Selasa, 01 Oktober 2013

Puisi: Gadis

karya: Nofrian Rahmat

Di sore itu, di persimpangan sejarah
saat kau lihat mentari mulai meredup
Tepi taman tua, sebuah bangku klasik
gadis kecil, menangis, meronta, menjerit..
begitu pilu walau hukum-hukum kosong merayu, mengoda

takkah kau lihat wahai orang renta, air mata darah tersayat dalam bait-bait jeritan
memanggil-manggil keadilan di pelupuk mata yang buta, ya hati kita buta
tak pelak jilatan anjing merayapi berlianku yang memudar, dan kau tahu itu
mengapa kau biarkan kami terlena, serigala-serigala melolong menyumbat nadi-nadi kita
begitu pilu walau hukum-hukum kosong merayu, menggoda

bisiknya orang renta
"gadis itu kini sendiri, saat agama pergi
hingga gadis-gadis yang lain terenggut, tercabik-cabik, terkoyak terlena
masih berhargakah gadis buatmu?"
Ya Tuhan, sisakanlah gadis di zamanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar