silsilah keturunan menurut Matius terdapat pada
permulaan Injilnya.
KITAB ASAL-USUL YESUS KRISTUS, ANAK DAUD, ANAK IBRAHIM
Ibrahim mempunyai anak Ishak
Ishak mempunyai anak Yakub
Yakub mempunyai anak Yuda dan saudara-saudaranya
Yuda mempunyai anak Phares dan Zara daripada Thamar
Phares mempunyai anak Esrom
Esrom mempunyai anak Aram
Aram mempunyai anak Aminabad
Aminabad mempunyai anak Naasson
Naasson mempunyai anak Salmon
Salmon mempunyai anak Booz daripada Rahad
Booz mempunyai anak Yobed daripada Ruth
Yobed mempunyai anak Yesse
Yesse mempunyai anak Nabi Daud
Daud mempunyai anak Suleman (dari istri Urie)
Suleman mempunyai anak Roboam
Roboam mempunyai anak Abia
Abia mempunyai anak Asa
Asa mempunyai anak Yosaphat
Yosaphat mempunyai anak Yoram
Yoram mempunyai anak Ozias
Ozias mempunyai anak Yoathan
Yoathan mempunyai anak Achaz
Achaz mempunyai anak Ezechias
Ezechias mempunyai anak Manasse
Manasse mempunyai anak Amon
Amon mempunyai anak Yosias
Yosias mempunyai anak Yechonias dan saudara-saudaranya
Kemudian terjadi pengasingan di Babylon.
Sesudah Pengasingan:
Yechonias mempunyai anak Salathiel
Salathiel mempunyai anak Zorobabel
Zorobabel mempunyai anak Abioud
Abioud mempunyai anak Eliakim
Eliakim mempunyai anak Azor
Azor mempunyai anak Sadok
Sadok mempunyai anak Akhim
Akhim mempunyai anak Elioud
Elioud mempunyai anak Eleazar
Eleazar mempunyai anak Mathan
Mathan mempunyai anak Yacob
Yacob mempunyai anak Yusuf, suami Maryam,
yang melahirkan Isa yang dinamakan Al Masih.
Jumlah generasi adalah 14 dari Ibrahim ke Daud, 14 dari
Daud hingga pengasingan di Babylon, 14 dari pengasingan
sampai Isa Al Masih.
Lukas (3, 23-38) memberikan silsilah keturunan yang
berlainan dari silsilah Matius. Kita kutipkan di bawah
ini dari Terjemahan Ekumenik.
"Yesus pada permulaannya berumur kira-kira 30 tahun. Ia
adalah anak Yoseph, anak Heli anak Matthat, anak Levis,
anak Melechi, anak Iannai, anak Yoseph, anak
Matthatias, anak Amos, anak Naaum, anak Hesti, anak
Naggai, anak Maath, anak Mattathias, anak Semein, anak
Yosech, anak Ioda, anak Ionam, anak Resa, anak
Zorobabel, anak Salathiel, anak Neri, anak Melchi, anak
Addi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesus,
anak Elieser, anak Yorim, anak Matthat, anak Levi, anak
Symeon, anak Yuda, anak Yoseph, anak Ionam, anak
Eliakim, anak Melea, anak Menna, anak Mattalha, anak
Natham,anak David, anak Yesse, anak Iobed, anak Boos,
anak Sola, anak Naasson, anak Aminabad, anak Admin,
anak Arni, anak Esrom, anak Phares, anak Yuda, anak
Yacob, anak Isaac, anak Abraham, anak Thara, anak
Nachor, anak Serauch, anak Ragau, anak Phalek, anak
Eber, anak Sala, anak Kainam, anak Arphaxad, anak Sem,
anak Noe, anak Lamech, anak Mathausala, anak Enoch,
anak Iaret, anak Maleleel, anak Kainam, anak Enos, anak
Seth, anak Adam, anak Allah."
Silsilah-silsilah tersebut alcan Icelihatan lebih
terang jika kita gambarkan dua daftar yang satu
menggambarkan silsilah sebelum David, dan yang satu
lagi menggambarkan silsilah sesudah David.
kalimat-kalimat yang dapat menimbulkan pertentangan
dengan hasil-hasil Sains modern. Banyak hikayat dalam
Injil yang menggambarkan mukjizat tidak mendapat
penafsiran ilmiah. Mukjizat-mukjizat itu ada yang
berhubungan dengan orang seperti penyembuhan orang
sakit (gila, buta, lumpuh, lepra, menghidupkan Lazarus
yang sudah mati), dan ada pula yang mengenai fenomena
material, di pinggir batas hukum alam (Yesus berjalan
di atas air, Yesus mengganti air jadi anggur). Hal-hal
tersebut mungkin hanya merupakan fenomena yang wajar
tetapi dengan aspek yang luar biasa oleh karena terjadi
dalam waktu yang sangat singkat seperti angin topan
yang berhenti seketika, pohon tien yang kering
mendadak, atau seperti mencari ikan secara ajaib,
seakan-akan seluruh ikan yang ada dalam danau itu
berkumpul di tempat di mana jala dilempar.
Dalam kejadian-kejadian tersebut, Tuhan campur tangan
dengan kekuasaanNya. Kita tidak usah keheran-heranan
bahwa Tuhan itu dapat berbuat hal yang mengherankan
bagi manusia, tetapi bagi Tuhan merupakan hal biasa.
Ini tidak berarti bahwa seorang yang percaya tidak
memerlukan berhubungan dengan Sains. Percaya kepada
mukjizat dan percaya kepada Sains adalah tidak
bertentangan. Yang pertama adalah tahap ketuhanan yang
kedua adalah tahap kemanusiaan.
Secara pribadi saya dengan senang hati dapat percaya
bahwa Yesus menyembuhkan orang sakit lepra, tetapi saya
tidak dapat menerima suatu teks yang dikatakan autentik
dan diwahyukan Tuhan sedangkan dalam teks tersebut saya
dapatkan bahwa antara manusia pertama dengan Nabi
Ibrahim hanya berselisih waktu 20 generasi, seperti
yang dikatakan Injil Lukas (3, 23-28). Kita akan lihat
sebentar lagi sebab-sebab yang membuktikan bahwa teks
Lukas, seperti juga teks Perjanjian Lama tentang hal
yang sama, telah disusun menurut imajinasi manusia.
Injil (seperti Al Qur-an) memberikan kita riwayat yang
sama mengenai asal-usul biologis Yesus. Membesarnya
Yesus dalam kandungan ibunya di luar hukum-hukum alam
yang umum bagi seluruh manusia. Biji telor dari ibunya
tidak memerlukan bertemu dengan spermatozoid bapak
untuk membentuk suatu embryo yang kemudian menjadi
bayi. Fenomena yang berakhir dengan dilahirkannya
seorang yang normal, tidak dengan campuran dan unsur
lelaki, dinamakan parthenogenese. Dalam alam binatang
parthenogenese dapat terjadi dengan syarat-syarat
tertentu. Seperti halnya serangga, beberapa hewan
invertebrata, dan secara sangat jarang, dalam
jenis-jenis burung tertentu. Di antara binatang yang
menyusui, orang dapat mengadakan percobaan dengan
kelinci yang memperoleh perkembangan biji telor tanpa
campur tangan spermatozoid dan menjadi embryo yang
sederhana tetapi orang tidak dapat menemukan kelinci
yang menunjukkan parthenogenese sempurna, secara
eksperimental atau secara natural. Tetapi Yesus
merupakan kasus parthenogenese. Ibunya adalah perawan
dan tetap perawan serta tidak mempunyai anak selain
Yesus: Yesus adalah kekecualian biologik.18
Silsilah keturunan Yesus
Dua silsilah keturunan yang terdapat dalam Injil Matius
dan Injil Lukas menimbulkan persoalan tentang
kebenaran, persesuaian dengan hasil-hasil ilmiah dan
juga persoalan "autentik atau tidak." Problema-problema
ini sangat menyulitkan ahli-ahli tafsir Kristen oleh
karena mereka menolak untuk melihatnya sebagai hasil
imajinasi manusia; Imajinasi manusia ini telah
memberikan inspirasi kepada para pengarang-pengarang
Sakerdotal (pendeta-pendeta) daripada Kitab Kejadian di
abad VI S.M. untuk silsilah keturunan manusia-manusia
pertama. Imajinasi manusia itu pulalah yang memberi
inspirasi kepada Matius dan Lukas dalam hal-hal yang
kedua pengarang Injil itu tidak mengambil dari
Perjanjian Lama.
Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa silsilah
keturunan laki-laki tidak ada artinya sama sekali bagi
Yesus. Jika orang ingin memberikan silsilah keturunan
kepada Yesus, anak tunggal daripada Maryam, tanpa bapa,
maka silsilah keturunan itu harus silsilah keturunan
Maryam, ibunya. Di bawah ini adalah teks menurut
Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel, Perjanjian Baru.
Silsilah keturunan menurut Matius terdapat pada
permulaan Injilnya.
KITAB ASAL-USUL YESUS KRISTUS, ANAK DAUD, ANAK IBRAHIM
Ibrahim mempunyai anak Ishak
Ishak mempunyai anak Yakub
Yakub mempunyai anak Yuda dan saudara-saudaranya
Yuda mempunyai anak Phares dan Zara daripada Thamar
Phares mempunyai anak Esrom
Esrom mempunyai anak Aram
Aram mempunyai anak Aminabad
Aminabad mempunyai anak Naasson
Naasson mempunyai anak Salmon
Salmon mempunyai anak Booz daripada Rahad
Booz mempunyai anak Yobed daripada Ruth
Yobed mempunyai anak Yesse
Yesse mempunyai anak Nabi Daud
Daud mempunyai anak Suleman (dari istri Urie)
Suleman mempunyai anak Roboam
Roboam mempunyai anak Abia
Abia mempunyai anak Asa
Asa mempunyai anak Yosaphat
Yosaphat mempunyai anak Yoram
Yoram mempunyai anak Ozias
Ozias mempunyai anak Yoathan
Yoathan mempunyai anak Achaz
Achaz mempunyai anak Ezechias
Ezechias mempunyai anak Manasse
Manasse mempunyai anak Amon
Amon mempunyai anak Yosias
Yosias mempunyai anak Yechonias dan saudara-saudaranya
Kemudian terjadi pengasingan di Babylon.
Sesudah Pengasingan:
Yechonias mempunyai anak Salathiel
Salathiel mempunyai anak Zorobabel
Zorobabel mempunyai anak Abioud
Abioud mempunyai anak Eliakim
Eliakim mempunyai anak Azor
Azor mempunyai anak Sadok
Sadok mempunyai anak Akhim
Akhim mempunyai anak Elioud
Elioud mempunyai anak Eleazar
Eleazar mempunyai anak Mathan
Mathan mempunyai anak Yacob
Yacob mempunyai anak Yusuf, suami Maryam,
yang melahirkan Isa yang dinamakan Al Masih.
Jumlah generasi adalah 14 dari Ibrahim ke Daud, 14 dari
Daud hingga pengasingan di Babylon, 14 dari pengasingan
sampai Isa Al Masih.
Lukas (3, 23-38) memberikan silsilah keturunan yang
berlainan dari silsilah Matius. Kita kutipkan di bawah
ini dari Terjemahan Ekumenik.
"Yesus pada permulaannya berumur kira-kira 30 tahun. Ia
adalah anak Yoseph, anak Heli anak Matthat, anak Levis,
anak Melechi, anak Iannai, anak Yoseph, anak
Matthatias, anak Amos, anak Naaum, anak Hesti, anak
Naggai, anak Maath, anak Mattathias, anak Semein, anak
Yosech, anak Ioda, anak Ionam, anak Resa, anak
Zorobabel, anak Salathiel, anak Neri, anak Melchi, anak
Addi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesus,
anak Elieser, anak Yorim, anak Matthat, anak Levi, anak
Symeon, anak Yuda, anak Yoseph, anak Ionam, anak
Eliakim, anak Melea, anak Menna, anak Mattalha, anak
Natham,anak David, anak Yesse, anak Iobed, anak Boos,
anak Sola, anak Naasson, anak Aminabad, anak Admin,
anak Arni, anak Esrom, anak Phares, anak Yuda, anak
Yacob, anak Isaac, anak Abraham, anak Thara, anak
Nachor, anak Serauch, anak Ragau, anak Phalek, anak
Eber, anak Sala, anak Kainam, anak Arphaxad, anak Sem,
anak Noe, anak Lamech, anak Mathausala, anak Enoch,
anak Iaret, anak Maleleel, anak Kainam, anak Enos, anak
Seth, anak Adam, anak Allah."
Silsilah-silsilah tersebut alcan Icelihatan lebih
terang jika kita gambarkan dua daftar yang satu
menggambarkan silsilah sebelum David, dan yang satu
lagi menggambarkan silsilah sesudah David.
SILSILAH YESUS SEBELUM DAVID Menurut Matius Menurut Lukas 1. Adam 2. Seth 3. Enos 4. Kainam 5. Maleleel 6. Zaret 7. Enoch Matius tidak menyebutkan 8. Mathausala sesuatu nama sebelum 9. Lamech Abraham 10. Nae 11. Sem 12. Arphaxad 13. Kainam 14. Sala 15. Eber 16. Phalek 17. Ragau 18. Serauch 19. Nachor 20. Thara 1. Abraham 21. Abraham 2. Isaac 22. Isaac 3. Yacob 23. Yacob 4. Yuda 24. Yuda 5. Phares 25. Phares 6. Esrom 26. Esrom 7. Aram 27. Arni 28. Admin 8. Aminabad 29. Aminabad 9. Naasson 30. Naasson 10. Salmon 31. Sala 11. Booz 32. Booz 12. Yobed 33. Yobed 13. Yesse 34. Yesse 14. David 35. David Silsilah Yesus Sesudah David Menurut Matius Menurut Lukas 14. David 35. David 15. Salomon 36. Natham 16. Roboam 37. Matlatha 17. Abia 38. Menna 18. Asa 39. Melea 19. Yosaphat 40. Eliakim 20. Yoram 41. Ionam 21. Azias 42. Yoseph 22. Yoathan 43. Yoda 23. Achaz 44. Symeon 24. Ezechias 45. Levi 25. Manasse 46. Matthat 26. Amon 47. Iorim 27. Yosias 48. Elieser 28. Yechonias 49. Yesus 50. Er Pengasingan di Babylon 51. Elmadam 52. Kosam 29. Salathiel 53. Addi 30. Zorobabel 54. Melchi 31. Abioud 55. Neri 32. Eliakim 56. Salathiel 33. Azor 57. Zorobabel 34. Sadok 58. Resa 35. Akhim 59. Ionan 36. Eliaud 60. Ioda 37. Eleazar 61. Iosech 38. Mathan 62. Semein 39. Yacob 63. Malthatheas 40. Yoseph 64. Maalh 41. Yesus 65. Naggar 66. Hesle 67. Naaum 68. Amos 69. Mattatheas 70. Yoseph 71. Iannai 72. Melchi 73. Levi 74. Matthat 75. Heli 76. Yoseph 78. Yesus
Perbedaan-Perbedaan Menurut Manuskrip dan dalam Hubungannya dengan Perjanjian Lama Dengan mengenyampingkan perbedaan tulisan (orthographiq), kita sebutkan: a). Injil Matius Silsilah keturunan telah hilang dari Codex Bezae Cantabrigiensis, suatu manuskrip yang sangat penting dari abad VI dalam dua bahasa, Yunani dan Latin. Yang hilang dan teks Yunani adalah seluruh silsilah, sedang yang hilang dali teks Latin hanya sebagian besar. Tetapi hal ini mungkin hanya disebabkan oleh hilangnya halaman-halaman pertama. Perlu kita sebutkan kebebasan yang sangat besar yang ditunjukkan oleh Matius dalam sikapnya terhadap Perjanjian Lama yang ia potong silsilahnya untuk keperluan penyajian dengan angka (yang pada akhirnya tidak ia lakukan seperti yang akan kita lihat) b). Injil Lukas 1. Sebelum Nabi Ibrahim, Lukas menyebutkan 20 nama. Perjanjian Lama hanya menyebutkan 19 (silahkan lihat tabel keturunan Adam dalam bagian yang khusus untuk Perjanjian Lama, Lukas menambah sesudah Arphaxad (no. 12) nama Kainam (no. 13) yang tak tersebut dalam Kitab Kejadian sebagai anak Arphaxad. 2. Dari Nabi Ibrahim sampai nabi Daud kita dapatkan 14-16 nama menurut manuskrip. 3. Dari Nabi Daud sampai Nabi Isa. Perbedaan yang sangat penting adalah perbedaan yang terdapat dalam Codex Bezae Cantabrigiensis yang menisbatkan suatu silsilah khayalan kepada Lukas dan silsilah itu terdiri dari silsilah Matius yang sudah ditambah oleh orang yang bikin naskah dengan lima nama. Sayang, silsilah Injil Matius dalam manuskrip tersebut telah hilang, sehingga kita tak dapat mengadakan perbandingan. --------------------------------------------------------------------------------BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta
18 Injil-lnjil menyebutkan saudara-saudara daripada Yesus (Matius 13, 46-50), (Markus 6, 1-6) (Yahya 7, 3 dan 2, 12). Kata Yunani yang dipakai adalah Adelphai dan Adelphai memang berarti saudara lelaki atau perempuan dalam arti biologik. Tentu saja disini telah terjadi terjemahan yang salah daripada kata Semit yang berarti dekat (familiar), dan tidak lebih. Barangkali yang dimaksudkan disini adalah saudara-saudara sepupu.
Sejarah Teks Perjanjian Baru
Adalah salah jika kita mengira bahwa setelah disusun,
Injil itu merupakan Kitab Suci pokok bagi agama
Kristen, sehingga orang membaca dan mempergunakannya
sebagai orang Yahudi membaca dan menggunakan Perjanjian
Lama. Pada waktu itu yang menjadi autoritas adalah
tradisi lisan yang membawakan kata-kata Yesus dan
ajaran sahabat-sahabatnya. Tulisan pertama yang beredar
dan bernilai sebelum Injil adalah surat-surat Paulus;
bukankah surat-surat itu telah ditulis beberapa puluh
tahun sebelum Injil?
Kita sudah membicarakan bahwa sebelum tahun 140 tak ada
bukti bahwa orang mempunyai kumpulan tulisan-tulisan
Bibel, walaupun beberapa orang ahli tafsir Injil
menulis yang sebaliknya daripada itu. Kita harus
menunggu sampai tahun 170 untuk melihat Injil
memperoleh kedudukan literatur Kanon.
Pada tahun-tahun pertama setelah munculnya agama
Kristen, beredarlah berrnacam-macam tulisan mengenai
Yesus. Tulisan-tulisan itu tidak dianggap autentik dan
Gereja memerintahkan supaya tulisan-tulisan itu
disembunyikan. Inilah asal timbulnya kata: apokrif
(Injil yang disembunyikan). Dari pada teks
tulisan-tulisan tersebut ada sebagian yang terpelihara
baik karena mendapat penghargaan umum, seperti surat
atau ajaran Barnabas, tetapi banyak lainnya yang
dijauhkan secara brutal sehingga yang ada sekarang
hanya sisa-sisanya dalam bentuk fragmen. Begitulah yang
dikatakan oleh Terjemahan Ekumenik. Karena dianggap
sebagai penyebab kesesatan, maka tulisan-tulisan
tersebut dianggap tidak ada. Walaupun begitu, karangan
seperti Injil orang-orang Nazaret, Injil orang Ibrani,
Injil orang Mesir yang diketahui oleh pendeta-pendeta
gereja, mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan
Injil Kanon. Begitu juga Injil Tomas dan Injil Barnaba.
Diantara tulisan-tulisan apokrif (yang diperintahkan
Gereja supaya disembunyikan) banyak yang memuat
perinci-perinci yang bersifat khayalan, yaitu yang
dihasilkan oleh imaginasi orang awam.
Banyak pengarang-pengarang tentang Injil aprokrif
menyebutkan dengan rasa puas paragraf-paragraf yang
menertawakan. Akan tetapi pengarang-pengarang semacam
itu sesungguhnya dapat ditemukan dalam semua Injil.
Kita masih ingat gambaran kejadian-kejadian khayalan
yang oleh Matius dikatakan telah terjadi pada waktu
matinya Yesus. Orang dapat menemukan paragraf-paragraf
yang tidak serius dalam tulisan-tulisan puluhan tahun
pertama daripada agama Kristen; tapi perlu kejujuran
untuk mengenal tulisan-tulisan itu.
Terlalu banyaknya tulisan-tulisan mengenai Yesus
mendorong Gereja yang sedang dalam pengorganisasian
untuk melenyapkannya. Mungkin seratus Injil telah
dimusnahkan. Hanya empat Injil tetap dipelihara untuk
dimasukkan dalam daftar resmi naskah-naskah yang
kemudian dinamakan "Kanon."
Pada pertengahan abad II, Marcion mendesak
pembesar-pembesar agama untuk mengambil sikap. Ia
adalah musuh yang sangat benci terhadap orang-orang
Yahudi. Ia menolak seluruh Perjanjian Lama, dan
tulisan-tulisan yang muncul sesudah Yesus tidak ada
lagi, yang nampak dekat atau berasal dari tradisi
Yahudi Kristen. Marcion hanya mengakui tulisan-tulisan
Paulus dan Injil Lukas, oleh karena ia mengira bahwa
Lukas adalah juru bicara Paulus.
Gereja memaklumkan bahwa Marcion adalah orang murtad,
dan memasukkan dalam Kanon segala surat-surat Paulus,
serta Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya, dan
menambahnya dengan beberapa tulisan lagi seperti
Perbuatan Para Rasul. Meskipun begitu daftar resmi
selalu berubah menurut waktu selama abad-abad pertama
Masehi. Tulisan-tulisan yang kemudian dianggap tidak
berharga (apokrif) termasuk dalam Kanon untuk sementara
waktu, dan tulisan-tulisan yang termasuk dalam Kanon
yang sekarang (Perjanjian Baru), pada waktu itu tidak
termasuk di dalamnya. Rasa keragu-raguan menguasai
tulisan-tulisan tersebut berlangsung sampai Konsili
Hippione pada tahun 393 dan Konsili Carthage tahun 397.
Tetapi Injil empat selalu termuat di dalam Kanon
Kristen bersama. R.P. Boismard menyesalkan sekali
hilangnya literatur yang banyak itu yang diputuskan
oleh Gereja sebagai apokrif, oleh karena literatur
tersebut mempunyai nilai sejarah yang besar, Boismard
sendiri dalam bukunya Ringkasan empat Injil' menilai
tulisan-tulisan yang hilang itu sama pentingnya dengan
Injil yang empat yang resmi. Buku-buku tersebut masih
ada dalam perpustakaan-perpustakaan pada akhir abad IV
M.
Abad IV adalah waktu pemberesan yang serius. Manuskrip
Injil yang komplit dan yang tertua ditulis pada abad
itu. Dokumen-dokumen sebelum itu, papirus-papirus abad
III, satu papirus yang mungkin berasal daripada abad II
hanya mengandung fragmen-fragmen. Dua manuskrip tua
dari kulit adalah manuskrip Yunani dari abad IV. Dua
manuskrip tersebut adalah: Codex Vatikanus yang kita
tak tahu tempat penggaliannya, disimpan di Perpustakaan
Vatikan dan yang satu lagi, Codex Sinaitikus yang
terdapat di gunung Sinai sekarang disimpan di British
Museum di London. Manuskrip ini mengandung dua tulisan
apokrif.
Menurut Terjemahan Ekumenik di Dunia ini ada 250
manuskrip kulit, yang paling akhir adalah dari abad XI.
Tetapi semua copy Perjanjian Baru yang sampai kepada
kita adalah tidak sama, ada perbedaan-perbedaan
penting, dan perbedaan itu banyak jumlahnya.
Perbedaan-perbedaan itu ada yang hanya mengenai
perincian gramatika, kalimat, atau urut-urutan kata,
tetapi ada juga perbedaan yang merubah arti seluruh
paragraf. Jika kita ingin mengetahui perbedaan teks,
kita dapat membaca Novum Testamentum Graece (Perjanjian
Baru Yunani). Buku tersebut memuat teks Yunani
"tengah-tengah" yakni teks sintese, dengan
catatan-catatan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
versi yang bermacam-macam.
Keaslian (autentitas) sesuatu teks manuskrip selalu
dapat diperdebatkan, Codex Vatikanus dapat kita jadikan
contoh. Penerbitan Vatikan pada tahun 1965 dibubuhi
suatu peringatan asli yang mengatakan "beberapa abad
sesudah copy asli (lebih-kurang abad X atau XI),
seorang tukang naskah telah mengulangi tulisan
manuskrip tersebut dengan tinta kecuali huruf-huruf
yang dikira salah." Ada bagian-bagian daripada
manuskrip tersebut di mana terdapat huruf-huruf asli
dengan wama coklat masih tetap kelihatan, dan merupakan
kontras dengan teks yang lain yang ditulis dengan warna
coklat tua. Kita tak dapat mengatakan bahwa perbaikan
naskah itu dilakukan secara jujur. Peringatan tersebut
di atas juga mengatakan: Belum dapat dibedakan secara
definitif tangan-tangan yang banyak jumlahnya yang
mengkoreksi atau menambah manuskrip asli selama
berabad-abad; memang ada koreksi yang dibuat ketika
teks tersebut diperbarui (dengan tinta baru). Padahal
dalam semua teks, manuskrip-manuskrip selalu dikatakan
sebagai copy abad IV. Kita harus membandingkan suatu
teks dengan teks yang disimpan di Vatican untuk
mengetahui apakah ada tangan-tangan yang merubah teks
tersebut beberapa abad kemudian.
Orang dapat membantah dan mengatakan bahwa teks-teks
lain juga dapat dipakai untuk perbandingan, tetapi
bagaimana memilih perbedaan-perbedaan yang merubah
arti? Kita tahu bahwa sebuah koreksi lama dari seorang
tukang naskah dapat menyebabkan reproduksi definitif
daripada teks yang telah dikoreksinya itu. Kita
mengerti betul bagaimana suatu kata yang terdapat dalam
Injil Yahya, yaitu kata Paraklet, telah merubah sama
sekali arti paragraf dan membalikkan arti tersebut dari
segi teologi.
Di bawah ini adalah tulisan O. Culmann mengenai
perbedaan-perbedaan teks yang ditulis dalam bukunya:
Perjanjian Baru.
"Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang terjadi karena
kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja; umpamanya
tukang naskah lupa menulis satu kata, atau sebaliknya
menulis kata itu dua kali; atau mungkin juga sebagian
kalimat (phrase) tak tertulis oleh karena bagian itu
terletak dalam manuskrip si tukang naskah, antara dua
kata yang sama. Kadang-kadang perbedaan teks itu
disebabkan oleh karena koreksi-koreksi yang dilakukan
dengan sengaja; atau tukang naskah memberanikan diri
untuk mengkoreksi teks menurut pikirannya pribadi, atau
si tukang naskah ingin menyesuaikan teksnya dengan teks
lain, untuk menghilangkan perbedaan. Ketika
tulisan-tulisan yang terkumpul dalam Perjanjian Baru
diputuskan untuk dipisahkan dan literatur Kristen
primitif (terdahulu) dan dianggap sebagai Kitab Suci,
maka para ahli naskah tidak berani lagi untuk melakukan
koreksi terhadap pekerjaan-pekerjaan tukang naskah
sebelum mereka; mereka mengira bahwa mereka membuat
copy dari teks asli dan dengan begitu mereka sudah
mengokohkan perbedaan-perbedaan yang ada. Kadang-kadang
tukang naskah menulis catatan di pinggir halaman untuk
menerangkan suatu kalimat yang tidak terang. Tukang
naskah yang datang kemudian mengira bahwa kalimat yang
tertulis di pinggir halaman itu merupakan kalimat yang
tadinya telah dilupakan oleh seorang tukang naskah
sebelumnya, dan ia merasa perlu untuk memasukkan
catatan pinggiran tersebut ke dalam teks. Dengan
begitu, dapat terjadi pula bahwa teks yang baru itu
menjadi lebih kabur.
Tukang-tukang naskah beberapa manuskrip bersikap sangat
leluasa terhadap teks. Ini adalah kasus tukang naskah
suatu manuskrip yang sangat terhormat setelah dua
manuskrip tersebut di atas, yaitu: Codex Bezae
Cantabrigiensis dari abad VI. Tukang naskah menemukan
perbedaan antara silsilah keturunan Yesus dalam Injil
Lukas dan dalam Injil Matius; kemudian ia memasukkan
silsilah Matius ke dalam naskah Injil Lukas yang
dimiliki; tetapi karena yang dalam Injil Lukas memuat
lebih sedikit nama-nama orang dalam silsilah, maka ia
beri tambahan-tambahan (tetapi tak berhasil mengadakan
penyesuaian).
Apakah terjemahan Latin seperti Vulgate karya Yerome
(abad IV) dan terjemahan-terjemahan yang lebih kuno
(Vetus Itala), terjemahan bahasa Syriaq dan bahasa
Kibti (Mesir kuno), semua itu lebih jujur daripada
manuskrip Yunani? Terjemahan-terjemahan tersebut
mungkin dibikin menurut manuskrip yang lebih kuno
tetapi yang sudah hilang. Kita tidak tahu.
Orang telah berhasil mengelompokkan teks-teks Injil
dalam beberapa kelompok yang masing-masing mempunyai
ciri-ciri umum. O. Culmann membagi sebagai berikut:
1). Teks Syria yang mungkin menjadi dasar
manuskrip-manuskrip Yunani yang sangat kuno. Teks ini
tersiar di Eropah pada abad XVI, sudah berupa cetakan.
Teks ini adalah teks yang terburuk menurut pendapat
para ahli.
2). Teks Barat, dengan versi Latin yang kuno dan dengan
Codex Bezae Cantabrigiensis Yunani dan Latin. Menurut
Terjemahan Ekumenik teks tersebut mempunyai ciri-ciri
suka kepada penafsiran, kepada hal-hal yang kurang
tepat kepada ulangan kata-kata (paraphrase) dan kepada
penyesuaian (harmonisasi).
3). Teks netral yang juga meliputi Codex Vatikanus dan
Codex Sinaitikus, teks ini dipandang jauh lebih murni.
Cetakan-cetakan modern daripada Perjanjian Baru
mengikutinya, meskipun sesungguhnya teks ini juga
mengandung banyak cacad (Terjemahan Ekumenik).
"Kritik teks paling jauh hanya memberikan kesempatan
kepada kita untuk mencoba menyusun kembali suatu teks
yang mendekati teks asli. Akan tetapi sudah terang tak
ada jalan untuk sampai kepada teks asli tersebut."
(Terjemahan Ekumenik)
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Injil itu merupakan Kitab Suci pokok bagi agama
Kristen, sehingga orang membaca dan mempergunakannya
sebagai orang Yahudi membaca dan menggunakan Perjanjian
Lama. Pada waktu itu yang menjadi autoritas adalah
tradisi lisan yang membawakan kata-kata Yesus dan
ajaran sahabat-sahabatnya. Tulisan pertama yang beredar
dan bernilai sebelum Injil adalah surat-surat Paulus;
bukankah surat-surat itu telah ditulis beberapa puluh
tahun sebelum Injil?
Kita sudah membicarakan bahwa sebelum tahun 140 tak ada
bukti bahwa orang mempunyai kumpulan tulisan-tulisan
Bibel, walaupun beberapa orang ahli tafsir Injil
menulis yang sebaliknya daripada itu. Kita harus
menunggu sampai tahun 170 untuk melihat Injil
memperoleh kedudukan literatur Kanon.
Pada tahun-tahun pertama setelah munculnya agama
Kristen, beredarlah berrnacam-macam tulisan mengenai
Yesus. Tulisan-tulisan itu tidak dianggap autentik dan
Gereja memerintahkan supaya tulisan-tulisan itu
disembunyikan. Inilah asal timbulnya kata: apokrif
(Injil yang disembunyikan). Dari pada teks
tulisan-tulisan tersebut ada sebagian yang terpelihara
baik karena mendapat penghargaan umum, seperti surat
atau ajaran Barnabas, tetapi banyak lainnya yang
dijauhkan secara brutal sehingga yang ada sekarang
hanya sisa-sisanya dalam bentuk fragmen. Begitulah yang
dikatakan oleh Terjemahan Ekumenik. Karena dianggap
sebagai penyebab kesesatan, maka tulisan-tulisan
tersebut dianggap tidak ada. Walaupun begitu, karangan
seperti Injil orang-orang Nazaret, Injil orang Ibrani,
Injil orang Mesir yang diketahui oleh pendeta-pendeta
gereja, mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan
Injil Kanon. Begitu juga Injil Tomas dan Injil Barnaba.
Diantara tulisan-tulisan apokrif (yang diperintahkan
Gereja supaya disembunyikan) banyak yang memuat
perinci-perinci yang bersifat khayalan, yaitu yang
dihasilkan oleh imaginasi orang awam.
Banyak pengarang-pengarang tentang Injil aprokrif
menyebutkan dengan rasa puas paragraf-paragraf yang
menertawakan. Akan tetapi pengarang-pengarang semacam
itu sesungguhnya dapat ditemukan dalam semua Injil.
Kita masih ingat gambaran kejadian-kejadian khayalan
yang oleh Matius dikatakan telah terjadi pada waktu
matinya Yesus. Orang dapat menemukan paragraf-paragraf
yang tidak serius dalam tulisan-tulisan puluhan tahun
pertama daripada agama Kristen; tapi perlu kejujuran
untuk mengenal tulisan-tulisan itu.
Terlalu banyaknya tulisan-tulisan mengenai Yesus
mendorong Gereja yang sedang dalam pengorganisasian
untuk melenyapkannya. Mungkin seratus Injil telah
dimusnahkan. Hanya empat Injil tetap dipelihara untuk
dimasukkan dalam daftar resmi naskah-naskah yang
kemudian dinamakan "Kanon."
Pada pertengahan abad II, Marcion mendesak
pembesar-pembesar agama untuk mengambil sikap. Ia
adalah musuh yang sangat benci terhadap orang-orang
Yahudi. Ia menolak seluruh Perjanjian Lama, dan
tulisan-tulisan yang muncul sesudah Yesus tidak ada
lagi, yang nampak dekat atau berasal dari tradisi
Yahudi Kristen. Marcion hanya mengakui tulisan-tulisan
Paulus dan Injil Lukas, oleh karena ia mengira bahwa
Lukas adalah juru bicara Paulus.
Gereja memaklumkan bahwa Marcion adalah orang murtad,
dan memasukkan dalam Kanon segala surat-surat Paulus,
serta Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya, dan
menambahnya dengan beberapa tulisan lagi seperti
Perbuatan Para Rasul. Meskipun begitu daftar resmi
selalu berubah menurut waktu selama abad-abad pertama
Masehi. Tulisan-tulisan yang kemudian dianggap tidak
berharga (apokrif) termasuk dalam Kanon untuk sementara
waktu, dan tulisan-tulisan yang termasuk dalam Kanon
yang sekarang (Perjanjian Baru), pada waktu itu tidak
termasuk di dalamnya. Rasa keragu-raguan menguasai
tulisan-tulisan tersebut berlangsung sampai Konsili
Hippione pada tahun 393 dan Konsili Carthage tahun 397.
Tetapi Injil empat selalu termuat di dalam Kanon
Kristen bersama. R.P. Boismard menyesalkan sekali
hilangnya literatur yang banyak itu yang diputuskan
oleh Gereja sebagai apokrif, oleh karena literatur
tersebut mempunyai nilai sejarah yang besar, Boismard
sendiri dalam bukunya Ringkasan empat Injil' menilai
tulisan-tulisan yang hilang itu sama pentingnya dengan
Injil yang empat yang resmi. Buku-buku tersebut masih
ada dalam perpustakaan-perpustakaan pada akhir abad IV
M.
Abad IV adalah waktu pemberesan yang serius. Manuskrip
Injil yang komplit dan yang tertua ditulis pada abad
itu. Dokumen-dokumen sebelum itu, papirus-papirus abad
III, satu papirus yang mungkin berasal daripada abad II
hanya mengandung fragmen-fragmen. Dua manuskrip tua
dari kulit adalah manuskrip Yunani dari abad IV. Dua
manuskrip tersebut adalah: Codex Vatikanus yang kita
tak tahu tempat penggaliannya, disimpan di Perpustakaan
Vatikan dan yang satu lagi, Codex Sinaitikus yang
terdapat di gunung Sinai sekarang disimpan di British
Museum di London. Manuskrip ini mengandung dua tulisan
apokrif.
Menurut Terjemahan Ekumenik di Dunia ini ada 250
manuskrip kulit, yang paling akhir adalah dari abad XI.
Tetapi semua copy Perjanjian Baru yang sampai kepada
kita adalah tidak sama, ada perbedaan-perbedaan
penting, dan perbedaan itu banyak jumlahnya.
Perbedaan-perbedaan itu ada yang hanya mengenai
perincian gramatika, kalimat, atau urut-urutan kata,
tetapi ada juga perbedaan yang merubah arti seluruh
paragraf. Jika kita ingin mengetahui perbedaan teks,
kita dapat membaca Novum Testamentum Graece (Perjanjian
Baru Yunani). Buku tersebut memuat teks Yunani
"tengah-tengah" yakni teks sintese, dengan
catatan-catatan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
versi yang bermacam-macam.
Keaslian (autentitas) sesuatu teks manuskrip selalu
dapat diperdebatkan, Codex Vatikanus dapat kita jadikan
contoh. Penerbitan Vatikan pada tahun 1965 dibubuhi
suatu peringatan asli yang mengatakan "beberapa abad
sesudah copy asli (lebih-kurang abad X atau XI),
seorang tukang naskah telah mengulangi tulisan
manuskrip tersebut dengan tinta kecuali huruf-huruf
yang dikira salah." Ada bagian-bagian daripada
manuskrip tersebut di mana terdapat huruf-huruf asli
dengan wama coklat masih tetap kelihatan, dan merupakan
kontras dengan teks yang lain yang ditulis dengan warna
coklat tua. Kita tak dapat mengatakan bahwa perbaikan
naskah itu dilakukan secara jujur. Peringatan tersebut
di atas juga mengatakan: Belum dapat dibedakan secara
definitif tangan-tangan yang banyak jumlahnya yang
mengkoreksi atau menambah manuskrip asli selama
berabad-abad; memang ada koreksi yang dibuat ketika
teks tersebut diperbarui (dengan tinta baru). Padahal
dalam semua teks, manuskrip-manuskrip selalu dikatakan
sebagai copy abad IV. Kita harus membandingkan suatu
teks dengan teks yang disimpan di Vatican untuk
mengetahui apakah ada tangan-tangan yang merubah teks
tersebut beberapa abad kemudian.
Orang dapat membantah dan mengatakan bahwa teks-teks
lain juga dapat dipakai untuk perbandingan, tetapi
bagaimana memilih perbedaan-perbedaan yang merubah
arti? Kita tahu bahwa sebuah koreksi lama dari seorang
tukang naskah dapat menyebabkan reproduksi definitif
daripada teks yang telah dikoreksinya itu. Kita
mengerti betul bagaimana suatu kata yang terdapat dalam
Injil Yahya, yaitu kata Paraklet, telah merubah sama
sekali arti paragraf dan membalikkan arti tersebut dari
segi teologi.
Di bawah ini adalah tulisan O. Culmann mengenai
perbedaan-perbedaan teks yang ditulis dalam bukunya:
Perjanjian Baru.
"Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang terjadi karena
kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja; umpamanya
tukang naskah lupa menulis satu kata, atau sebaliknya
menulis kata itu dua kali; atau mungkin juga sebagian
kalimat (phrase) tak tertulis oleh karena bagian itu
terletak dalam manuskrip si tukang naskah, antara dua
kata yang sama. Kadang-kadang perbedaan teks itu
disebabkan oleh karena koreksi-koreksi yang dilakukan
dengan sengaja; atau tukang naskah memberanikan diri
untuk mengkoreksi teks menurut pikirannya pribadi, atau
si tukang naskah ingin menyesuaikan teksnya dengan teks
lain, untuk menghilangkan perbedaan. Ketika
tulisan-tulisan yang terkumpul dalam Perjanjian Baru
diputuskan untuk dipisahkan dan literatur Kristen
primitif (terdahulu) dan dianggap sebagai Kitab Suci,
maka para ahli naskah tidak berani lagi untuk melakukan
koreksi terhadap pekerjaan-pekerjaan tukang naskah
sebelum mereka; mereka mengira bahwa mereka membuat
copy dari teks asli dan dengan begitu mereka sudah
mengokohkan perbedaan-perbedaan yang ada. Kadang-kadang
tukang naskah menulis catatan di pinggir halaman untuk
menerangkan suatu kalimat yang tidak terang. Tukang
naskah yang datang kemudian mengira bahwa kalimat yang
tertulis di pinggir halaman itu merupakan kalimat yang
tadinya telah dilupakan oleh seorang tukang naskah
sebelumnya, dan ia merasa perlu untuk memasukkan
catatan pinggiran tersebut ke dalam teks. Dengan
begitu, dapat terjadi pula bahwa teks yang baru itu
menjadi lebih kabur.
Tukang-tukang naskah beberapa manuskrip bersikap sangat
leluasa terhadap teks. Ini adalah kasus tukang naskah
suatu manuskrip yang sangat terhormat setelah dua
manuskrip tersebut di atas, yaitu: Codex Bezae
Cantabrigiensis dari abad VI. Tukang naskah menemukan
perbedaan antara silsilah keturunan Yesus dalam Injil
Lukas dan dalam Injil Matius; kemudian ia memasukkan
silsilah Matius ke dalam naskah Injil Lukas yang
dimiliki; tetapi karena yang dalam Injil Lukas memuat
lebih sedikit nama-nama orang dalam silsilah, maka ia
beri tambahan-tambahan (tetapi tak berhasil mengadakan
penyesuaian).
Apakah terjemahan Latin seperti Vulgate karya Yerome
(abad IV) dan terjemahan-terjemahan yang lebih kuno
(Vetus Itala), terjemahan bahasa Syriaq dan bahasa
Kibti (Mesir kuno), semua itu lebih jujur daripada
manuskrip Yunani? Terjemahan-terjemahan tersebut
mungkin dibikin menurut manuskrip yang lebih kuno
tetapi yang sudah hilang. Kita tidak tahu.
Orang telah berhasil mengelompokkan teks-teks Injil
dalam beberapa kelompok yang masing-masing mempunyai
ciri-ciri umum. O. Culmann membagi sebagai berikut:
1). Teks Syria yang mungkin menjadi dasar
manuskrip-manuskrip Yunani yang sangat kuno. Teks ini
tersiar di Eropah pada abad XVI, sudah berupa cetakan.
Teks ini adalah teks yang terburuk menurut pendapat
para ahli.
2). Teks Barat, dengan versi Latin yang kuno dan dengan
Codex Bezae Cantabrigiensis Yunani dan Latin. Menurut
Terjemahan Ekumenik teks tersebut mempunyai ciri-ciri
suka kepada penafsiran, kepada hal-hal yang kurang
tepat kepada ulangan kata-kata (paraphrase) dan kepada
penyesuaian (harmonisasi).
3). Teks netral yang juga meliputi Codex Vatikanus dan
Codex Sinaitikus, teks ini dipandang jauh lebih murni.
Cetakan-cetakan modern daripada Perjanjian Baru
mengikutinya, meskipun sesungguhnya teks ini juga
mengandung banyak cacad (Terjemahan Ekumenik).
"Kritik teks paling jauh hanya memberikan kesempatan
kepada kita untuk mencoba menyusun kembali suatu teks
yang mendekati teks asli. Akan tetapi sudah terang tak
ada jalan untuk sampai kepada teks asli tersebut."
(Terjemahan Ekumenik)
--------------------------------------------------------------------------------
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)